Hari-hari setelah Jennie tersadar dari komanya terasa seperti keajaiban bagi Jisoo. Mereka berdua masih di rumah sakit, namun suasananya berubah. Setelah berbulan-bulan diliputi oleh kekerasan, balas dendam, dan ketakutan, akhirnya mereka merasakan secercah kedamaian. Meski Jennie masih lemah, dia berangsur pulih. Dan setiap hari, Jisoo selalu berada di sisinya, menemaninya, memastikan bahwa Jennie tahu betapa dia mencintainya.
Jennie yang duduk di tempat tidur dengan rambut yang kusut namun wajah yang lebih cerah tersenyum tipis kepada Jisoo yang sedang memberinya secangkir air. Mereka tidak banyak bicara, tapi tatapan mereka berbicara lebih banyak daripada ribuan kata.
"Aku masih tidak percaya kita melalui semua ini," bisik Jennie pelan, menatap keluar jendela rumah sakit. "Semuanya terasa seperti mimpi yang panjang."
Jisoo mendekat, duduk di sisi tempat tidur, tangannya menggenggam tangan Jennie dengan lembut. “Aku juga masih sulit mempercayainya. Tapi kau di sini... itu yang terpenting. Kita selamat, Jennie. Meski berat, kita melewati semuanya.”
Jennie menatap mata Jisoo, senyum kecil di bibirnya. "Tapi... aku merasa kau masih belum benar-benar bebas dari masa lalu."
Jisoo terdiam, mengalihkan pandangannya. Masa lalu yang penuh luka itu masih membayanginya, meski dia tahu semua orang yang bertanggung jawab atas kehancuran keluarganya sudah dibalas. Tapi luka di hatinya belum sepenuhnya sembuh.
"Aku... tidak tahu, Jennie," Jisoo menghela napas panjang. "Aku pikir setelah semua ini, setelah membalas dendam, aku akan merasa lega. Tapi nyatanya, kehilangan keluargaku tetap meninggalkan kekosongan yang sulit diisi."
Jennie menggenggam tangan Jisoo lebih erat, menatapnya dengan tatapan penuh kasih. "Kau tidak perlu mengisi kekosongan itu sendirian. Aku ada di sini. Kita bisa memulai kembali. Hidup kita tidak harus selalu terikat pada rasa sakit dan dendam."
Jisoo tersenyum kecil, meski air mata menetes di pipinya. "Kau benar... Aku harus belajar untuk melepaskan. Tapi, aku tak yakin bisa tanpa kau di sisiku."
Jennie menyeka air mata Jisoo dengan lembut, kemudian menariknya ke dalam pelukan. "Aku tidak akan kemana-mana, Jisoo. Kita akan menjalani semua ini bersama, seperti yang selalu kita impikan."
Di dalam pelukan itu, Jisoo merasakan kehangatan yang telah lama hilang. Bukan hanya tentang cinta, tetapi juga tentang harapan. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, dia merasa bahwa dunia mungkin tidak sepenuhnya gelap. Ada masa depan yang bisa mereka ciptakan bersama.
---
Beberapa minggu kemudian, Jennie diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Lisa, yang selalu ada sebagai teman setia mereka, membantu merapikan rumah dan membuat tempat itu terasa lebih nyaman. Suasana di antara mereka bertiga sudah jauh lebih ringan. Meskipun masa lalu mereka penuh dengan kekacauan, sekarang ada ruang untuk tawa dan kebahagiaan.
Suatu hari, mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu di taman, menikmati udara segar setelah berminggu-minggu terkurung di dalam ruangan. Jennie yang masih memulihkan diri, duduk di bangku taman sambil menikmati sinar matahari yang menghangatkan kulitnya. Sementara itu, Jisoo dan Lisa sedang bercanda, berlarian sambil sesekali membuat Jennie tertawa.
"Aku tidak pernah menyangka bahwa aku akan melihat kalian berdua seperti ini," Jennie tertawa kecil, matanya berbinar melihat kebahagiaan sederhana yang kini mereka nikmati.
Lisa berpura-pura cemberut, "Hei, kami selalu bisa membuat suasana jadi menyenangkan, bahkan di tengah kekacauan."
Jisoo tertawa sambil menepuk pundak Lisa, "Kau benar. Aku bersyukur kita masih bisa seperti ini."
Saat mereka duduk kembali, menikmati pemandangan sekitar, Jennie menggenggam tangan Jisoo dengan lembut. "Jisoo, apa kau pernah berpikir... bagaimana hidup kita akan berjalan setelah ini?"
Jisoo terdiam sejenak, menatap langit yang cerah. "Dulu, aku tidak pernah membayangkan kehidupan setelah balas dendam. Tapi sekarang, dengan kau di sini... aku merasa kita bisa memiliki masa depan yang lebih baik."
"Dan aku akan selalu ada di sisi kalian," tambah Lisa dengan senyuman. "Mungkin kita bisa buka kafe lagi, tapi kali ini tanpa rahasia gelap."
Mereka semua tertawa kecil, tapi di dalam hati mereka tahu bahwa perubahan itu tidak mudah. Meski masa lalu mereka penuh dengan kesedihan dan kemarahan, sekarang mereka punya kesempatan untuk memulai lagi. Sebuah awal yang baru, tanpa beban balas dendam yang menghantui setiap langkah mereka.
---
Malam itu, setelah menghabiskan hari yang menyenangkan di taman, Jisoo dan Jennie duduk di balkon rumah, menatap bintang-bintang yang berkilauan di langit malam. Angin sepoi-sepoi menerpa wajah mereka, membuat momen itu terasa damai.
Jennie menyandarkan kepalanya di bahu Jisoo, memejamkan mata sejenak. "Aku selalu membayangkan kita bisa memiliki momen seperti ini... di mana tidak ada lagi rasa takut atau sakit hati."
Jisoo tersenyum, mengecup puncak kepala Jennie. "Aku juga, Jennie. Dan sekarang, aku tidak akan membiarkan siapa pun merusak kedamaian ini."
Di antara malam yang tenang, mereka berdua merasakan cinta yang semakin kuat di antara mereka. Tidak ada lagi dendam yang harus dibayar, tidak ada lagi kegelapan yang harus mereka lawan. Hanya ada masa depan yang mereka bangun bersama, satu langkah demi satu.
Dan di dalam keheningan malam, untuk pertama kalinya, Jisoo merasa bahwa akhirnya dia bisa benar-benar hidup. Bersama Jennie, dia tahu bahwa cinta mereka lebih kuat dari segala rasa sakit yang pernah mereka lalui. Mereka telah melalui neraka dan kembali, dan kini, mereka berhak merasakan kebahagiaan yang sejati.
Masa depan mereka masih terbuka lebar, dan apa pun yang akan terjadi, Jisoo yakin mereka bisa menghadapinya bersama.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Eclipse (J) COMPLETED✅
Misterio / SuspensoDalam kegelapan malam Seoul, Jisoo adalah pemilik kafe yang ramah, tetapi di balik senyumnya tersimpan rahasia kelam. Dia adalah pembunuh terlatih yang berjuang untuk membalas dendam atas kematian keluarganya. Saat dia menyusun rencana untuk menghan...