Love In The Dark

130 87 47
                                    

WARNING
Bahasa suka suka
Banyak typo
Happy Reading
Play music diatas ya:)
.
.
.

Lysandra Amara duduk di sudut kafe favoritnya, sebuah tempat kecil dengan dinding berwarna pastel dan meja-meja kayu yang hangat menikmati secangkir kopi sambil menatap ke luar jendela, melihat dedaunan yang bergoyang diterpa angin sore.
Hatinya terasa berat dengan perasaan yang sudah terlalu lama dia pendam.

Alaric Edgar, lelaki yang selalu menghiasi pikirannya, kini duduk di depannya dengan wajah penuh kebingungan.

Dia adalah tipe pria yang memiliki daya tarik yang tidak bisa diabaikan, tampan, karismatik dan penuh percaya diri.

Namun, dibalik semua itu ada sesuatu yang mengganjal bagi Lysandra. Hubungan mereka, yang dimulai dengan penuh harapan, kini terasa penuh keraguan.

"Alaric, aku harus bicara serius,"
kata Lysandra akhirnya, memecah keheningan di antara mereka.

Alaric mengangguk pelan, menatap Lysandra dengan cemas.
"Apa yang ingin kamu bicarakan, Lys?"

"Hubungan kita," jawab Lysandra dengan hati-hati.
"Aku merasa kita terjebak dalam ketidakpastian. Aku sudah lama menunggu kepastian darimu, tapi rasanya semakin lama, semakin tidak jelas."

Alaric terdiam sejenak, mencoba memahami maksud dari kata-kata Lysandra.
"Aku tahu, Lys. Aku memang butuh waktu untuk memastikan semuanya. Aku tidak ingin membuat keputusan terburu-buru."

"Aku sudah memberi kamu banyak waktu, Alaric. Tapi sampai kapan? Setiap hari berlalu, aku semakin merasa bahwa kita berjalan di tempat yang sama," balas Lysandra dengan nada yang mulai bergetar. "Aku butuh kepastian sekarang, Alaric."

Alaric terdiam sejenak, seolah mencoba menyusun kata-kata yang tepat.
"Aku benar-benar tidak ingin kehilanganmu. Tapi aku merasa belum siap memberikan kepastian yang kamu inginkan."

Lysandra merasa hatinya semakin berat. Dia berdiri dari kursinya, meninggalkan sisa kopinya yang tak tersentuh. Dengan langkah pelan, dia menuju pintu kafe, berusaha mengabaikan tatapan penasaran dari para pengunjung.

Setiap langkah terasa semakin berat, seolah dunia di sekelilingnya menghilang. Udara segar di luar terasa dingin di kulitnya, dan Lysandra menghela napas panjang.

Lysandra berjalan pulang dengan langkah gontai. Merasakan angin sore yang sejuk mengusap wajahnya.
Pikirannya dipenuhi oleh kata-kata Alaric.

Lysandra merasa seolah-olah segala sesuatu di sekitarnya blur dan tidak nyata. Lysandra mengarahkan langkahnya menuju rumah, melewati jalan-jalan yang sering dia lalui. Namun, kali ini semuanya terasa berbeda, lebih suram dan penuh beban.

Sesampainya di rumah, Lysandra langsung menuju kamar tidur. Dia duduk di tepi ranjang, memandangi dinding kamar yang tenang, merenungkan hubungan mereka yang tak pernah jelas.

"Kenapa aku selalu menunggu?" gumamnya pada diri sendiri. "Apakah aku tidak berhak untuk bahagia?"

Di malam hari, Lysandra mencoba tidur, tapi pikirannya terus menerus dipenuhi oleh kenangan dan pertanyaan yang tidak terjawab.

Ia membolak-balikkan tubuh di ranjangnya, merasa gelisah. Keputusan yang harus diambil terasa begitu berat, dan ia merasa terjebak di antara harapan dan kenyataan yang pahit.

Hari-hari berikutnya berlalu dengan lambat. Lysandra merasa setiap detik menjadi beban berat yang harus dia pikul.

Ia terus berharap bahwa Alaric akan memberikan jawaban yang selama ini dia tunggu. Namun, harapan itu semakin memudar seiring berjalannya waktu.

Setiap kali dia menerima pesan atau telepon dari Alaric, dia merasakan perasaan campur aduk antara harapan dan ketidakpastian.

●○●○●

Pada suatu sore yang cerah, Lysandra memutuskan untuk berjalan-jalan di taman dekat rumahnya. Dia duduk di bangku taman, memandangi daun yang berguguran dan merasa seolah-olah ia menjadi bagian dari pemandangan yang tenang tersebut.

Taman itu adalah tempat yang selalu memberinya rasa damai, tetapi hari itu, damai itu terasa lebih sulit ditemukan.

Tak lama kemudian, Alaric muncul di kejauhan, tampak ragu-ragu namun penuh tekad. Dia mendekati Lysandra dengan langkah hati-hati, duduk di sampingnya di bangku taman.
Suasana di sekitar mereka terasa penuh ketegangan.

"Lysandra, aku sudah memikirkan semuanya," kata Alaric, mencoba mencari kata-kata yang tepat.
"Aku tidak ingin kehilanganmu."

Lysandra menoleh, menatap Alaric dengan mata penuh harapan yang mulai memudar.
"Aku sudah lelah, Alaric. Kamu selalu membuatku menunggu tanpa kepastian."

Alaric menundukkan kepala, wajahnya di penuhi rasa bersalah dan suaranya bergetar.
"Maafkan aku, Lys. Aku hanya butuh lebih banyak waktu."

"Waktu? Sudah berapa lama kita seperti ini? Aku butuh kepastian, bukan janji yang terus-menerus," jawab Lysandra tegas.

Lysandra merasa hatinya semakin berat, dan keputusan yang harus diambil semakin mendekat.
"Bukan cinta ku yang hilang, tetapi keinginan ku untuk tetap bersama denganmu tertelan oleh angan. Aku mencintaimu, sangat, tetapi aku berhak mendapatkan cinta yang sama, bukan?"

Lysandra berdiri, siap untuk mengakhiri pertemuan ini. Alaric mencoba untuk berbicara lagi, tapi Lysandra sudah terlalu terpengaruh oleh perasaannya sendiri.
"Ayo kita sudahi semuanya sampai di sini," kata Lysandra dengan suara yang mulai bergetar.

Alaric terdiam, air mata mulai menggenang di matanya. "Lys, aku..."

Lysandra menatapnya untuk terakhir kalinya, mencoba menyimpan kenangan yang baik tentang mereka.
"Aku tidak bisa lagi menunggu. Aku harus menemukan jalanku sendiri."

Dengan berat hati, Lysandra berjalan menjauh, meninggalkan Alaric yang terpaku di tempatnya.

Dia tahu keputusan ini bukanlah yang mudah, tetapi dia sadar bahwa kebahagiaan dan kepastian adalah haknya.

Lysandra memutuskan untuk fokus pada dirinya sendiri, mencoba menemukan kebahagiaan yang selama ini dia cari.

●○●○●

Beberapa bulan kemudian, Lysandra telah memulai hidup baru. Dia fokus pada karier dan menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana.

Setiap hari dia semakin merasa lebih kuat dan lebih mandiri. Meski terkadang kenangan tentang Alaric masih muncul, dia tahu bahwa keputusan yang diambil adalah yang terbaik untuknya.

Di taman yang sama, dia duduk di bangku dan menatap langit biru. "Aku pantas mendapatkan kebahagiaan dan kepastian," katanya pada diri sendiri, merasakan kebebasan yang baru ditemukan.

Alaric, yang kini hanya bagian dari masa lalu, telah mengajari pentingnya menghargai diri sendiri dan mencari kebahagiaan yang pasti.

Dengan senyum kecil di wajahnya, Lysandra melanjutkan hidup dengan penuh semangat dan harapan baru.

Lysandra menyadari bahwa perjalanan hidupnya baru saja dimulai dan dia siap untuk menghadapi apa pun yang akan datang.

Dalam hatinya, dia merasa siap untuk mengejar impian dan menemukan kebahagiaan yang sejati, tanpa harus menunggu kepastian dari orang lain.
.
.
.
END

Cinta sejati memerlukan kepastian dan komitmen. Jika hubungan terasa menggantung dan tak jelas, beranilah melepaskan demi menemukan kebahagiaan yang nyata dan penuh.

Cinta sejati adalah tentang menghargai diri dan berfokus pada masa depan yang lebih baik.

Love In The Dark End

Terimakasih ya yang sudah baca :)
Sunnie💥
(26.07.24)

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang