Prolog

181 17 4
                                    

"Ais."

"Hm?" gumam Ais sebagai balasan sambil tetap memainkan game di ponselnya itu.

"Ais."

"Hm?" Ais kembali membalas dengan gumaman singkat, padat, dan jelas. Matanya masih fokus untuk memainkan game di ponselnya itu. "Njir, musuhnya bangke."

"Ais."

"Hm? Apa?" Ais masih fokus dengan ponselnya tapi nadanya bicara naik satu oktaf karena merasa sedikit kesal dengan sahabat karibnya yang terus memanggil namanya tanpa mengatakan tujuannya memanggil untuk apa. "Asu! Fuck aah! Udah musuhnya kek tai, temen pun sama aja tainya."

"Ais."

"Apa?" tanya Ais agak nyolot menatap sahabatnya dengan kesal, "manggil gue mulu tapi kagak ngomong mau apaan. Bikin kesel aja lo, dasar Gledek."

Pemilik mata ruby yang dipanggil Gleldek itu mendengus sebal mendengar apa yang Ais katakan. Di balik panggilan Gledek, ada nama apik di sana. Nama pemuda ini adalah Halilintar Shakala Putra. Biasa dipanggil Hali walau Ais sendiri memanggilnya Gledek.

Halilintar terlihat termenung sendiri sambil menatap ke lurus ke depan. Melihat sahabat karibnya seperti itu, Ais yakin pasti terjadi sesuatu padanya. "Kenapa lo?"

"Gue mau jujur sesuatu."

Ais tertegun sesaat. Matanya menatap ke bawah dan tangannya sedikit terkepal. Dia punya firasat soal ini-tentang apa yang ingin Halilintar katakan padanya.

"Gue suka sama Taufan."

Mendengar itu, Ais tidak kaget. Dia hanya menatap datar ke arah Halilintar lalu berkata, "udah tahu."

Halilintar terlihat agak terkejut dan menoleh ke arahnya. Mata rubynya bertemu dengan mata biru laut milik Ais.

"Lo tahu?"

"Tahu."

"Tahu dari mana?"

Ais memutar bola matanya lalu membalas, "lo pikir kita temenan dari kapan, ha? Mustahillah gue enggak tahu."

Mendengar itu, Halilintar mendengus sebal dan agak cemberut. Dia dan Ais memang sudah saling mengenal dari kecil atau lebih tepatnya dari mereka masih TK hingga mereka duduk di bangku SMA.

"Kelihatan kali dari tingkah lo," kata Ais sambil menopang kepalanya di atas kasur, "mungkin yang lain enggak sadar. Tapi, gue sadar kalau lo kadang salah tingkah tiap sama Taufan."

Mendengar itu, wajah Halilintar agak memerah. Dia semakin cemberut. Mata rubynya menatap ke bawah. Pelukannya pada boneka paus kesayangan Ais semakin erat.

"Gue harus gimana ya?" tanya Halilintar membuat Ais bingung.

"Apanya yang harus gimana?"

Halilintar menoleh ke arah Ais lalu berkata, "keknya gue harus move on..."

"Haa? Kenapa? Setahu gue si Taufan masih jomblo kok...," kata Ais yang masih sangat ingat bagaimana Taufan menolak seorang gadis yang menembaknya yang artinya cowok populer itu masih jomblo alias belum punya pacar.

"Dia udah ada doi," kata Halilintar membuat Ais agak mendelik kaget.

"Eeh? Beneran?"

Halilintar mengangguk lalu menatap ke arah lain.

"Siapa memangnya?"

Mata ruby itu melirik ke arah Ais. Kemudian, Halilintar berkata, "kembaran lo."

Ais mengerjapkan matanya lalu wajahnya berubah datar. "Eeh ... si Blaze?"

Halilintar kembali menganggukkan kepalanya.

"Tahu dari mana lo si Taufan suka sama si Blaze?" tanya Ais menatap Halilintar agak menyelidik.

"Dia sendiri yang bilang ke gue," kata Halilintar memberitahu, "atau lebih tepatnya dia curhat sama gue. Dia juga nanya-nanya soal kesukaannya si Blaze apaan karena tahu gue sama kalian berdua itu temen dari kecil."

