Bab 04 : Cinta itu membutakan.

49 26 1
                                    


"Ternyata, cinta yang besar itu bisa membutakan mata ya?" - Arunika Raespati.

Cuaca di sebuah taman yang terletak di sekolah itu tampak indah, dengan bunga-bunga yang bermekaran di sekitar mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cuaca di sebuah taman yang terletak di sekolah itu tampak indah, dengan bunga-bunga yang bermekaran di sekitar mereka. Suasana romantis semakin terasa saat Arunika dan Kainan, dua insan yang tengah menjalin asmaraloka, duduk bersama menikmati makanan sambil memandang wajah satu sama lain. Setiap tatapan mengukir rasa cinta yang semakin mendalam di antara mereka. Namun, kali ini perasaan Arunika berbeda.

"Kamu mau dijodohin sama anak teman ibu."

Kata-kata ibunya selalu terbayang dalam pikirannya. Terlebih saat ia bermesraan dengan Kainan, kekasih yang dicintainya lebih dari apapun. Kini, haruskah ia melepaskan orang yang begitu berarti dalam hidupnya?

Ayolah, bentala tidak sedang ingin bercanda, bukan?

Atma sesempurna Kainan Savara akan dilepaskan oleh Arunika untuk digantikan dengan orang yang sama sekali tidak ia kenali?

Melihat Arunika terhanyut dalam pikirannya, Kainan mengombang-ambingkan tangannya di depan wajah Arunika, berusaha menarik perhatiannya.

"Sayang?!?"

Arunika mengerjap, tersentak dari lamunan saat melihat Kainan yang mengayunkan tangannya. Dengan cepat, ia mengukir senyuman, berusaha menghilangkan rasa curiga di wajah kekasihnya.

"Kamu kenapa sih, ngelamun terus dari tadi?" tanya Kainan, sambil menyantap makanan yang baru saja ia beli.

Dalam momen itu, Arunika merasa hatinya bergetar antara cinta yang tulus dan ketakutan akan kehilangan, menciptakan suasana yang hangat namun penuh dengan pertanyaan yang tak terjawab.

"Gapapa, sayang. Aku cuma lagi mikirin sesuatu," kata Arunika, berada di ambang keraguan. Ia bingung, apakah harus mengungkapkan isi hatinya kepada Kainan atau memilih untuk tetap bungkam?

"Mikirin apa?" tanya Kainan, semakin penasaran oleh sikap kekasihnya.

Arunika terdiam, menghela napas berat, dan menatap wajah Kainan yang penuh semangat menunggu jawabannya. Ia menggigit ujung bibirnya, dilanda kebingungan. Haruskah ia jujur kepada kekasihnya?

"Aku dijodohin sama ibu."

Kainan, yang awalnya tersenyum, mendadak kehilangan senyumnya. Tatapan cerianya berubah menjadi tajam. "Kok bisa?"

"Gatau, itu permintaan ibu," balas Arunika, sejujur-jujurnya.

"Terus kamu terima?!?" Keduanya saling menatap, Kainan memastikan bahwa kekasihnya tidak menerima perjodohan itu.

Arunika menggelengkan kepala, membuat Kainan menghela napas lega.

"Syukur kalau kamu ga nerima," Kainan tersenyum, kembali melahap makanannya.

Arunika menundukkan kepala, menyadari bahwa Kainan salah paham. Ia menahan air mata, kebingungan masih menghimpit hatinya.

"Aku ga tau..." ujarnya pelan, suara yang hampir tenggelam dalam keheningan di antara mereka.

Semesta dan Arunika Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang