"Saya terima nikah dan kawinnya Klaresha Widdya binti Rama Adijaya dengan mas kawin seperangkat alat salat dan uang sebesar lima ratus ribu rupiah dibayar tunai!" Yuji ucapkan dengan tegas hanya dalam satu tarikan napas.
"Sah!" seru saksi dan beberapa tamu yang datang.
Yuji dan Res menikah dua hari setelah tiba di rumah Res. Yuji ingin mereka bisa sah dulu. Dan semua ia urus dalam waktu singkat yang terpenting adalah ijab kabul. Resepsi akan diadakan sesuai rencana satu bulan lagi.
Res bahkan tak sempat membeli pakaian baru. Ia hanya mengenakan kebaya seadanya. Setelah ijab kini ia duduk di kamar, menghapus riasan pada wajahnya. Tak ada senyum di bibirnya. Bagaimana mau tersenyum? Secara sadar ia telah mengetahui kalau Yuji memiliki istri. Sementara kesuciannya telah direnggut paksa oleh suaminya sebelum pesta pernikahan mereka.
Yuji masuk ke dalam kamar Res, tersenyum senang sekali bisa menikah dengan gadis yang ia cintai. "Kamu mau sesuatu? Mau jalan-jalan?"
"Kamu harus segera pulang kan?" tanya Res sambil menatap Yuji dari pantulan cermin.
"Aku enggak harus cepat balik ke sana. enggak ada konsen di antara aku sama Hera. Konsen kami cuma sama kontrak itu Res," ucap Yuji bangkit lalu berjalan mendekati Res dan memeluk istrinya itu dari belakang.
Res sejujurnya ingin dengar kalau Hera itu bukanlah istri Yuji. Bisa saja kekasihnya yang melahirkan seorang putra. Nyatanya, Hera adalah istri dari Yuji. Meski pernikahan mereka hanyalah sebuah pernikahan kontrak. Tetap saja, sulit sekali rasanya. Dan Res sudah terlanjur berjanji akan menikah dengan Yuji apapun jawaban yang ia terima.
"Mas kamu ke luar dulu sana, aku mau ganti baju." Res meminta, ia malu jika harus berganti pakaian di depan Yuji meskipun Yuji adalah suaminya.
Yuji terkekeh geli, "Aku kan suami kamu? Kenapa malu?"
"Ya malu Mas," sahut Res lagi.
Yuji mengendus telinga Res buat gadis itu sedikit menggelinjang. "Aku udah tau semua sayang. Aku udah lihat semua," goda Yuji sambil memeluk Res dan ciumi wajah sang istri.
Res hentikan dengan menggenggam tangan Yuji. Ia lalu menatap ke arah sang suami. "Aku belum biasa," ucapnya.
"Biasakan, aku ini suami kamu." Yuji lalu kembali merebahkan tubuhnya ke tempat tidur. "Gani baju sana, anggap aku enggak ada. Terus sini, istirahat. Kamu enggak tidur semalaman." Yuji berkata sambil menepuk-nepuk tempat tidur.
Res menatap diri dari pantulan cermin, lalu memilih untuk melanjutkan kegiatannya mengganti pakaian. Melepas kebaya putih yang ia kenakan. Res coba menutupi dengan membiarkan pintu lemari pakaian yang ia barkan terbuka. Tapi, sia-sia, Yuji tetap bisa menatap dari pantulan cermin.
Tubuh Res memang tak sempurna, gendut hingga buat bagian perut dan paha berlipat. Tapi tak mengurangi napsu Yuji saat menatapnya bahkan hanya dari pantulan cermin. Res mengganti pakaian dengan setelan celana dan kaus berpotongan pendek berwana hitam lalu kembali duduk di meja rias untu hapus make up yang belum selesai ia lakukan.
"Masih blum selesai?" tanya Yuji.
"Sebentar lagi ya Mas," jawab Res.
"Ayo istirahat." Yuji mengajak tak sabaran.
Setelah selesai Res naik ke tempat tidur. Lalu merebahkan tubuhnya sedikit jauh dari Yuji. Yuji menoleh, memukul bantal yang ada di sampingnya. Res gelengkan kepalanya enggak. Takut terlalu berat.
"Sini, aku pingin tidur sambil peluk kamu," pinta Yuji.
"Aku berat Mas," sahut Res.
"Sini," kata Yuji lagi.
Res mendekat, lalu rebah di tangan Yuji yang kini memeluknya. Yuji peluk, usap lembut rambut sang istri sambil kecupi pucuk kepala Res. "Makasih ya," ucap Yuji.
"Untuk apa? semua ini terpaksa karena aku takut hamil." Res menjawab ketus.
"Apapun alasannya, aku senang kamu jadi milik aku secara utuh," kata Yuji.
Reres menatap ke arah Yuji, sejujurnya ia juga mencintai pria yang kini berada tepat di sampingnya. Hanya saja kenyataan ternyata menyakitkan.
"Kenapa sampai sejauh ini?" tanya Res.
"Aku sayang kamu, dua tahun lagi aku akan ceraikan Hera. Bulan depan aku kembali ke Indonesia setelah pembangunan pabrik di Cikarang selesai."
"Menikah sama kamu buat aku ngerasa jadi orang paling jahat sedunia. Aku udah ambil kamu dari raja, anak kamu." Res berkata dengan lirih.
"Raja bukan anak aku. Aku menikah sama Hera cuma untuk bertanggung jawab atas hal yang enggak aku perbuat," jawab Yuji lagi. "Jadi jangan merasa bersalah. Selama aku di sana tertekan banget rasanya. Setelah ketemu kamu, aku bisa ngerasa disayang Res. Aku bisa luapkan sisi kekanakan aku. Jujur selama ini aku tertekan, karena orang tua Hera yang menuntut ini dan itu."
Res menatap jadi iba pada Yuji. Namun sadar dirinya tetap saja salah dalam hal ini. Res mengusap lembut wajah Yuji.
"Aku tetap salah Mas," ucap Res.
Yuji gelengkan kepalanya, kemudian menggenggam tangan Res yang membelainya lalu membawanya ke bibirnya untuk di kecup. "Jangan merasa salah. Kamu yang buat aku enggak hilang akal dengan semua tekanan yang ada di sana. Aku akan cerita semua nanti. Saat aku kembali ke sini. Selama itu kamu boleh di sini. Atau boleh ke apartemen di Jakarta. Passwordnya ulang tahun kamu. Itu rumah lama aku Res sebelum nikah."
"Aku takut ibu curiga Mas, jujur itu terlal mewah buat aku. Aku cuma berharap tinggal sama kamu di rumah sederhana," ucap Res.
"Itu bahkan masih kurang buat kamu res, aku merasa belum bisa berikan kamu banyak hal." Yuji berucap lalu mengecup kening Resha. "Aku mohon bertahan sama aku, ya?" pinta Yuji.
Resh anggukan kepalanya. "Insyaallah Mas," ucapnya.
Yuji lalu kecup bibir Res perlahan hingga naik temponya. Seraya tangannya nakal menelusup masuk ke dalam pakaian yang dikenakan sang istri. Meraba bagian di dalam ana lalu usap bangian katupnya hingga buat Res menatap Yuji sayu.
"Mas, masih siang," kata Res parau.
Suara res malah buat Yuji menegang, inginkan lebih menatap nakal dan menggoda. Hingga ingin lucuti satu persatu pakaian Res. Yuji bangkit, mengunci pintu kamar. Rumah sederhana seperti ini sepertti sebuah tantangan. Desahan bisa saja terdengar dari tembok tipis dan pintu kayu. Tapi Yuji tak peduli, mereka kan pengantin baru?
"Kemarin kamu enggak tau nikmatnya Res. Mau aku manjain kamu ya? Hmm, enakin kamu? Mau ya sayang?" yuji menatap sayu, kacau, ingin segera menerkam, tapi tahan diri. Kali ini mau beri semuanya dengan perasaan.
Res anggukan kepalanya. Persetujuan yang buat Yuji segera buka kancing kemejanya, lalu bantu Res buka pakaiannya. Semuanya poloss dan Yuji sebenarnya tipe yang sabar, suka berikan stimulus pada lawan sebelum pada intinya. Kemarin hanya takut ditinggalkan jadi serba buru-buru.
Yuji dengan segera jilati ujung katup pada dada Res, buat wanitanya remasi ujung rambut Yuji. Desahan keluar berbeda dnegan sebelumnya. Seperti yang Yuji janjikan kalau ia ingin memanjakan. Seperti keinginannya, membahagaikan juga dalam urusan ranjang.
"Mas," panngilan penuh desa bukan berarti panggilan untuk menghentikan sseperti sebelumnya. Melainkan merasa kewalahan saat mulut kecil Yuji terus bermain hingga wajahnya terbenam di antara dadanya.
Yuji terhenti dan kini bersiap, kini ia samakan wajahnya dengan res, menatap smabil membelai rambut wanita yang berada di bawahnya. Menatap wajah kelelahn bahkan belum pada permainan inti.
Yuji tersenyum ansimetris, ia kecupi bibir Res seraya kemduian berhasil membuat dirinya berada di antara kedua kaki Res tanpa sehelai benangpun dengan sempurna.
Yuji menggila saat Res desahkan panggilan, saat wanitanya remasi rambutnya agar berherak lebih dalam. Sampai kemudian tangannya mencengkram erat bahu Yuji. Keduanya lalu rebah dan kelelahan.
"Sayang kamu Res, makasih sayang," Yuji lalu mengecup kening Reres yang terpejam.
Malam keesokan harinya Yuji harus kembali ke Singapura. Tak bisa lagi berlama-lama karena Hera terus menghubunginya. Res juga tak bisa mengantarkan Yuji. Res kelelahan, jangan ditanya alasannya. tentu saja karena Yuji tak membiarkan Res tenang semalam saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Simpanan XXL// MYG
Romance🍓 sudah tamat di Karyakarsa🍓 Klaresha Widdya guru cantik bertubuh berisi itu selama 25 tahun hidupnya belum pernah merasakan menjalin hubungan dengan seorang laki-laki. Bukan karena tak percaya diri, tapi sang ibu takut putrinya itu disakiti. Res...