2

55 9 2
                                    

Setelah beberapa bulan menjalin pertemanan yang semakin erat, Freya dan Floran memutuskan untuk menjalani petualangan baru: mendaki beberapa gunung di Indonesia. Mereka berdua telah berbagi banyak momen indah, tetapi Floran merasa bahwa mendaki gunung akan menjadi cara sempurna untuk memperdalam hubungan mereka sekaligus menambah inspirasi bagi Freya dalam menggambar.

Pagi itu, Freya dan Floran berangkat menuju Gunung Bromo. Keduanya bangun sebelum fajar, bersemangat untuk menyaksikan keindahan matahari terbit yang terkenal dari puncak gunung. Dalam perjalanan, Freya mengamati pemandangan sekitar dengan mata berbinar. "Lihat! Langitnya sudah mulai berwarna merah!" serunya, menunjuk ke arah horizon yang mulai memerah.

Floran tersenyum, melihat semangat Freya yang tak pernah pudar. "Ya, itu tanda kita sudah hampir sampai," jawabnya sambil mengemudikan mobil ke arah parkiran.

Setelah tiba di basecamp, mereka segera bersiap untuk mendaki. Suasana pagi yang sejuk membuat Freya merasa segar. Mereka berjalan berdua, saling berbagi cerita tentang impian dan harapan sambil melangkah di antara lautan pasir dan tebing-tebing tinggi. Floran selalu berusaha untuk membuat Freya tertawa, dan suara tawa mereka mengisi udara segar pagi itu.

Sesampainya di puncak, keduanya terpesona oleh panorama luar biasa yang terbentang di depan mereka. Matahari terbit melukis langit dengan warna oranye dan ungu, menyoroti puncak Gunung Bromo yang megah. Freya mengeluarkan buku sketsanya, terinspirasi untuk menggambar keindahan yang ada di hadapannya.

"Lihatlah!" Freya bersemangat, "Ini luar biasa! Aku harus menggambarnya!"

Floran mengamati Freya dengan penuh rasa bangga. Dia tahu bahwa seni adalah bagian penting dari hidup Freya, dan dia ingin mendukungnya sepenuhnya. "Ambil semua waktu yang kau butuhkan," ucapnya. "Aku akan menunggu di sini."

Freya mulai menggambar dengan penuh konsentrasi, sementara Floran duduk di dekatnya, memandangi pemandangan dengan hati yang penuh rasa syukur. Saat Freya selesai menggambar, dia menoleh kepada Floran. "Bagaimana menurutmu?" tanyanya, memperlihatkan hasil karyanya.

"Itu sangat indah, Freya," puji Floran. "Kau menangkap esensi dari tempat ini dengan sempurna."

Mendengar pujian Floran, Freya merasakan jantungnya bergetar. Mereka berdua duduk dalam keheningan, menikmati keindahan alam yang menyentuh jiwa mereka. Dalam momen damai itu, Floran merasa inilah saat yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya.

"Freya," katanya, suaranya penuh ketulusan. "Ada sesuatu yang ingin aku katakan."

Freya menatapnya dengan penuh perhatian. "Apa itu?"

Floran menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan keberanian. "Sejak kita bertemu, hidupku terasa lebih berwarna. Setiap momen bersamamu membuatku merasa lebih hidup. Aku ingin kau tahu bahwa aku menyukaimu, lebih dari sekadar teman."

Jantung Freya berdebar kencang. Dia merasa semua emosi dalam dirinya berkumpul dalam satu momen. "Floran, aku juga merasakan hal yang sama. Aku tidak pernah berpikir kita akan sampai di sini, tetapi aku sangat senang kau mengatakannya," jawabnya dengan tulus.

Floran tersenyum lebar, seolah beban berat telah terangkat dari bahunya. "Jadi, kita berdua merasa sama?"

"Ya, kita saling memahami. Aku ingin melihat ke mana perasaan ini akan membawa kita," Freya menjawab, hatinya dipenuhi perasaan bahagia.

Mereka saling menatap, dan dalam sekejap, Freya merasakan kedekatan yang lebih mendalam. Floran meraih tangan Freya, menggenggamnya lembut. "Mari kita terus menjelajahi keindahan dunia bersama," katanya, penuh harapan.

Freya mengangguk setuju. "Ya, kita akan membuat banyak kenangan bersama."

Setelah pengalaman yang tak terlupakan di Bromo, Freya dan Floran memutuskan untuk melanjutkan petualangan mereka ke Gunung Semeru. Mereka merencanakan perjalanan ini dengan antusiasme yang tinggi. Dalam perjalanan menuju Semeru, mereka berbincang tentang impian dan harapan yang ingin mereka capai.

diantara dua cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang