Jisoo menelungkupkan kepalanya di atas meja kerja, lagi-lagi kepalanya terasa luar biasa pening sampai rasanya akan pecah.
"Jangan memaksakan dirimu Ji?" Andana meletakkan segelas air putih beserta beberapa butir obat yang harus Jisoo konsumsi di hadapan wanita itu.
"Aku tak punya banyak waktu An, aku harus menyelesaikan semuanya." Ucap Jisoo sembari meraih obatnya kemudian ia minum tanpa ragu, seolah sudah terbiasa.
"Tapi itu akan memperburuk keadaanmu Ji." Lagi-lagi Andana mendesah berat saat harus menghadapi Jisoo dan keras kepalanya.
"Aku baik-baik saja." Kekeh Jisoo.
"Ji please stop! Jangan selalu mengatakan itu. Jangan abaikan kesehatanmu Ji. Kau pikir hanya karena kau mengatakan baik, maka secepat itu tubuhmu akan baik pula?" Andana kesal saat Jisoo selalu mengatakan bahwa ia baik-baik saja padahal pada kenyataannya wanita itu jauh dari kata baik.
"Baiklah, biarkan aku tidur selama dua jam. Setelah itu kita akan melanjutkannya." Jisoo akhirnya menyerah, alih-alih segera pulang ia justru memilih lekas berdiri, berjalan menuju sofa kemudian merebahkan dirinya disana.
Tidak butuh waktu lama, ia sudah berada diantara alam mimpi.Andana meraih sebuah selimut, kemudian ia gunakan untuk menyelimuti tubuh Jisoo. Setelahnya ia berjongkok disisi kursi, mengamati sang puan yang terlelap.
"Wanita keras kepala." Ucapnya sembari mengamati wajah cantik Jisoo.
Terkadang ia heran dengan seberapa kuat dan tegarnya Jisoo, wanita tangguh yang tak pernah ia temukan dimanapun.Telah banyak badai yang Jisoo terjang, tapi ia masih berdiri kokoh diantara kakinya. Tak pernah sedikitpun goyah atau bersembunyi dibalik orang lain.
"Andai aku berada di posisi Taehyung, akan kuberikan semua yang aku punya untukmu Ji. Aku tak akan menyia-nyiakan kehadiramu. Aku akan menjadi orang pertama yang menjadi garda terdepan mu." Lirihnya sembari berandai.
.
.
Keangkuhannya sementara Jisoo tinggalkan, sekuat apapun berprilaku ia tetaplah manusia biasa yang memiliki titik kelemahan sendiri. Hanya saja ia tak perlu mengemis rasa belas kasih dari siapapun.
Langkah yang biasanya tegak berdiri anggun, kini harus terseok-seok sembari menahan pening yang mendera.
Suhu tubuhnya naik drastis, sebenarnya Andana sejak tadi sudah memperingati hanya saja ia adalah si keras kepala."Tumben sekali sudah pulang?" Sindir pria yang kini sedang asik bermain bersama putri mereka. Sebenarnya kalimat itu juga berlaku untuknya sendiri.
"Heh! tidak berkaca." Balas Jisoo tak kalah sinis.
Sementara Killa putri mereka justru berjalan mendekat pada sang ibu, mengabaikan sikap saling sindir kedua orangtuanya dengan raut wajah yang terlihat khawatir.
Entah siapa yang mewariskan sifat itu pada putri mereka karena jelas kedua orangtuanya tak memiliki itu."Mommy sakit?" Tanya bocah yang tingginya hanya sebatas paha Jisoo.
Wanita itu lantas berjongkok untuk menyamakan tinggi sang putri dengan mengesampingkan pening dikepalanya."Tidak sayang, mommy hanya butuh istirahat saja. Killa main sama Daddy dulu ya, mommy mau istirahat." Ucapnya lembut.
Terkadang Taehyung heran, bagaimana singa betina itu bisa merubah nada bicaranya secepat kilat saat bersama Killa.Jisoo kembali beranjak setelah mendapatkan anggukan dari putrinya, sementara Taehyung sudah kembali tak peduli.