Setelah mengatakan itu, Halilintar menghela napas. Dia menatap ke arah langit-langit kamar asrama milik Ais.

"Kalau gini ... mustahil gue punya kesempatan," kata Halilintar sembari meletakkan kepalanya di pinggir kasur milik Ais.

Ais sendiri hanya diam mendengar sahabatnya itu bicara.

"Gue harus move on," kata Halilintar lagi yang mencoba untuk meyakinkan dirinya sendiri untuk move on. Setelah itu, ia menoleh ke arah Ais yang hanya diam sedari tadi. "Ais."

"Apa?"

"Lo enggak ada suka sama orang gitu?"

Ais mengerutkan dahinya lalu berkata, "kenapa tiba-tiba tanya itu?"

"Ya enggak papa, cuman penasaran aja," kata Halilintar tetap memasang wajah setenang mungkin, "selama ini, gue kalau naksir orang 'kan pasti cerita sama lo."

Halilintar mengubah posisinya untuk duduk tegap dan menghadap ke arah Ais.

"Tapi, lo enggak pernah tuh cerita sama gue soal orang yang lo suka," kata Halilintar yang membuat Ais menatap ke arah lain lewat ujung matanya.

"Gimana mau cerita? Doi aja gue enggak punya," kata Ais yang berusaha untuk menghindari tatapan Halilintar yang menatap ke arahnya.

Merasa Ais sedang menghindari tatapannya. Halilintar memutuskan untuk mendekat. Hal itu sontak membuat Ais menoleh. Jarak mereka tidak sedekat itu, tapi cukup membuat Ais merasa tak tenang.

"Beneran enggak ada?" tanya Halilintar menatap tenang ke arah Ais dengan rasa penasaran.

Ais menahan napas untuk sesaat apa lagi saat mencium aroma stroberi khas milik Halilintar. Dia memalingkan wajahnya lalu berucap dengan wajah datarnya.

"Enggak ada." Ais berdiri membuat Halilintar mendongakkan kepalanya.

"Mau ngapain?"

"Mandilah, apa lagi?" balas Ais yang kemudian mengambil handuknya serta pakaian gantinya dari dalam lemari. Setelah mengambil handuk dan pakaian gantinya, Ais menoleh dan menatap ke arah Halilintar. "Lo enggak balik ke kamar? Udah sore loh ... enggak mau mandi?"

Halilintar mengerjapkan matanya lalu berdiri sembari berkata, "ini mau balik ke kamar kok."

Omong-omong, Halilintar sekamar dengan doinya. Sedangkan, Ais sekamar dengan kembarannya—si Blaze.

"Hm, balik sana. Jangan lupa, taruh boneka gue. Jangan lo bawa," kata Ais memperingati Halilintar.

Halilintar mendengus sebal dan meletakkan boneka paus milik Ais ke atas kasur sembari berkata, "enggak minat sama punya lo. Gue udah punya sendiri di kamar."

Ais memutar bola matanya malas lalu menatap ke arah Halilintar yang berjalan ke arah pintu kamarnya.

"Ya udah, gue balik ke kamar dulu."

"Hm."

"Sampai ketemu nanti malem."

Ais mengangguk dan membiarkan Halilintar melangkah pergi dari kamarnya. Setelah kepergian Halilintar, Ais segera masuk ke dalam kamar mandi.

"Hah..."

Ais menyandarkan tubuhnya ke pintu sambil menatap datar ke arah lantai kamar mandi.

"Enggak ada, 'kah...," gumamnya dengan suara yang agak berat.

Ais kembali teringat bagaimana sahabatnya itu menatapnya tadi. Wajah tampan sekaligus cantik milik Halilintar masih teringat jelas di otaknya.

"Sial," umpatnya sambil mengusap wajahnya dengan kasar, "gue mana bisa bilang 'kan kalau orang yang gue suka tuh lo, Hali."

Yap, Ais menyukai seseorang dan itu Halilintar. Yang artinya Ais terkena friendzone.

"Hah ... cinta pertama tapi malah kena friendzone, bangsat."

[]

Published: 27 Oktober 2024

[BL] Make Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang