"Hyuuga," gumam Sasuke saat mendengar langkah kaki ringan mendekati ranjangnya.
Ia tidak begitu yakin sudah berapa lama sejak terakhir kali gadis itu mengunjunginya. Kegelapan membuatnya kehilangan konsep waktu, dan ANBU yang menjaganya tidak mungkin mau mengobrol dengannya. Ia tahu Sakura datang mengunjunginya setiap hari, tetapi selalu saat ia sedang tidak sadar. Untuk itu, Sasuke merasa bersyukur.
"Selamat siang, Uchiha-san," jawab Hinata, dan Sasuke mengernyit mendengar suaranya.
Nada suara Hinata lembut. Bukan bisikan, tapi terdengar seolah tidak mungkin bisa lebih kuat. Perempuan lemah macam apa yang telah mereka jodohkan dengannya? Bagaimana gadis itu bisa menjaga dirinya tetap terikat pada desa ini? Mereka lebih mungkin berhasil mengikatnya pada Sakura daripada pada makhluk lemah yang satu ini.
Mungkin mereka percaya bahwa ia akan merasa wajib memenuhi keinginan keluarganya dan menikah seperti yang selalu diinginkan. Kemungkinan kecil untuk itu. Kontrak ini telah disusun dalam keadaan yang jauh dari tulus. Di sisi Hyuuga, itu tak lebih dari sekadar polis asuransi. Untuk pihak Uchiha, ini adalah harapan berlebihan untuk memperluas kekuasaan mereka. Menukar anak-anak seperti bidak catur. Semuanya membuatnya muak, tapi ia akan menggunakan kebodohan penuh kesombongan dari masa lalu ini untuk keuntungannya.
"Aku sudah menandatangani kontraknya," kata Sasuke, dan suara kikukan terdengar saat Hinata menarik selimut rumah sakit hingga sebatas pinggangnya.
"Aku tahu," jawabnya tanpa emosi sedikit pun.
Sasuke menahan diri agar kekecewaannya tidak terlihat di wajahnya, tapi dalam hatinya ia bergolak. Hinata meletakkan tangan kecil dan dingin tepat di atas pusarnya, dan sensasi tajam dari chakra menyebar melalui ujung-ujung jarinya.
"Ini akan menjadi prosedur terakhir, Uchiha-san. Kau akan merasakan perubahan nyata saat tubuhmu kembali terbiasa dengan penggunaan chakra. Ini akan...menyakitkan... tapi tolong lakukan yang terbaik untuk bertahan."
"Lakukan saja, Hyuuga."
Sasuke menggertakkan giginya, kukunya menancap di bagian daging telapak tangannya saat rasa panas mengalir melalui pembuluh darahnya. Ia akan bertahan. Ia akan bertahan sampai hari di mana ia mendapatkan kembali matanya.
.
.
.
"Nah. Ini bagus," kata Sakura dengan bangga pada dirinya sendiri sambil merapikan selimut biru tua di ujung tempat tidur.Ia meletakkan tangannya di pinggul dan memindai kamar itu dengan cermat, secara mental menelusuri daftar panjang yang ada di kepalanya. Lemari dan laci sudah diisi dengan pakaian. Tempat tidur—yang jauh lebih nyaman daripada yang Sasuke tempati selama beberapa bulan terakhir—telah dibereskan, dan kamar mandi sudah dilengkapi perlengkapan mandi.
Dapur penuh dengan makanan, tapi ruang tamu masih belum dilengkapi perabotan. Sakura ragu Sasuke akan banyak menggunakan ruangan itu. Ia sudah menyiapkan segalanya untuk kedatangannya, namun entah mengapa ia merasa itu masih belum cukup. Selama empat puluh delapan jam terakhir, sejak Kakashi memberitahunya bahwa Sasuke akan keluar dari rumah sakit, ia merasa gelisah.
"Kau memanggilku, Kakashi-sensei?" tanya Sakura saat pintu kantor Hokage tertutup di belakangnya.
Aneh rasanya berada di kantor bersama mantan senseinya yang kini memimpin, bukan Nona Tsunade. Botol-botol sake yang berserakan jauh lebih sedikit dan dokumen-dokumen tidak menumpuk hingga ke langit-langit. Kakashi adalah pemimpin yang baik untuk Konoha, tapi itu tidak menghentikannya untuk merindukan Hokage Kelima.
"Ya," kata Kakashi sambil bangkit dari kursi dan berjalan ke jendela yang menghadap langsung ke desa. "Aku ingin menanyakan kondisi Sasuke kecil kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Becoming an Uchiha
FanficSasuhina Canon Naruto by Masashi Kishimoto Story by College n Curls on Ffn Translate by Nejitachi