Sekalipun ia melihat Jisoo yang hampir terjatuh ketikan menaiki anakan tangga.🍃🍃🍃
Taehyung menutup pintu kamar Killa setelah ia menemani putrinya tertidur. Sekilas ia melirik pintu kamar yang bersebelahan dengan kamar putrinya.
Sedikit penasaran dengan kondisi Jisoo karena sejak tadi sore wanita itu tak keluar lagi dari kamarnya.Tangannya bergerak tanpa perintah, membuka kamar milik Jisoo yang sebelumnya tak pernah ia buka.
Selama pernikahan keduanya memutuskan memilki tempat privasi yang tak boleh di jamah siapapun selain putri mereka Killa.
Memutuskan tidur di kamar yang berbeda, hidup layaknya orang asing. Mereka berinteraksi hanya saat berdebat saja, dan mereka melakukan itu tentunya dibelakang Killa.Killa tak merasa aneh dengan kedua orangtuanya, karena sejak kecil itu lah yang biasa ia lihat.
Mungkin jika Killa tahu, bagaimana orang di luar sana berinteraksi antara pasangan suami istri Killa akan merasa terluka.Dapat ia lihat wanita itu tengah bergelung dibalik selimut, lagi-lagi kakinya melangkah mendekat tanpa perintah.
Wajah Jisoo terlihat memerah, hingga sang pria menyentuh kening istrinya yang terasa panas."Ku pikir singa betina sepertimu tak akan sakit." Ejek lelaki itu, alih-alih bersimpati.
Jisoo mendengar apa yang dikatakan Taehyung, tapi ia tak punya kekuatan untuk meladeni perdebatannya.Jika ia sudah pulih, tolong ingatkan kalau ia akan membalas perlakuan lelaki sialan ini.
Taehyung kemudian keluar begitu saja meninggalkan Jisoo yang kini mulai terisak.Jisoo rindu kedua orangtuanya, sekeras apapun wataknya ia tetap seorang anak yang sejak kecil sudah kehilangan kasih sayang dari keduanya.
Tanpa di sangka, Taehyung ternyata kembali dengan sebuah nampan pada tangannya Yang berisi bubur yang sengaja ia minta buatkan pada art mereka dan juga obat beserta air putih.
Seburuk apapun Taehyung, ia tetaplah manusia yang masih memiliki sisi kemanusiaan meski hanya sedikit tidak sampai separuh manusia normal.
"Makanlah, dan minum obatnya. Jangan sampai esok ada berita kematian nyonya besar pemilik blisoo grup yang tak lain juga istri dari pemilik Kim grup."
"Aku tentu tak mau, hidupku yang tenang ini harus diusik wartawan demi mendapatkan kronologi kematian mu." Lanjut lelaki itu diakhiri tawa menggelegar.
"Sialan kau." Desis Jisoo.
"Sudah, cepat bangun. Selain itu aku juga tak ingin partner debatku lemah. Sangat membosankan jika melawan orang lemah." Demi apapun Taehyung dan mulut menyebalkannya adalah satu hal yang paling Jisoo benci. Apalagi lelaki itu justru memanfaatkan kelemahannya kini.
Secepat kilat sebuah bantal melayang dan mendarat tepat di wajah Taehyung. Jika Jisoo memiliki tenaga, mungkin vas bunga di atas nakas adalah opsi yang bagus.
"Pergi dari kamarku sialan, atau besok akan ada surat somasi di atas meja kerjamu karena melanggar privasi orang lain." Jengkel Jisoo.
"Dasar singa betina tak tahu terima kasih. Aku sudah berbaik hati mau memberikan sedikit perhatianku padamu."
"Keluar brengsek! Kau tak membantu sama sekali!"
"Baiklah aku akan keluar, tapi pastikan bahwa kau tak akan mati esok." Setelahnya Taehyung berlari keluar kamar secepat kilat sebelum sebuah bantal kembali melayang kearahnya.
Jisoo memijit pelipisnya pening, Taehyung adalah makhluk menyebalkan yang entah untuk alasan apa tuhan menciptakan lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
promise (I want you stay)
Fanfictionketika dua manusia yang sama-sama berwatak keras berada dalam atap yang sama, terikat dalam satu hubungan yang rumit demi putri mereka. sama-sama memiliki latar belakang yang menyakitkan, bukannya saling mengobati tapi justru semakin dalam saling m...