Jarak

3 0 0
                                    

Bulan berlalu begitu cepat, mentari bersinar terang menembus kaca kamar Ana, nyanyian burung membuat Ana terbangun, jam dinding menunjukan pukul tujuh pagi.
Dengan cepat Ana bangkit dari tidurnya

"Bsok aku pergi? Cepat banget deh," ucap Ana membantin.

Udara pagi yang sejuk membuat Ana mandi air hangat, badanya terasa sedar dan rileks di saat air itu mulai mengalir membasahi badannya.

"Ana!" teriak Alin dari balik luar pintu kamarnya.

"lagi mandi Bun!"

"Kalau udah siap buruan ke bawah!"

"Iya bun!"

Setelah selesai mandi Ana bergegas memakai pakaiannya lalu berlari kecil menuju ke dapur tanpa menyisir rambutnya. Sesampainya di dapur Ana langsung bergabung bersama Alin, Hana dan Reza.

"Kata bang eja kamu besok mau ikut program au pair ke italia?"

"Iya Bun... Maaf Ana ga sempat ngasih tahu."

"Disana nanti jangan lupa sholat ya Na, terus kalau bisa kamu cari teman orang Indonesia di sana," saran Alin.

"Iya Bun."

"Sehabis ini Ana mau ke supermarket beli makanan, besok Ana udah mau pergi ke Jakarta, nah di jakarta bunda jangan khawatir nanti Ana nginep di rumah bang Kai, paginya baru deh Ana pergi ke italia."

"Kai? Anaknya tante Shela kan sepupu ayah mu?"

"Benar sekali Bun, Ana udah chat bang Kai kok buat jemput Ana pas Ana udah sampai bandara."

"ya udah nanti kakak, bunda sama bang Eza anterin kamu ke bandara ya."

"Sepuluh jam sampai sebelas jam loh kak? Gakpapa?"

"Gakpapa Ana. "

Maja makan tadinya ricuh kini mulai di tinggal satu persatu karena urusan masing-masing, Ana pergi bersama ibunya ke pasar sedangkan Hana dan Reza pergi bekerja.

"Disini masih ada angkot Na?" tanya Alin menunggu angkot di depan gang di pinggir jalan raya.

"Ada bun."

Lima belas menit berlalu angkot yang di tunggu pun tiba, mereka segera menaiki angkot itu menuju ke supermarket hanya butuh waktu delapan belas menit mereka pun tiba di supermarket. Ana dan Alin mulai turun membeli barang untuk Ana pergi ke Italia.

Butuh waktu lama bagi keduanya memilih barang-barang yang akan Ana bawa, tampak dari keduanya sangat menikmati moment belanja tersebut, dua jam berlalu mereka pun kembali pulang ke rumah.

Sesampainya dirumah Ana langsung mengemasi pakaiannya, perempuan berkucir kuda itu tampak senang saat matahari mulai menampakan warna orennya Reza, Hana, Alin dan Ana menunggu adzan berkumandang dan sholat berjamaah setelah selesai mereka mulai bersiap menuju bandara sultan thaha Jambi selama di perjalanan Ana memilih untuk tidur.

"Bun nanti sholatnya kita berhenti di masjid pinggir jalan ya."

"Iya."

"Kamu udah chat Dito, Za?"

"Udah bun nanti kita mampir ke sana selagi nunggu jadwal keberangkatan Ana". Di tengah perjalanan tidak ada yang membuka suara, Reza sangat fokus menyetir sedangkan kedua wanita nya tertidur pulas.

Kini Reza sudah masuk wilayah muaro emat dengan pemandangan yang menyeramkan karena jalan yang curam, sebelah kanan Reza jurang sedangkan sebelah kirinya tebing.

Sepuluh jam berlalu akhirnya Reza sampai di rumah Dito pukul empat subuh, pemuda itu langsung mampir dan numpang istirahat di rumah sahabat lamanya.

"Apa kabar bro!" ucap Dito membukakan pintu rumahnya.

"Baik alhamdulillah. Ana, hana bunda ayok turun, kita istirahat dulu pesawat Ana kan berangkat jam setengah sembilan besok."

"Ayokk Tan masuk dulu, istirahat." ucap Dito mempersilahkan Alin, Hana dan Ana untuk ke kamar tamu yang ada dua kasur terpisah berukuran king size.

"Maaf ya To kami ngerepotin," ucap Alin turun dari mobil.

"Gakpapa tan."

"Minum dulu Na, hana, tante dan Eza teh hangatnya.. Setelah ini kalian tidur aja lagi soalnya pasti cape banget di jalan."

"Makasih ya Atun," ucap Hana dengan senyum tulusnya.

Setelah berbincang-bincang cukup lama Reza beserta keluarga meminta izin untuk tidur lagi tentu saja Dito dan istrinya mengizinkan.

༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶

Pagi pun tiba kini Ana sudah berada di di bandara bersama keluarganya, Ucapan perpisahan dan minta restu tak lupa Ana panjatkan. Gadis itu mulai menjauh di saat pemberitahuan pesawat nya akan mulai berangkat.

"Do'ain Ana ya semuanya bye bye!" teriak Ana sambil tersenyum

Satu jam dua puluh menit dari bandara sultan thaha sampai di bandara soekarno-hatta, Ana di sambut oleh Kai Yang sudah menunggunya.

"Hai Ana!"

"Hai bang Kai, sendirian aja?" tanya Ana

"Panggil Kai aja bisa ga sih? Jarak umur kita juga gak jauh jauh banget," protes Kai karena jarak keduanya hanya terpaut setahun.

"Ya deh iya... Btw sendirian aja Kai"

"Gua sama Chika, lu ingat kan? Chika yang tetangga gua."

"Ingat."

"Yuk masuk," ucap Kai membuka pintu mobil untuk Ana.

"Cieee yang mau ke Italia," goda Chika yang berada di samping Ana.

"Hehehe, ekh Chik, gimana sama Ryan ada kemajuan?"

"Lu yang ngasih tahu Kai?" bukanya menjawab pertanyaan Ana Chika malah menatap sinis ke arah Kai.

"Kan gua kalau mau memperbaiki mood lu harus nanya ke cewe Chik."

"Ya deh, emm owh iyaa lupa aku jawab! Emmm Biasalah Na, cowo mah ga peka jadi ga maju-maju."

"Miris," cibir Kai yang mendapat jambakan pelan dari Chika.

"Hahaha masih kayak dulu ya kalian, lucu banget. "

Setelah menempuh perjalanan yang agak jauh akhirnya mereka sampai dirumah Kai, kedatangan Ana di sambut baik dengan Shela dan Rahman.

"Udah gede aja ponakan tante."

"Iya nih...." ucap Ana berjalan ke arah Shela yang tengah duduk di ruang tamu di ikuti Kai dan Chika dari belakang.

"Owh ya Na... Nanti sore mau ikut kita ga? Ke rumah pohon, kami mau bakar-bakar soalnya bareng teman-teman kita yang lainnya," ajak Chika antusias.

"Emmm boleh, tapi Ana boleh izin ke kamar ga tan, soalnya Ana mau mandi, heheh."

"Owhh boleh banget dong sayang, silahkan atuh."

Mendapatkan izin dari Shela, Ana langsung berlari kecil ke kamar tamu di lantai bawah bersama Chika yang ingin ikut bersamanya.

"Gabut banget lu chik, ngintilin Ana."

"Bomat!" teriak Chika yang sudah biasa di dengar oleh Shela dan Rahman karena Chika adalah sahabat Kai dari kecil.

SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang