Gyuri duduk di bangku tepi Han River, suasana malam itu tenang, tetapi pikirannya berputar seperti roller coaster. Ciuman manis yang dia bagi dengan Jisun masih terasa hangat di bibirnya, tapi kabar dari papanya menggantung di pikirannya.
Jisun, yang duduk di sampingnya, merasakan ada yang aneh. "Gyuri, kamu kenapa? Kayak orang bingung, gitu. Mikirin apa sih?" tanyanya sambil mengernyitkan dahi.
"Ehm... ada yang mau aku bilang," Gyuri memulai, berusaha menyusun kata-kata.
"Papa bilang aku harus pindah ke Amerika setelah lulus."
"Eh? Serius? Pindah jauh gitu?" Jisun mengerutkan dahi, kebingungan di wajahnya.
"Kok jadi kayak orang gila sih? Nanti kita LDR, loh!"
Gyuri mengangguk, "Iya. Tapi... aku enggak mau pergi jauh dari kamu."
Jisun melotot, "Terus gimana? Kamu mau jadi orang Amerika gitu?"
Gyuri menggeleng sambil tersenyum, "Enggak, aku lebih suka jadi orang Korea yang punya pacar cantik."
"Wow, gombal! Tapi serius, Gyuri. Kita baru mulai bareng, ya? Gimana kalau kamu ke sana dan malah jatuh cinta sama orang lain?" Jisun berusaha terlihat serius, meski hatinya berdebar.
"Aku enggak bakal. Kamu satu-satunya yang bikin aku bisa tersenyum kayak gini," Gyuri menjawab dengan lembut, meraih tangan Jisun.
"Duh, bikin aku meleleh, nih! Tapi, ya ampun, LDR itu berat! Gimana kalau kita enggak bisa ketemu?"
"Tenang saja, kita bisa video call, ngadepin semua ini bareng-bareng," Gyuri berusaha tenang, meski sebenarnya juga merasa ragu.
"Video call? Kapan pun aku panggil kamu, kamu harus jawab! Jangan sampe lagi tidur!" Jisun mengancam, berusaha mencairkan suasana.
"Janji! Kecuali aku benar-benar lagi tidur," Gyuri bercanda, lalu tersenyum lebar.
Mereka berdua tertawa, tetapi Jisun bisa merasakan sedikit ketegangan. "Gini deh, kita bikin rencana, ya? Setiap bulan kita harus ketemu di sini, di tempat ini," Jisun mengusulkan, berharap bisa menjaga koneksi mereka.
"Setuju! Kita jadi pasangan LDR yang paling konyol, deh!" Gyuri menjawab dengan senyum.
Malam itu mereka berdua menikmati waktu bersama, bercanda, dan berbagi harapan meskipun ketidakpastian mengintai di depan.
"Setelah kamu pergi, aku bakal hitung hari sampai kita ketemu lagi. Dan jangan lupa bawa makanan enak dari sana!" Jisun tersenyum, mulai merasa lebih baik.
"Dan aku akan pastikan kamu jadi orang pertama yang tahu apa yang terjadi di sana. Kita pasti bisa melalui ini," Gyuri berjanji, merasa sedikit lebih lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tsundere Guy
FanfictionKetika dia terlihat tidak peduli tetapi sebenarnya peduli. " Makanya, kalau suka bilang suka, kalau nggak bilang nggak," " Iya tau, tau," " Tumben, otaknya pintar hyung," " Eh iya, tumben kali," " Hehehehehehe," Gender bender fromis_9 Start [ 17/03...