Chapter 3: The Calm Before The Storm

49 8 1
                                    

Pagi di desa Foosha dimulai dengan indah. Tak terasa, Eyin sudah mau 2 tahun di dunia ini. Eyin duduk di beranda rumah kontrakannya, menikmati secangkir teh hangat sambil menyaksikan matahari terbit. Warna oranye keemasan menghiasi langit, memberikan semangat baru di setiap harinya. Udara segar dan angin sepoi-sepoi membuatnya merasa damai, jauh dari keributan yang biasa ia alami di dunia asalnya.

'Beh enak bet yak punya rumah  pinggir laut begini.' pikirnya sambil menghirup teh. 'Seharusnya semua orang di dunia asal gua bisa lihat beginian. Andai bisa gua post pasti pada pengen kesini juga.'

Dari kejauhan, Eyin melihat kapal selam kecilnya yang sedang dipersiapkan di pelabuhan. Sejak ia mendapatkan uang berry dari Wergon dan bekerja keras, ia mampu membangun kapal itu. Tinggal mengecat dan dia bisa berlayar kapan saja.

'Gila, sebentar lagi Luffy mulai berpetualang. Kayaknya dia udah siap semua,' pikir Eyin sambil mengingat kemarin, saat ia melihat Luffy mulai pamitan dengan beberapa warga desa.

Eyin merasa bersemangat dan cemas sekaligus. Ia tahu bahwa waktu yang tersisa sebelum Luffy berlayar tidak banyak. Ia sudah mengatur rencananya dan bertekad untuk bersiap sedia. Selain itu, tinggi badannya kini sudah meningkat menjadi 167 cm. 'Gelo, makin tinggi aja nih gua,' pikirnya sambil melirik bayangannya di cermin. 'Tapi, tetap aja gua masih kayak anak remaja yang belum dewasa, hehe.'

Setelah selesai menikmati teh dan bercermin, Eyin mengeluarkan ranselnya dan mulai memindahkan barang-barang ke kapal selamnya. 'Ini semua perlengkapan penting harus masuk,' pikirnya. Ia mengemas beberapa set pakaian baru yang baru saja dibeli dari pasar: dua jubah hitam, satu jubah putih, satu jubah hijau, dan satu jubah navy. Semua jubah itu akan sangat berguna untuk penyamarannya.

Setelah semua pakaian terkemas dengan rapi, Eyin menoleh ke arah pelabuhan dan melihat kapal selamnya. 'Aduh, gimana ini cuk??!' pikirnya cemas. 'Gimana kalo nanti ada yang ngeliat gua..?'

Eyin menarik napas dalam-dalam dan menyemangati dirinya sendiri. 'Santai, Eyin. Lu bisa ngelakuin ini. Lu kan bukan lagi cewek biasa di dunia nyata, ini dunia One Piece anjay!'

Dengan tekad baru, Eyin melanjutkan pekerjaannya. Ia merasa beruntung bisa memiliki kekuatan aneh yang membuatnya bisa menyembunyikan hawa keberadaannya. Eyin menganggap ini sebagai kelebihan yang membantunya saat harus mengamati orang lain. 'Gak percaya juga gua bisa sembunyi-sembunyi gini. Beneran deh, ini kayak di film-film cok!'

Setelah semua barangnya sudah dimasukkan ke dalam kapal selam, Eyin merasa puas. Ia melangkah mundur, menatap hasil kerjanya. 'Keren, kan? Gak nyangka gua bisa punya kapal sendiri,' pikirnya dengan senyum lebar.

Selesai dengan semua persiapan, ia memutuskan untuk bersantai sejenak sebelum menjelajah. Eyin berjalan menuju pelabuhan, mencari tempat duduk yang nyaman. Dia melihat ke arah laut yang tenang, merasakan angin laut yang segar. 'Hufth... gua harus nikmatin momen damai ini sebelum menghadapi kekacauan pas berpetualang nanti,' pikirnya sambil merebahkan diri di kursi kayu.

Saat memandang ke laut, bayangan Luffy muncul di pikirannya. 'Gila, sebentar lagi dia bakal jadi Raja Bajak Laut,' pikirnya. 'Pengen banget gua ancritt ngeliat semua itu dari dekat, tapi tetap aja…'

Eyin menggigit bibirnya, teringat akan kesadaran bahwa ia hanyalah pengamat. 'Jadi mata yang gak terlihat. Ah, susah banget deh!'

Setelah beberapa saat bersantai, Eyin kembali ke rumah kontrakannya. Ia merasa energinya terisi ulang. Sekarang saatnya mencari pekerjaan tambahan agar bisa menabung lebih banyak. 'Kayanya harus tanya Pak Wergon tentang pekerjaan. Mungkin dia bisa bantu, kan?'

╭⊰ 𝐎𝐁𝐒𝐄𝐑𝐕𝐄𝐑 ⊱╮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang