Fix You

46 28 2
                                    

WARNING
Bahasa suka suka
Banyak typo
Happy Reading
.
.
.

Aku si bungsu, anak perempuan terakhir dalam keluarga ini. Sejak kecil, aku selalu merasa bahwa beban di pundakku lebih berat dari yang lain.
Keluarga mengandalkanku, dan entah bagaimana, aku menjadi harapan terakhir mereka.

Setiap kali ada pembicaraan tentang masa depan, aku bisa merasakan tatapan penuh harap dari orang tuaku. Rasanya seperti semua impian dan harapan mereka dipertaruhkan padaku.

Dulu, saat masih di bangku sekolah, hidupku terasa lebih sederhana. Aku tidak pernah tahu masalah yang membebani orang tuaku.

Mereka selalu tersenyum, berusaha menjaga suasana tetap damai di rumah. Mereka tak pernah menceritakan kesulitan yang mereka hadapi.

Sekarang, ketika aku telah beranjak dewasa, semuanya terasa berbeda. Orang tuaku mulai membuka diri tentang masalah yang mereka hadapi.

Mereka mulai menceritakan padaku tentang kesulitan-kesulitan yang selama ini mereka sembunyikan. Dan mendengar semua itu membuatku merasa sangat sedih.

Aku sering kali bertanya-tanya, Apa yang bisa aku lakukan untuk membantu mereka?

Rasanya sangat menyakitkan melihat mereka berjuang, sementara aku hanya bisa duduk diam dan merasa tidak berdaya.

Terlebih lagi, aku tahu mereka sangat berharap padaku untuk menjadi yang terbaik, untuk memberikan mereka sesuatu yang bisa mereka banggakan.

Dengan beban harapan di pundakku, aku merasa seolah-olah dunia ini sangat berat untuk ku jalani.

Bagaimana aku bisa membantu mereka ketika aku sendiri masih mencari jalanku sendiri? Aku merasa seperti ada dinding tebal yang menghalangiku untuk berbagi rasa dan kekhawatiran.

Ketika mereka menceritakan masalah mereka, aku merasa kecil dan tidak berdaya. Mereka mengandalkanku, tetapi aku tidak tahu bagaimana menjadi harapan yang mereka butuhkan.

Belum lama ini, aku mengajukan beasiswa untuk meringankan biaya kuliahku. Ini adalah harapanku untuk memberikan sedikit kelegaan bagi mereka.

Namun, saat aku menerima surat penolakan, hatiku seakan sakit sekali. Kenapa semua ini harus terjadi? Apakah aku benar-benar akan mengecewakan mereka?

Pertanyaan-pertanyaan ini terus mengganggu pikiranku. Bagaimana bisa aku memenuhi impian orang tua, jika bahkan untuk membantu diriku sendiri saja aku gagal?

Aku merasa telah mengecewakan mereka sekali lagi. Keluargaku sudah berkorban banyak untuk mendukung pendidikan dan masa depanku, tetapi aku gagal memenuhi harapan mereka.

Apa yang akan mereka katakan padaku? Apakah mereka akan kecewa? Seharusnya aku bisa melakukan lebih baik, kan?

Satu momen yang paling menyedihkan bagiku adalah ketika orang tuaku harus meminjam uang dariku, tetapi aku tidak memilikinya. Melihat raut wajah mereka yang penuh harap membuat hatiku hancur.

Rasanya seperti aku telah mengambil harapan mereka dan menginjak-injaknya. Bagaimana mungkin aku bisa membahagiakan mereka jika aku sendiri tidak bisa memenuhi kebutuhan dasar mereka?
Aku merasa tidak berdaya, terjebak dalam kegelisahan yang tidak berujung.

Rasanya sakit saat aku menyadari
betapa mereka harus berjuang hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sementara aku tidak bisa memberikan apapun sebagai balasan.

Aku ingin membahagiakan mereka, tetapi semua yang bisa kulakukan hanyalah merasa bersalah dan putus asa.

Ketika malam tiba, aku sering kali terjaga memikirkan masa depan. Aku berbohong pada diriku sendiri, berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja.

Namun, ketika aku melihat ke cermin, aku hanya melihat seorang gadis muda yang merasa terjebak. Rasa takut untuk mengecewakan orang tua selalu membayangi langkahku.

Mungkin mereka mengharapkan aku untuk melakukan hal-hal hebat, tetapi bagiku, bisa memberikan mereka kebahagiaan sederhana sudah lebih dari cukup.

Aku tahu, sebagai anak bungsu, harapan mereka semakin besar seiring bertambahnya usia. Mereka sudah tidak muda lagi, dan aku merasa semakin terbebani dengan kenyataan itu.

Aku takut waktu akan membatasi kemampuan mereka, dan aku tidak ingin menjadi orang yang gagal untuk memenuhi harapan mereka. Setiap kali aku melihat mereka, aku selalu bertanya dalam hati, Apakah aku sudah cukup baik untuk mereka?

Rasa khawatir menggerogoti pikiranku, membuatku sulit tidur di malam hari.
Ke hawatiran ini kadang membuatku merasa ingin melarikan diri, meski aku tahu itu bukan solusi.

Aku mulai mencari cara untuk berbagi perasaan ini, meskipun rasanya sulit. Siapa yang bisa mengerti perjuanganku? Ketika orang-orang di sekitarku tampak santai dan bahagia, aku merasa terasingkan.

Terkadang, aku menuliskan semua ini, mencoba mengekspresikan semua yang mengganggu pikiranku. Menulis membuatku merasa sedikit lega, seolah-olah aku bisa melepaskan beban yang ada di hati.

Setiap kali aku melihat teman-temanku meraih kesuksesan, aku merasa bahagia untuk mereka, tetapi di sisi lain, hatiku terasa sedih.

Kenapa aku tidak bisa merasakan kebahagiaan yang sama? Kenapa impianku selalu terasa jauh dan sulit dijangkau? Semua ini membuatku semakin merasa tertekan dan putus asa.

Namun, di balik semua ini, ada secercah harapan yang tidak ingin aku padamkan. Aku tahu, meskipun perjalanan ini sulit, aku harus tetap berjuang.

Aku berusaha untuk tetap optimis, meskipun banyak ketidakpastian yang menyelimuti, aku tahu aku harus terus berjuang. Mungkin ada harapan di ujung jalan.

Aku ingin menjadi kebanggaan mereka, bukan hanya sekadar harapan bagi mereka. Dengan setiap langkah yang kuambil, aku bertekad untuk meraih impian dan membuktikan bahwa aku bisa menjadi harapan yang layak mereka percayai.

Sekarang, aku harus melangkah maju, meski jalan yang harus dilalui penuh liku. Aku ingin berjuang untuk impian bukan hanya untuk diriku, tetapi juga untuk orang tuaku.

Bagiku, mereka adalah alasan terkuatku untuk tidak menyerah. Dengan semangat yang baru, aku akan mencari jalan untuk membahagiakan mereka, walaupun dalam perjalanan itu aku harus belajar untuk menerima diri sendiri.
.
.
.
.
END

Kepada semua bungsu di luar sana, kita mungkin memiliki beban yang sama, tetapi kita juga memiliki kekuatan untuk menghadapinya. Jangan biarkan rasa takut dan kekhawatiran menghentikan langkah kita. Kita adalah harapan terakhir, dan kita bisa menciptakan masa depan yang lebih baik.

FIX YOU END

Terimakasih ya yang sudah baca :)
Sunnie💥
(26.10.24)

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang