-Karena Hatinya, tidak pernah siap untuk melepasnya

0 0 0
                                    

HAPPY READING

Untuk pertama kalinya Joshua tidak fokus dengan kelasnya, perkataan Eun Woo terus terngiang-ngiang di kepalanya. Apakah dia jahat? Apakah dia terlalu mengabaikan Jeonghan?

Bagaimana jika Jeonghan tiba-tiba pergi darinya?

Tidak! Joshua tidak bisa, hidupnya sudah terlalu banyak di isi dengan Yoon Jeonghan, dan dia, ah, hatinya, tidak siap jika harus kehilangan Jeonghan.

Hingga kelas telah selesai, Joshua segera membereskan barang-barangnya. Dia menyampirkan tas gendongnya di bahu sebelah kanan, sibuk berkutat dengan handphonenya pria itu mengirimi Jeonghan pesan bahwa dirinya telah selesai kelas.

Kurang dari sepuluh menit menunggu, Jeonghan tiba. Joshua segera masuk, duduk manis di kursi penumpang. Lantas Jeonghan kembali mengendarai mobilnya, mengantar Joshua ke kostnya terlebih dahulu.

"Kenapa, kok murung gitu?" tanya Jeonghan, dia benar-benar menyadari perubahan wajah Joshua dan bagaimana mood laki-laki manis itu saat ini.

Joshua menghela nafas, entahlah, dia bingung harus memulai dari mana. Dia bukan seseorang yang pandai mengutarakan isi hatinya.

Diamnya sebagai respon Joshua, membuat Jeonghan semakin bingung. Dia lantas berbelok ke arah lain, arah yang terasa asing bagi Joshua.

"Kok, kita mau kemana, Han?" tanya Joshua.

Jeonghan hanya melirik sekilas sebelum kembali fokus menyetir.

Tidak, dia tidak bisa membiarkan Joshuanya seperti ini, dia harus ceria!

Hingga sampai di salah satu toko ice cream, Jeonghan memarkirkan mobilnya lalu keluar. Joshua dengan setia mengekori Jeonghan, selama dengan Jeonghan, dia selalu merasa aman.

Dia membawa Joshua duduk di salah satu bangku outdoor, dan dirinya pergi memesan ice cream. Itu tidak lama karena tempat ini tidak begitu ramai, Jeonghan kembali dengan satu cup ice cream.

"Nih," ucap Jeonghan menyodorkan ice cream tersebut ke arah Joshua.

"Makasih,"

Jeonghan mengangguk, dia ikut duduk di sisi lain Joshua.

"Shua, kenapa?" tanya Jeonghan, dalam, namun tetap lembut.

"Han, maaf ya," ujar Joshua, "kayanya gue jahat banget buat terlalu abaikan perasaan lo, sorry, sorry gue belum bisa kabulin itu buat lo."

Jeonghan sedikit terperangah, dia menggeser sedikit lebih dekat dengan Joshua.

"Hey, hey, hey, jadi dari tadi lo mikirin itu?" pertanyaan Jeonghan mendapat anggukan mantap dari Joshua.

Jeonghan tersenyum, "Shua, dengerin ya, gue gak butuh lo balas semua perasaan gue, gue nyaman dengan kita kaya gini. Lo jangan mikirin soal itu, lo fokus kejar impian lo, buat buktiin kalo lo bisa."

"Gue gak akan kemana-mana, gue akan selalu di samping lo, dengan perasaan yang sama, sampai kapan pun itu."

---

"Nanti malem gue mau nongkrong, sama Cheol, Woo Jin, Nyoung," ucap Jeonghan melalui sambungan telepon.

"Iya, boleh Han, hati-hati ya di jalannya," dari seberang sana, Joshua selalu menanggapi meski dia sibuk berkutat dengan berbagai buku paket dan buku catatan.

Keseharian Joshua hanya di isi dengan belajar, belajar dan belajar, lalu, sisa waktunya dia gunakan untuk istirahat atau bermain dengan Jeonghan.

"Lo masih belajar, Shua?" tanya Jeonghan.

"Heem," gumamnya, tidak pelan namun tidak begitu kencang juga.

"Jangan sampai kemalaman ya, lo jangan begadang, apalagi besok lo kelas pagi," ingat Jeonghan, dia tau persis bagaimana laki-laki itu ketika sudah sibuk dengan suatu hal.

"Haha, iya, ngga kok, santai aja,"

"Bagus deh," Jeonghan bernafas lega.

"Han, Han," panggil antusias Joshua.

Jeonghan tersenyum mendengar nada antusias Joshua, pipinya bersemu merah, "kenapa, Manis?"

"Tau gak Han, gue tadi sempet nonton persidangan Jaksa Ko haha, dia menang lagi di persidangan, korbannya benar-benar berterima kasih sama dia, dan pelaku kejahatannya di penjara seumur hidup!" ceritanya, dia akan selalu bangga ketika bercerita tentang Jaksa Ko.

Jeonghan terkekeh, dia ikut tersenyum, "wah, keren dong Shua, hebat ya Jaksa Ko."

"Iya kan! Gue bisa gak ya kaya dia?" helaan nafas terdengar cukup berat, Jeonghan tidak akan membiarkan Joshuanya kembali bersedih.

"Bisa, lo bisa! Lo harus percaya sama kemampuan lo, Shua,"

Dan obrolan terus berlanjut, hingga jam menunjukkan pukul delapan malam. Sambungan berakhir dengan Jeonghan yang segera bersiap-siap.

Seungcheol mengatakan dia rindu pada tiga sahabatnya, mereka sudah lama tidak kumpul bersama karena kesibukan masing-masing.

Seungcheol yang merupakan Mahasiswa Hukum, Jinyoung yang mengambil jurusan Manajemen Bisnis dan Woo Jin yang merupakan anak Teknik mesin.

Bora Cafe menjadi pilihan mereka, Cafe dengan nuansa elegan dan nyaman. Pelanggannya banyak, tapi teratur dan tidak begitu berisik.

Seungcheol mereserv dua meja dan di gabungkan, dia memilih indoor karena ini adalah malam hari.



TO BE CONTINUED

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ambisius [Yoonhong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang