Happy reading
.
.
.
.
.
Adel perlahan membuka matanya, merasa sedikit pusing. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling, menyadari bahwa ini bukanlah kamarnya. Rasa bingung menyergapnya.
Saat Adel menoleh ke samping, ia terkejut mendapati Gracia tertidur pulas di sampingnya. Memori semalam perlahan-lahan kembali melintas dalam pikirannya.
Ia ingat saat pertama kali bekerja di bar milik Anin, atasannya itu mengajaknya minum-minum. Karena belum terbiasa dengan alkohol yang berkadar tinggi, Adel pun mabuk berat. Lalu, Gracia entah bagaimana datang dan membawanya pulang.
Adel menghela napas lega, menyadari bahwa ia dan Gracia tidak melakukan apa-apa semalam. Ia hanya tertidur di sini, bersama Gracia.
"Syukurlah, sepertinya tidak terjadi apa-apa," gumam Adel pelan, tidak ingin membangunkan Gracia.
Adel memperhatikan wajah Gracia yang terlihat damai saat tertidur. Ia tersenyum kecil.
Perlahan-lahan, Adel berusaha bangkit dari tempat tidur, berusaha tidak mengganggu tidur Gracia. Ia harus segera kembali ke rumahnya sebelum Gracia bangun.
Sebelum pergi, Adel memandang Gracia sekali lagi. "Terimakasih telah membawaku pulang, Gracia. Semoga kita bisa bertemu lagi."
Dengan hati-hati, Adel keluar dari kamar Gracia, berharap pertemuan mereka bisa berlanjut ke arah yang lebih baik.
Setelah memastikan Gracia masih tertidur pulas, Adel bergegas keluar dari kamar itu dengan hati-hati. Ia tidak ingin membangunkan Gracia dan menciptakan situasi yang canggung.
Saat berjalan menuju pintu depan, Adel merasa sedikit pusing akibat mabuk semalam. Tubuhnya butuh istirahat untuk memulihkan kondisinya.
"Sebaiknya aku segera pulang dan beristirahat." gumam Adel dalam hati.
Sebelum pergi, Adel sekali lagi melirik ke arah kamar Gracia. Ia tidak menyangka bisa berakhir menginap di sini setelah mabuk berat semalam. Tapi ia bersyukur Gracia baik hati mau membawanya pulang dan merawatnya.
"Terima kasih, Gracia. Semoga kita bisa bertemu lagi dalam keadaan yang lebih baik," ucap Adel pelan.
Adel pun segera keluar dari apartemen Gracia dan berjalan menuju halte bus terdekat. Ia tidak ingin membuang waktu lagi dan ingin segera beristirahat di rumah. Pertemuannya dengan Gracia semalam telah meninggalkan kesan yang mendalam di hatinya.
Gracia perlahan membuka matanya, merasakan sisi tempat tidurnya yang kosong. Ia segera menoleh ke samping, berharap masih bisa menemukan sosok Adel di sana.
Namun, yang didapatinya hanyalah tempat kosong. Gracia menghela napas kecewa, menyadari bahwa Adel telah pergi.
"Ah, sayang sekali. Aku tidak bisa melihat wajah tampannya saat ia bangun dari tidur nya," gumam Gracia dengan nada sedih.
Gracia membayangkan bagaimana indahnya jika ia bisa terbangun dan mendapati Adel masih berbaring di sampingnya. Ia ingin sekali melihat raut damai Adel saat tertidur, menyentuh wajahnya yang tampan itu.
Tapi sayang, ia telah kehilangan kesempatan itu. Adel pasti sudah kembali ke rumahnya, meninggalkan Gracia sendiri di sini.
Gracia pun bangun dari tempat tidur, sedikit meregangkan tubuhnya. Walaupun ia kecewa, namun hatinya masih diliputi rasa bahagia setelah bertemu Adel semalam.