Ruangan rumah sakit terasa dingin dan hampa. Suara monitor yang berdetak dan deru napas Aileen yang terbaring di ranjang perawatan menjadi satu-satunya yang mengisi keheningan. Ibunya, Clara, duduk di samping ranjang, menggenggam tangan putrinya dengan lembut. Air mata mengalir di pipinya, tetapi ia berusaha untuk tetap tegar. “Aileen, sayang, aku di sini,” bisiknya, berharap suara lembutnya bisa membangunkan Aileen dari ketidaksadarannya.
Dokter telah menjelaskan kondisi Aileen secara rinci, dan setiap kata yang diucapkan terasa seperti palu yang menghantam jantung Clara. Donor jantung. Itu adalah kata-kata yang paling menakutkan yang pernah ia dengar. Ia tidak bisa membayangkan hidup tanpa Aileen, tetapi di sisi lain, ia tahu bahwa putrinya membutuhkan jantung baru untuk bertahan hidup.
Setelah dokter pergi, Clara terdiam, merenung. Bagaimana bisa ia menghadapi kenyataan ini? Ia merasa terjebak dalam dilema yang tidak ada jalan keluarnya. Di satu sisi, ia ingin Aileen selamat, tetapi di sisi lain, ia tidak ingin menyakiti hati putrinya dengan berita bahwa ia harus menjalani operasi besar. Clara tahu bahwa jika ia memutuskan untuk mendonorkan jantungnya, itu berarti mengorbankan dirinya demi keselamatan Aileen. Namun, cinta seorang ibu sering kali mengalahkan segala rasa takut dan ego.
Hari-hari berlalu, dan Aileen masih terbaring tidak sadar. Clara tidak pernah meninggalkan sisi putrinya. Setiap hari, ia berbicara kepada Aileen, membacakan cerita, dan menceritakan kenangan indah mereka. Ia berharap bahwa suara dan kehadirannya bisa memberikan kekuatan bagi Aileen untuk bangkit. Namun, di dalam hatinya, Clara berjuang dengan keputusan yang semakin mendesak.
Suatu malam, setelah menghabiskan waktu berjam-jam di samping ranjang Aileen, Clara melihat foto-foto keluarga di ponselnya. Ia tersenyum mengenang momen-momen indah ketika mereka berlibur bersama, saat Aileen merayakan ulang tahun, dan saat-saat ketika mereka hanya duduk bersama di sofa menonton film. Semua kenangan itu membuatnya semakin yakin bahwa ia tidak bisa kehilangan putrinya.
Clara kemudian mengambil napas dalam-dalam dan berdoa. “Tuhan, berikan aku petunjuk. Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak ingin kehilangan Aileen, tetapi aku juga tidak tahu apakah aku cukup kuat untuk mengambil keputusan ini,” katanya dalam hati. Ia merasa putus asa, tetapi dalam hatinya, ia tahu bahwa ada satu pilihan yang mungkin bisa menyelamatkan Aileen.
Keesokan harinya, Clara memutuskan untuk berbicara dengan dokter. Ia ingin tahu lebih banyak tentang proses donor dan apa yang harus dilakukan. Ketika ia masuk ke ruang dokter, ia merasakan ketegangan di udara. “Dokter, saya ingin tahu lebih banyak tentang donor jantung,” katanya, suaranya bergetar.
Dokter itu memandang Clara dengan serius. “Ibu, kami sangat menghargai keputusan Anda untuk mendonorkan jantung, tetapi ini adalah keputusan yang sangat besar. Anda harus mempertimbangkan semua risiko dan konsekuensi yang mungkin terjadi,” katanya. Clara mengangguk, tetapi hatinya sudah bulat. Ia tidak bisa membayangkan hidup tanpa Aileen.
“Jika saya mendonorkan jantung saya, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk Aileen menjalani operasi?” tanya Clara, berusaha untuk tetap tenang.
“Jika semua berjalan lancar, kami bisa melakukan operasi dalam waktu dekat. Namun, Anda harus tahu bahwa ada risiko besar bagi Anda juga,” jawab dokter. “Kami akan melakukan pemeriksaan menyeluruh untuk memastikan bahwa Anda dalam kondisi yang baik untuk menjalani prosedur ini.”
Clara merasa hatinya bergetar. Ia tahu bahwa ini adalah keputusan yang sulit, tetapi cinta untuk Aileen mengalahkan semua ketakutannya. “Saya siap,” katanya dengan tegas. “Saya ingin mendonorkan jantung saya untuk Aileen.”
Dokter itu mengangguk, tetapi wajahnya menunjukkan keprihatinan. “Baiklah, kami akan memulai proses pemeriksaan untuk memastikan bahwa Anda memenuhi syarat untuk mendonorkan jantung. Namun, saya ingin Anda mempertimbangkan semua aspek dari keputusan ini.”
Setelah pertemuan itu, Clara kembali ke sisi Aileen. Ia menggenggam tangan putrinya dan berbicara dengan lembut. “Aileen, sayang, aku akan melakukan apa pun untukmu. Aku akan berjuang untukmu,” katanya, meskipun Aileen tidak bisa mendengar atau merespons. Clara merasa seolah -olah ia sedang berbicara dengan dirinya sendiri, tetapi ia tahu bahwa cinta seorang ibu tidak pernah berakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY 1303
Teen FictionSinopsis: Aileen, gadis berusia enam belas tahun, memiliki senyuman ceria dan semangat yang tinggi, namun di balik keceriaannya, ia menyimpan rahasia besar: penyakit jantung. Ketika kondisi Aileen terungkap, ibunya memutuskan untuk mendonorkan jantu...