bab 1🍃 promise

214 36 8
                                    

Jangan percaya padaku, jangan mencintai ku, dan jangan memujiku, karena aku tak setangguh Aprodite yang selalu kalian sebutkan.
Aku hanya perempuan realistis yang mencoba bertahan tanpa bantuan siapapun.
Jangan menatapku iba, karena aku benci itu.

"masih ingat rumah nyonya Kim?" Suaranya terdengar menggema pada ruang sunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"masih ingat rumah nyonya Kim?" Suaranya terdengar menggema pada ruang sunyi .
Usai mengucapkan kalimat itu, langkahnya  ia tarik untuk mendekat pada sosok yang berdiri hampir menginjakkan kakinya di ujung tangga.

Kedua tangannya terlipat di depan dada dengan pandangan congkak menantang sang wanita.
Sesekali matanya melirik pada waktu yang tertera sembari merutuki tingkah wanita di depannya.

Sementara sang wanita nampak bosan mendengar ocehan dari pria yang tak lain adalah suaminya sendiri.
Tangannya ikut terlipat di depan dada dengan pandangan tak kalah congkak.

Jisoo, kalian tak akan menemukan tatapan takut ataupun lemah dari wanita itu.
Sekalipun yang ia hadapi adalah Taehyung lelaki yang berstatus sebagai suaminya.
Dua perwatakan angkuh yang dipersatukan dalam ikatan pernikahan.

"Kenapa kau sibuk mengaturku hmm?" Jisoo lantas mendekat guna merapikan tatanan jas sang suami yang sudah berantakan.
Jisoo tahu, lelaki itu juga sama-sama baru menginjakkan kakinya di rumah.
Menggeser sedikit dasi dan memperbaikinya pada tempat semula.

"Bosan dengan kekasihmu?" Sindir Jisoo kemudian.

Taehyung memainkan lidahnya di dalam mulut, sembari memperhatikan gerak-gerik wanita didepannya.

"Ibu macam apa kau ini? Meninggalkan anaknya hanya berdua dengan art." Ucap Taehyung kemudian.
Kalimat itu justru menghadirkan senyum meremehkan dari Jisoo.

"Kita sama Kim." Bisiknya tepat ditelinga sang suami.

"Jangan berlagak jika kau lebih baik dariku." Lanjut Jisoo sembari menarik dirinya menjauh.

"Bagaimana dengan kesepakatan kita, waktumu tak banyak Kim."
Taehyung tersenyum miring meremehkan sang wanita.

"Aku rasa Jeana justru lebih baik darimu."

Jawaban Taehyung sukses membuat Jisoo terbahak, merasa lucu dengan untaian kalimat dari sang suami.

"Jeana?" Jisoo berlagak menghapus air mata dengan telunjuknya.
Penilaian Taehyung tentang Jeana sungguh membuatnya geli luar biasa.
Entah dari mana cara Taehyung menilai wanita itu, Jisoo pun tak paham.

"Cukup Kim, jangan bercanda lagi. Oh ayolah bahkan Jeana tak lebih baik sedikitpun di bandingkan aku. Kau hanya belum tahu sisi lain dari wanita itu." Ucap Jisoo.

"Jaga bicaramu Kim Jisoo." Taehyung lantas tak terima, bukan karena Jeana direndahkan tapi ia hanya tak suka membiarkan Jisoo menertawakan dirinya.

"Tolong katakan pada Jeana, untuk berhenti mengirimkan video mesum kalian padaku. Aku tak cemburu sama sekali, permainannya hanya permainan lama yang membosankan." Ucap Jisoo seraya merapikan kerah kemeja sang suami sembari menyapu debu yang seolah menempel pada kemeja putih itu.

Terkadang permainan takdir itu begitu rumit, bagaimana dua orang yang memiliki watak keras dan angkuh harus berada dalam satu atap yang sama. Bahkan hampir enam tahun waktu yang mereka gunakan tak mampu untuk menyatukan keduanya.

Hanya demi tanggung jawab sebagaimana orangtua mereka masih kembali di bawah naungan atap yang sama.

Mereka sama-sama egois, tapi tidak jika itu tentang Killa putri semata wayang mereka.
Karena alasan itulah mereka masih bertahan, meski tak dapat dipungkiri bahwa sebentar lagi keduanya akan memilih menyerah.

"Ingat syarat yang aku ajukan Kim, jika kau ingin hak asuh Killa jatuh ke tangan mu maka pastikan ibu pengganti nya lebih baik dari aku. Dan waktumu hanya enam bulan Kim," tutur Jisoo.

"Kau meremehkan aku Kim Jisoo," ucap Taehyung tak ingin kalah.

Jisoo lantas tersenyum meremehkan, bahkan tanpa dijelaskan pun Jisoo tahu siapa saja perempuan yang menjadi alat permainan suaminya.

"Berhenti bermain-main Kim, atau kau akan terjebak dalam permainanmu sendiri."

"Tutup mulutmu sia-"

"Mommy sudah pulang?" Kalimat Taehyung terputus saat Killa berseru dari ujung tangga bagian atas sembari mengucek matanya. Sepertinya gadis mungil itu terbangun dari tidurnya.

Jisoo lantas segera beranjak menghampiri putri mungilnya, mengabaikan Taehyung yang masih berdiri pada tempatnya.

"Apa mommy dan Daddy membangunkan mu sayang." Ia lantas berjongkok untuk menyamakan tinggi tubuhnya dengan sang putri.

"Tidak mom, kalian bertengkar?" Tanya Killa sembari melirik ayahnya yang masih memperhatikan interaksi keduanya.

"Tidak sayang,mommy dan Daddy baik-baik saja." Ucap Taehyung dengan senyum yang selalu ia hadirkan hanya untuk putri semata wayangnya.

"Sudah malam sayang, ayo kita kembali tidur. Mommy akan menemani Killa." Ucap Jisoo seraya meraih tangan mungil milik Killa untuk ia tuntun kembali ke kamarnya.

"Daddy, Killa bobo dulu ya."

"Tidur yang nyenyak sayang." Taehyung melambai tangannya pada Killa yang kini mulai menjauh bersama Jisoo.

Jika bukan karena Killa, maka keduanya tak akan lagi punya alasan apapun untuk berada dalam rumah yang sama.
Setiap hari mereka hanya diisi oleh pertengkaran jauh dari kata layak untuk disebut sebagai pasangan.

Terkadang Taehyung tak mengerti bagaimana cara tuhan menariknya pada semua kerumitan ini.

Terkadang Taehyung tak mengerti bagaimana cara tuhan menariknya pada semua kerumitan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
promise (I want you stay)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang