Aroma rempah dan asap memenuhi udara saat matahari gurun yang panas terbenam di atas bangunan tanah liat di desa Pasir. Ada banyak hal di Suna yang membuat Naruto merasa tidak nyaman. Siang hari terlalu panas, sementara malam hari terlalu dingin. Makanan terlalu pedas, dan tidak ada ramen yang bisa dimakan sebagai alternatif.
Meski memiliki kekurangan, orang-orangnya sangat ramah—terutama karena ia adalah teman Kazekage—dan ada satu hal di Suna yang tidak bisa ditandingi Konoha: pasar jalanannya.
Bahkan ketika Konoha damai, mereka tidak pernah memiliki pasar jalanan seramai di Suna. Para pedagang berdiri di luar, menjajakan barang dagangan mereka dari fajar hingga senja, dan selalu ada kerumunan orang yang siap membeli.
Satu-satunya hal yang sebanding dengan itu hanyalah festival yang biasa diadakan di Konoha, tetapi sudah tidak ada lagi festival sejak sebelum perang.
Naruto tersenyum saat melihat dua anak kecil mengagumi topeng-topeng yang dicat dengan warna cerah di kios sebelahnya. Kedua anak itu berdebat keras tentang topeng mana yang paling menakutkan ketika menghadapi shinobi musuh.
Di sini, anak-anak masih bersekolah di Akademi Suna, dan ada begitu banyak imigran dari desa lain sehingga mereka harus membuka sekolah kedua.
Senyum Naruto semakin lebar saat melihat salah satu anak mengenakan topeng rubah oranye cerah di wajahnya, berusaha menakut-nakuti temannya yang lain namun tidak berhasil.
Pemilik kios topeng itu tertawa melihat tingkah mereka dan mengusir keduanya, memberi mereka topeng rubah yang mereka sukai sebagai kenang-kenangan.
Suatu hari nanti, pikir Naruto saat anak-anak itu berlarian menjauh ke dalam kerumunan, Konoha akan seperti ini juga. Aku akan memastikan hal itu terjadi.
"Aku rasa gadis yang kau maksud tidak menginginkan topeng," suara tegas di sebelahnya tertawa, dan Naruto terlonjak kaget.
Naruto begitu asyik dalam pikirannya sendiri sehingga lupa dengan keberadaan Gaara dan Temari. Namun, kedua bersaudara itu tidak keberatan dan mulai menariknya melewati kerumunan menuju kios-kios yang lebih cocok.
"Jadi, gadis ini, apa yang dia suka?" Temari bertanya sambil mengaitkan lengannya di lengan Naruto.
Naruto menggaruk dagunya, berpikir keras untuk mengingat sesuatu yang mungkin bisa membantu. Apa yang disukai Hinata?
"Eh?"
"Kau sama sekali tidak tahu, kan?" Temari mendesah dan menoleh ke belakang, melihat Gaara yang berusaha tidak menunjukkan minat pada percakapan mereka. "Ayo Gaara, kau tidak akan bisa mendengar dengan jelas di belakang sana."
Gaara tampak sedikit panik mendengar ucapan itu, namun ia tetap maju ke sisi Temari. Begitu berada di sana, Temari mengaitkan lengannya di lengan Gaara juga dan menyeret kedua pria itu melewati kerumunan pasar.
"Jadi, Naruto, siapa gadis ini? Aku akan bisa membantumu lebih baik jika aku tahu siapa dia," kata Temari.
Dengan tangan bebasnya, Naruto menggaruk belakang kepalanya dan sengaja mengalihkan pandangannya dari kunoichi itu. Ia benar-benar tidak ingin memberitahu siapa pun tentang Hinata untuk saat ini. Temari mendengus dan mengalihkan perhatian ke adiknya.
"Lalu bagaimana denganmu, Kazekage-sama? Kau ikut-ikut begini pasti ada alasannya. Siapa gadis itu?"
Gaara mengatupkan bibirnya rapat-rapat, matanya tetap terpaku pada jalanan di depan mereka.
"Semoga tidak semua pria setidak kompeten kalian berdua," desah Temari, menarik mereka ke sebelah kiri menuju toko permen yang terang benderang. "Ayo kita beli sesuatu yang sederhana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Becoming an Uchiha
FanficSasuhina Canon Naruto by Masashi Kishimoto Story by College n Curls on Ffn Translate by Nejitachi