Bab 05 : Tunangan

75 27 0
                                    

"Kalau aku yang di takdirin sama Tuhan untuk menjadi jodoh kamu. Cowok kamu bisa apa?" - Semesta Arbani

Sinar matahari mulai menembus celah-celah gorden, menerangi kamar seorang atma yang berdiri tegak di depan cermin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sinar matahari mulai menembus celah-celah gorden, menerangi kamar seorang atma yang berdiri tegak di depan cermin. Dalam keadaan batin yang penuh keraguan dan harapan, Semesta tersenyum. Ia merapikan dasi yang menghiasi lehernya, menatap wajahnya yang tampak menawan di cermin. Meski demikian, ada perasaan bahwa pakaian yang dikenakannya tidak sepenuhnya sesuai dengan jiwanya.

"Lang, aku cocok ga pake ini" tanya Semesta sambil memutar tubuhnya, menatap Langit yang asyik bermain permainan di sofa kamar.

"Cocok," jawab Langit tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponselnya, meskipun kata-katanya sederhana, ia merasa ada kehangatan dalam suara kakaknya.

"Yang benar, Lang..." pinta Semesta dengan nada harap. "Liat dulu," tambahnya.

Langit menghela napas, menyimpan ponselnya di atas meja, lalu menoleh ke arah Semesta yang masih berdiri di depan cermin meski telah satu jam berlalu.

"Demi dah taaaa," ujarnya sambil mengacungkan jempol kepada Semesta.

"Lagian, lo mau ke mana sih? Rapih banget," tanya Langit, menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh dari sikap Semesta.

Semesta mengangguk pelan, merenungkan perjalanan waktu yang telah dilaluinya. Selama satu jam, ia berdiri di depan cermin, membeli pakaian baru, dan merapikan rambutnya. Seolah-olah ia kembali hidup setelah melewati masa sakit yang panjang, terbaring di rumah sakit, dan kini bersiap untuk menyambut dunia dengan semangat baru.

"Aku mau ketemu sama anaknya temen ibu," ucap Semesta dengan tegas.

"Jadi?" tanya Langit, sebelah alisnya terangkat, penuh rasa ingin tahu. Semesta mengangguk cepat, menunjukkan keteguhannya.

"Oalaaaa," Langit kembali menegakkan pandangannya, rasa penasaran menggelora dalam dirinya tentang sosok anak teman ibu yang akan dijodohkan dengan Semesta.

"Apa lo kenal sama dia?" tanya Langit, berusaha menggali lebih dalam.

Semesta menggelengkan kepala, jelas bahwa ia tidak mengenal siapapun yang dimaksud. "Enggak."

"Terus, kenapa lo mau?" Langit kembali menatapnya, mendapati Semesta terdiam sejenak.

"Emang kenapa kalau mau?" tanya Semesta sambil mengangkat sebelah alisnya. "Salah?"

Langit menggelengkan kepala, "Ga. cuman kaget aja, lo mau dijodohin sama orang yang bahkan ga lo kenal sama sekali."

Semesta terdiam, merenungkan pernyataan Langit.

"Kan bisa kenalan dulu," potong Semesta dengan semangat.

Langit mengangguk cepat, berusaha menjaga kebahagiaan Semesta. Ia teringat kepada waktu yang dimiliki Semesta yang hanya tinggal satu tahun. Dalam hatinya, ia berharap Semesta menemukan kebahagiaan dengan orang yang tepat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Semesta dan Arunika Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang