7

163 17 1
                                    

Gue masih belum bisa move on dari acara nangis-nangis gue. Sekarang gue lagi di Indomaret, gue lagi berusaha buat gimana caranya berhenti mikirin hal yang sama berulang kali.

"Ini aja kak? Apa ada tambahan?" Ujar si mbak kasir Indonaret nya.

"Oh ngga mbak, itu aja hehe." Jawab gue.

Gue beli Kopi Kenangan kemasan kaleng, gue beneran lagi pusing banget butuh kopi.

Kalian ga lupa kan gue hujan-hujanan dari Solaria sampe Indonaret gini? Yap, betul, sekarang gue kedinginan mampus.

Karena di Indomaret disediain kursi buat customer, jadi gue mutusin buat duduk disana dulu untuk sementara waktu sembari gue netralin pikiran gue.

Ga kerasa air mata gue ngalir lagi, setelah gue pikir-pikir kayanya gue emang beneran kebawa perasaan sama Dicky. Bego, beneran bego banget sumpah demi apapun.

Dicky semanis itu ke elo belum tentu dia punya perasaan yang sama kek apa yang lo rasain, mikir kesana ga sih lo, lan?

Gue gatau orang lain bisa tau atau ngga kalau gue sekarang bener-bener lagi gemeteran sambil nangis.

Ceklek~ Suara pintu kebuka.

Gue ga hirauin siapa yang buka pintunya, tiba tiba lima detik kemudian hp gue bunyi ada notif telp masuk.

"Dicky..."

Yap, Dicky yang call gue, pake acara call segala, ngga akan gue angkat dulu lah.

Tiba-tiba gue ngerasa ada sesuatu yang selimutin bagian pundak gue, pas gue liat ternyata ini hoodie, punya siapa?

Pas gue noleh ke arah kiri atas disitu ada laki-laki tinggi badannya agak kekar dan dia senyum ke gua.

"Habis kehujanan ya? Dingin begini kok kuat banget maksain diri di ruangan ber AC?" Tanya dia.

Gue yang masih dalam keadaan bingung ga langsung jawab pertanyaan dia gitu aja, dia masih natap gue dengan satu alis yang keangkat dan dengan senyuman yang ga luntur dari tadi tentunya.

"Ini serius gapapa? Nanti hoodie mu basah loh?" Tanya gue.

Dia cuma bales dengan kekehan doang terus manggut.

"Iya gapapa, i'm the one who offered it to you, that means it's no problem." Jawab dia sambil senyum ke arah gue.

"Makasih yaaa." Jawab gue.

Dia manggut sambil terus senyum. Ni orang senyum mulu apa ngga kering gigi nya?

Dia nawarin buat jabat tangan, "Yesaya" ujar dia sambil nyodorin tangannya.

Gue yang bingung pun reflek langsung jabat tangan dia, "Alan" jawab gue.

"Nice to meet you." Ucap dia.

Gue bales senyum, "Nice to meet you, too." Jawab gue.

"Kamu tinggal dimana?" Tanya Yesaya.

"Deket-deket sini kok, kosan P***** disana." Jawab gue.

"Wah, kost elite yaaaa? Hahaha."

"Ah, ngga juga kokkk." Jawab gue.

"Pulang aku antar, gimana?"

"Eh ga usah, aku bawa motor kok lagi pula udah deket dari sini." Jawab gue.

"Um, kesibukanmu sehari-hari apa?"

Gue noleh ke arah dia, "Kuliah" jawab gue.

Dia ngebentuk huruf O di mulutnya sambil manggut. Dia perfect, bener-bener perfect, dia dateng disaat emang gue butuh temen ngobrol.

"Kapan-kapan main ke rumahku, bisa? Atau kalau emang gabisa nanti aku yang main ke kost mu, sesekali mampir pulang kerja? Can i?"

Hah?

Oh, dia udah kerja toh? Kirain masih kuliah, ga keliatan kaya muka-muka pekerja keras soalnya.

"Kamu kerja?" Tanya gue.

Dia manggut, "Yaaa, aku dokter."

HAHHHHHH???????

Demi apasi? 😭😭😭

"Hah? Are you serious?"

Dia senyum lagi! "Of course, what's wrong?" jawab dia.

"Maaf, tapi aku beneran ga bermaksud, wajah kamu awet muda banget soalnya jadi ga kepikiran kalau kamu kerja apalagi dokter."

Dia ketawa, bener-bener ketawa sejadi-jadinya.

(??)

Apa yang salah sama kata-kata gue?

"Emang salah ya kalau masih muda jadi dokter?"

Gue dengan cepat langsung respon gelengin kepala.

"Aku masih koas."

Sama ga sih? Itu hal yang hebat dan luar biasa.

Dia dari tadi bener-bener natap gue sambil senyum, bener-bener ga luntur senyumannya.

"Kamu ga pulang?" Tanya gue ke dia.

Dia noleh sambil minum minuman yang dia beli, terus angkat kedua alianya dan gelengin kepala.

"Nunggu kamu." Jawab dia.

Simpel, tapi berhasil buat gue mikir.

Nunggu gue? Kenapa?

"Oh iya maaf ini hoodie kamu, maaf aku malah keterusan jadiin ini sebagai selimut hehe."

Dia langsung melotot, "Oh ngga-ngga, bukan karena itu, hoodie aku kamu bawa pulang juga ga masalah kok, ya emang betul aku emang nunggu kamu, kamu pulang aku pulang, gitu maksudnya." Jawab dia.

Loh, kenapa harus nunggu gue?

"Ini udah mau pulang kok." Ucap gue sambil turun dari kursi dan berdiri di lantai sambil natap dia.

Seketika gue keinget sama Dicky, gue bengong sebentar sampe akhirnya dia buyarin lamunan gue.

"Hey, you good?"

Gue langsung sadar dari lamunan, "Um, yaaaa baik kok, kenapa?"

"Sambil jalan keluar aja gimana?" Tanya dia sambil mempersilahkan gue jalan.

Gue jawab dengan anggukan.

"Aku perhatiin tadi sebelum aku tawarin pakai hoodie aku, kamu kaya orang lagi nangis? Maaf kalau terkesan ga sopan dan ikut campur, aku takut kamu kenapa-kenapa aja."

Gue natap dia dan senyum sambil gelengin kepala, "Masalah kecil aja kok." Ujar gue.

Dia anggukin kepalanya, "Yasudah kalau begitu, kamu pulang duluan gih."

Gue senyum, "Okay, thanks yaaaa."

Dia bales senyum sambil lambaikan tangannya. Gue nyalain motor gue dan langsung tancap gas pulang ke kost.

Ya kalian tau, tanpa gue sadari, dari tadi gue udah lupa sama masalah Dicky, ya gue terbawa suasana yang buat gue enjoy dalam obrolan barusan bareng Yesaya.

Sahabat kok gitu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang