mama nya benar benar menepati ucapannya semalam, weekend kali ini terasa berbeda untuk Ayana. dikarenakan hari ini ia akan menghabiskan waktu bersama mama nya, tanpa ingin di ganggu oleh orang lain.
seperti saat ini mereka tengah menikmati sarapan di pagi hari yang cerah ini. seolah olah cuaca ikut mendukung kedekatan yang baru terjalin antara ibu dan anak ini.
"hari ini kamu ngga ada acara atau apa gitu sama teman kamu sayang" tanya Dewi di sela sela makan nya.
"ngga ada ma, kan hari ini niatnya mau habisin waktu seharian sama mama" Ayana menggeleng seraya tersenyum menatap mama nya.
Dewi mengangguk. "yaudah sehabis sarapan nanti ke mall, kita shopping gimana?"
mata Ayana berbinar mendengar usulan dari mama nya, jarang sekali bukan ia bisa shopping bareng mama nya.
"mauuuuu" seru Ayana kegirangan.
Dewi terkekeh melihatnya, rasanya benar benar membahagiakan bisa berdekatan kembali dengan anaknya tanpa memikirkan pekerjaan untuk sementara waktu. dalam hatinya semoga ia diberi umur panjang untuk menemani putrinya.
"tapi mama beneran ngga sibuk kan" mata nya menatap menyelidik kearah mamanya.
"engga, pekerjaan mama sudah di handel sama om Bram sekertaris mama" Ayana mengangguk percaya.
dan disinilah mereka berada, di mall terbesar yang ada di jakarta. paras ayu yang mereka miliki berhasil menarik perhatian beberapa orang di sekitar.
mereka memasuki salon ternama yang ada di dalam mall langganan Dewi dari dulu.
"selamat datang Bu Dewi" sapa hangat pekerja disana seraya membungkukan badannya.
Dewi mengangguk. "saya mau perawatan lengkap bersama putri saya." tak tanggung tanggung Dewi langsung memilih perawatan paket lengkap dari atas kepala sampai kaki.
Ayana melongo mendengarnya. "apa ngga berlebihan ma?" bukannya apa, tetapi butuh waktu sangat lama untuk menikmati paket lengkap ini.
"nikmati saja sayang, hari ini kita nguras duit" jawab enteng Dewi.
Ayana pasrah, lalu mengikuti langkah pelayan salon yang menunjukkan kamar spa VIP khusus mereka. ruangannya terlihat nyaman untuk standar kelas VIP. dan tentu saja terjaga privasi nya.
para pelayan salon mulai melakukan tahapan demi tahapan perawatan ke tubuhnya. ayana memejamkan mata menikmati pijatan pijatan yang merilekskan tubuh dan pikirannya.
mulai dari rambut, facial, lulur, dan terakhir nail art. semua tahapan sudah selesai terlewati.
selesai membayar tagihan, kini Dewi menarik lengan Ayana menuju toko baju dengan brand terkenal.
"mama mau beli baju?" tanya Ayana.
Dewi berdecak. "ish bukan dong udah jelas jelas untuk kamu"
"Ayana lagi ga pengen beli baju ma"
"gapapa sekali sekali sama mama, kali ini biar mama yang pilihin khusus buat kamu" Dewi mengerlingkan sebelah matanya. "nah ini bagus cocok banget di badan kamu ay" ucapnya lagi seraya mengangkat baju di tangannya kedepan badan Ayana.
"ih ga suka model gini ma, ini terlalu kayak bocil" rengeknya.
"kayak bocil bagaimana ini pas loh" bingung Dewi.
"sini deh ma Ayana kasih tau model baju favorit Ayana" Ayana menarik tangan Dewi menuju ke salah satu perjejeran baju.
mata Dewi melotot kaget, ini yang di maksud baju anaknya? menurutnya ini malah fashion wanita diatas umur dua puluh tahun. bukan fashion seumuran gadis remaja seperti Ayana.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYBARA
Teen Fiction*** bagi seorang anak perempuan ayah adalah sebongkah harapan, kebijaksanaan, dan cinta yang tak tergantikan. Bagi anak perempuan, ayah bukan hanya sekadar figur yang memberikan perlindungan fisik, tetapi juga sumber inspirasi dan kekuatan emosional...