Bab 1: Keceriaan di Taman

1 1 0
                                    

Hello readers buat yang mampir thank you ya dan happy reading.










Hari itu cerah, langit biru membentang luas tanpa awan, seolah-olah dunia menyambut keceriaan yang melimpah. Aileen Zalindra Eugenia sebut saja Aileen, gadis berusia  enam belas tahun, berlari-lari kecil di taman sekolah. Rambutnya yang panjang tergerai, berkilau terkena sinar matahari. Senyumnya yang cerah menggambarkan kebahagiaan yang mendalam, dan tawa cerianya mengalun seperti melodi yang menenangkan.

Di sekelilingnya, teman-teman sekelasnya juga berlarian, bermain permainan tradisional yang mereka sebut "petak umpet." Aileen adalah salah satu dari mereka yang paling aktif, selalu menjadi penggerak dalam setiap permainan. "Aku yang jadi pencari!" teriaknya, matanya berbinar penuh semangat. Dengan cepat, ia menutup mata dan menghitung hingga dua puluh, sementara adik kelasnya di kelas 7 berlarian mencari tempat persembunyian. Sekolah SMA BHAYANGKARA juga memiliki sekolah cabang SMP

Namun, di balik keceriaannya, ada rasa lelah yang sering menghampiri Aileen. Ia selalu menutupi segalanya dengan sikap kanak kanak nya. Ia sering merasa kehabisan tenaga saat bermain, tetapi selalu berusaha untuk tidak menunjukkan kelemahannya. "Aku baik-baik saja," pikirnya, berusaha meyakinkan diri sendiri. Ia tidak ingin mengganggu keceriaan adik adik kelasnya. Semua orang di sekelilingnya hanya melihat gadis ceria yang penuh semangat, tidak ada yang menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih serius yang mengintai di balik senyumnya.

Ketika Aileen membuka matanya setelah menghitung, ia melihat anak anak itu bersembunyi di balik pohon, di balik bangku, dan di balik semak-semak. Tawa dan jeritan mereka membangkitkan semangatnya. "Siapa yang berani keluar?" teriaknya dengan nada menggoda. Adik kelasnya tertawa dan berusaha bersembunyi lebih baik lagi. Aileen berlari, mencari satu per satu, dan setiap kali ia menemukan teman, tawa mereka semakin menghangatkan suasana.

Setelah beberapa putaran permainan, Aileen merasa sedikit pusing. Ia berhenti sejenak, mencoba mengatur napasnya. "Ayo, kak Aileen! Cepat!" teriak salah satu adik kelasnya, menantangnya untuk melanjutkan permainan. Aileen mengangguk, meskipun dalam hati ia merasa lelah. "Aku pasti bisa," bisiknya pada diri sendiri ia juga tidak ingin mengecewakan adik kelasnya ini

Ketika permainan berlanjut, Aileen merasakan detak jantungnya semakin cepat. Ia berusaha untuk tidak mempedulikan rasa tidak nyaman yang mulai merayap di dadanya. Ia tidak ingin menjadi penghalang bagi teman-temannya yang sedang bersenang-senang. Namun, saat ia berlari lagi, pusing itu semakin menjadi. Dalam sekejap, pandangannya mulai kabur, dan kakinya terasa berat.

"Aku... harus berhenti," pikir Aileen, tetapi sebelum ia bisa mengambil langkah, semuanya terasa lambat. Ia terjatuh, dan dunia seakan berputar di sekelilingnya. Suara tawa dan jeritan dari adik kelasnya perlahan-lahan menghilang, digantikan oleh keheningan yang menakutkan.

Teman-temannya yang melihat Aileen terjatuh segera berlari menghampirinya. "Aileen! Aileen!" teriak mereka panik. Salah satu dari mereka berlari mencari guru, sementara yang lain berusaha membangunkan Aileen. "Ayo, kak Aileen! Bangun!" suara mereka terdengar cemas.

Beberapa menit kemudian, guru olahraga datang dengan cepat. "Apa yang terjadi?" tanyanya, melihat Aileen tergeletak di tanah. Dengan sigap, guru itu memeriksa keadaan Aileen. "Aileen, dengar suara saya. Coba buka matamu," katanya lembut, tetapi Aileen tidak bisa merespons.

Saat itu, rasa panik mulai menyebar di antara teman-temannya. "Aileen tidak bergerak!" teriak salah satu dari mereka. "Kita harus memanggil ambulans!" seru yang lain. Dalam keadaan chaos, Aileen akhirnya dibawa ke rumah sakit.

Sedangkan ibu aileen. Maudya, sedang bekerja. Namun, entah mengapa perasaan nya sangat tidak mengenakan hingga
Maudya, yang sedang bekerja, menerima telepon dari sekolah. "Ibu, Aileen pingsan di sekolah. Dia dibawa ke rumah sakit," kata suara di ujung telepon. Jantungnya berdegup kencang. "Apa? Kenapa?" tanyanya panik. Tanpa berpikir panjang, ia segera meninggalkan pekerjaannya dan bergegas menuju rumah sakit.

Saat maudya tiba, Aileen sudah berada di ruang perawatan. Dokter sedang memeriksa kondisi Aileen. Maudya merasa cemas, melihat putrinya terbaring lemah di ranjang. "Aileen, sayang, bangunlah ," katanya, mencoba membangunkan Aileen. Namun, Aileen tidak bergerak.

Dokter itu menoleh ke arah maudya. "Ibu, kita perlu melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui penyebab Aileen pingsan," katanya serius. Maudya mengangguk cepat, mencoba menahan kesedihan yang mulai menghampirinya. "Baik, Dokter. Tolong, selamatkan anak saya," katanya, suaranya bergetar.

Dalam beberapa jam kemudian, hasil pemeriksaan pun keluar. Dokter itu menemui ibunya di ruang tunggu. "Kami tidak tau harus bilang bagaimana tapi ibu harus tabah-"ucap dokter itu kemudian menjeda ucapan nya

"-Ibu, Aileen memiliki riwayat jantung lemah," katanya, suaranya serius. Ibunya terkejut, tidak percaya dengan apa yang didengarnya. " jantung lemah? Bagaimana mungkin?" tanyanya, mencoba memahami.

Dokter itu menjelaskan lebih lanjut. "Aileen memiliki kelainan jantung bawaan, mungkin dari gen ayahnya. Kita perlu melakukan operasi untuk memperbaiki kondisi jantungnya," katanya. Ibunya merasa seperti dunia runtuh. "Operasi? Bagaimana kita bisa melakukan itu?" tanyanya, mencoba mencari jawaban. "Tapi saya akan memantau kondisi pasien terlebih dahulu, untuk melakukan tindak lanjut"

Dalam beberapa hari kemudian, Aileen dan maudya harus menghadapi kenyataan pahit. Mereka harus berjuang melawan penyakit jantung yang mengintai Aileen. Keceriaan di taman itu hanya menjadi kenangan yang indah, tetapi kenyataan yang pahit harus dihadapi.

Sedangkan aileen ia menatap lesu tangannya yang terdapat jarum infus 'ternyata yang kuduga itu benar,' ia tertawa miris

______

Hello cerita baru hehe

Publish : minggu, 17 oktober

DIARY 1303Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang