Hari itu tampak seperti hari-hari biasa lainnya di sekolah. Aileen datang dengan semangat, berusaha menepis rasa lelah yang sering menghantuinya. Di dalam kelas, suasana penuh tawa dan canda, dan Aileen berusaha untuk terlibat sepenuhnya. Namun, di dalam hati, ia masih merasakan ketidaknyamanan yang tak kunjung reda.
Setelah pelajaran berlangsung, bel istirahat berbunyi, dan Aileen bergegas menuju lapangan bermain. Adik kelasnya sudah menunggu di sana, bersiap untuk permainan yang mereka suka. “Ayo, kak Aileen! Kita main bola!” teriak salah satu temannya, menarik tangan Aileen untuk bergabung. Aileen tersenyum, berusaha menyembunyikan rasa lelahnya. “Tentu saja!” jawabnya, meskipun ia merasakan detak jantungnya mulai meningkat.
Permainan dimulai, dan Aileen berlari mengikuti alur permainan. Ia berusaha memberikan yang terbaik, tetapi semakin lama, ia merasa semakin lelah. Setiap kali bola datang, ia berusaha untuk menendangnya, tetapi kakinya terasa berat. “Ayo, kak Aileen! Tendang!” teriak temannya, tetapi Aileen hanya bisa tersenyum sambil berusaha untuk tidak terlihat lemah.
Di tengah permainan, Aileen merasakan pusing yang mendalam. Dunia di sekelilingnya seakan berputar, dan ia berusaha untuk tetap berdiri. “Ayo, Aileen! Kita butuh kamu!” teriak temannya lagi. Namun, sebelum ia sempat merespons, pandangannya mulai kabur. Dalam sekejap, kakinya tidak bisa lagi menopang tubuhnya, dan ia terjatuh ke tanah.
Suasana di lapangan langsung berubah. Teman-temannya yang sedang bermain segera menghampirinya dengan panik. “Aileen! Aileen!” teriak salah satu temannya, berusaha membangunkannya. Aileen terbaring di tanah, tidak bergerak. Rasa panik mulai menyebar di antara mereka, dan beberapa dari mereka berlari mencari guru.
Tak lama kemudian, guru olahraga datang berlari. “Apa yang terjadi?” tanyanya, melihat kerumunan yang mengelilingi Aileen. Ketika ia melihat Aileen tergeletak, wajahnya langsung berubah. “Aileen! Bangun, sayang!” Ia berusaha membangunkan Aileen, tetapi tidak ada respons.
Salah satu teman Aileen berlari ke arah kantor untuk memanggil petugas medis. “Tolong! Aileen pingsan!” teriaknya, suaranya penuh ketakutan. Dalam hitungan menit, seorang perawat dan dokter datang, membawa alat medis untuk memeriksa Aileen.
Di tengah kerumunan, Galen, abang tiri Aileen yang berusia tiga belas tahun, mendengar suara ramai dari lapangan. Ia yang biasanya tidak peduli dengan hal-hal di sekitar, merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dengan cepat, ia berlari menuju lapangan, dan saat melihat Aileen tergeletak, hatinya bergetar.
“Apa yang terjadi?” tanya Galen, mencoba mendekat. Namun, guru menahannya. “Jangan dekat-dekat, ini darurat!” Galen merasa panik, tetapi ia tidak bisa berbuat banyak. Ia hanya bisa berdiri di sana, melihat Aileen yang terbaring tanpa bergerak.
Setelah beberapa saat, Aileen dibawa ke rumah sakit dengan ambulans. Galen mengikuti mobil ambulans itu dengan sepeda motornya, hatinya berdebar kencang. Ia merasa tidak berdaya dan bingung. Kenapa Aileen bisa pingsan? Apa yang salah dengan adiknya? Dalam perjalanan, pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan, dan rasa khawatir menyelimuti hatinya.
Sesampainya di rumah sakit, Galen berlari ke ruang gawat darurat. Ibunya sudah ada di sana, wajahnya pucat dan penuh kecemasan. “Aileen, sayang, bangunlah,” katanya, mencoba membangunkan Aileen yang terbaring di ranjang. Galen merasa hatinya hancur melihat ibunya yang begitu cemas.
Dokter keluar dari ruang perawatan, dan semua orang bergegas menghampiri. “Kami sudah melakukan pemeriksaan awal,” katanya dengan nada serius. “Aileen mengalami masalah jantung yang serius. Kami perlu melakukan beberapa tes lebih lanjut untuk menentukan langkah selanjutnya.”
Ibunya tampak terkejut. “Apa maksud Anda, Dokter? Apa yang terjadi dengan anak saya?” tanyanya, suaranya bergetar. Galen berdiri di samping ibunya, mencoba memahami situasi yang sedang terjadi.
“Setelah pemeriksaan awal, kami menduga Aileen membutuhkan donor jantung,” kata dokter itu, dan suasana di ruang itu langsung berubah. Ibunya tampak terpukul, dan Galen merasa hatinya hancur. Donor jantung? Apa artinya itu? Kenapa Aileen harus mengalami hal seperti itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY 1303
Teen FictionSinopsis: Aileen, gadis berusia enam belas tahun, memiliki senyuman ceria dan semangat yang tinggi, namun di balik keceriaannya, ia menyimpan rahasia besar: penyakit jantung. Ketika kondisi Aileen terungkap, ibunya memutuskan untuk mendonorkan jantu...