9

120 21 7
                                    

Selamat membaca!

Di dalam mobil Yesaya terus menatap ke arah Alan, dan Alan yang ditatap seperti itu hanya bisa memberikan respon kikuk.

"Fokus nyetirnya Yesaya, kalau misal kita kecelakaan karena kamu natap aku terus ya ga lucu dong?" Ucap Alan yang dijawab dengan kekehan dari Yesaya.

Yesaya menatap fokus ke arah depan sambil sesekali menoleh, "gimana, suka bunga sama cokelatnya?" Tanya Yesaya sambil matanya melirik kearah Alan.

Alan yang mendengar itu langsung menolehkan kepalanya.

"Dari kamu?" Tanya Alan.

Yesaya mengangguk dengan cepat. "Kenapa? Jangan bilang kamu ga suka cokelat atau boneka ya? Atau bunganya terlalu lebay? Atau cokelatnya kurang?" Jawab Yesaya.

"Bukan, bukan itu, cuma aku bingung aja gimana bisa kamu taruh bunga itu di depan unitku, sedangkan gerbang kan dikunci?" Alan kembali bertanya.

Yesaya tersenyum, "tadi pas aku sampe kebetulan ada anak kost situ yang mau masuk dia buka gerbang, aku minta tolong sama dia buat taruh ini di unit orang yang namanya Alan." Timpal Yesaya sambil tersenyum.

"Astaga Tuhan Yesus, bisa-bisanya ya kamu kepikiran kaya gitu, aku tadi mikir itu dari siapa ga mungkin kan anak kost situ yang kasih ke aku?" Jawab Alan sambil tertawa.

Mereka sama-sama tertawa, "btw makasih ya." Timpal Alan disela-sela tertawa mereka.

"Untuk?" Jawab Yesaya sambil mengangkat satu alisnya.

Alan menolah, "ya makasih karena udah kasih bucket bunga lengkap sama cokelat sama boneka harimau." Ucap Alan.

Yesaya menganggukkan kepalanya, lalu ia menyibakkan rambutnya keatas, itu terlihat sangat sempurna.

"Kamu tau ga kenapa aku pilih boneka harimau kecil?" Tanya Yesaya kepada Alan yang sedang menatap kearah jalanan di jendela sampingnya.

Alan menoleh dan mengangkat satu alisnya seakan memberikan gestur bertanya "kenapa?". Yesaya tersenyum.

"Karena pertama kali ketemu kamu di Indomaret malem itu, aku ngerasa dari tatapanmu tajam banget dan kamu sedikit bawel plus galak, kaya harimau. Nah, kenapa aku pilihnya harimau kecil? Ya karena, selain galak dan bawel kamu juga lucu, imut, mungil, jadi persis kaya boneka harimau yang aku kasih itu." Jelas Yesaya, ia tersenyum dengan sangat tampan.

Mendengar hal itu membuat Alan termenung, sebenernya apa yang salah dengan Yesaya?

Alan tersenyum, daripada ia merespon dengan mimik wajah yang membuat Yesaya berpikir bahwa itu tidak berarti bagi Alan, lebih baik ia tersenyum.

Tapi jujur, jauh di lubuk hati Alan yang terdalam, dia sangat tersanjung, tersipu, dan merasa bahwa Yesaya adalah laki-laki yang penuh akan effort.

Bayangkan saja, mengantar Alan ke kost malam-malam dan diam-diam pula dengan dalih takut Alan kenapa-kenapa. Lalu memberikan Alan bucket bunga, cokelat, dan juga boneka, serta kartu ucapan semangat. Menjemput Alan pagi-pagi seperti tadi. Dan, mengantar Alan ke kampusnya, bukankah itu dinamakan penuh effort?

"Jadi itu alasannya?" Tanya Alan sambil tersenyum dan menatap Yesaya.

Yesaya meliriknya, lalu tersenyum dan memanggutkan kepalanya.

"Jadi menurut kamu aku kaya harimau ya?" Jawab Alan dengan pergerakan seperti orang yang sedang merajuk.

Yesaya kelabakan mendengar nada bicara Alan dan pergerakan yang Alan perlihatkan. Yesaya dengan sigap memegang pundak Alan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sahabat kok gitu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang