Res terbangun sedikit siang setelah pagi tadi mengantarkan Yuji. Tak sampai bandara, hanya sampai Yuji dijemput saja. Sebelum Yuji berangkat ke bandara, mereka berdua sudah sepakat tentang apa yang harus diceritakan kepada kedua orang tua Res. Karena Yuji yakin, kalau akan ada pertanyaan dari kedua orang tua gadis itu.
"Ibu malah belum sempat tanya-tanya Gimana kemarin kamu waktu ketemu sama keluarganya Yuji?" Ratih bertanya karena setelah kedatangan putrinya dari Jakarta semua langsung sibuk dengan rencana pernikahan yang serba dadakan.
"Baik bu. Ya cuman nggak terlalu dekat, karena memang sudah lama dan jarang ketemu. Dekat sama Hera yang kemarin datang aja Bu." Res menjawab dan semua itu adalah kebohongan yang sudah ia buat.
Saat pernikahan Yuji dan juga Res, Intan memang datang bersama seorang pria yang entah siapa. Keduanya bahkan terlihat kaku sekali, padahal mereka mengatakan adalah suami istri.
"Semuanya serba dadakan. Kamu itu, untunglah Bapak sama ibumu nggak jantungan." Ratih berkata lagi. "Habis ini kamu mau langsung pindah ke kota?"
"Mungkin beberapa bulan lagi Bu. Aku masih harus ngajar. Sampai sekolah ketemu ganti guru baru aku keluar." Res menjelaskan.
"Kalau suami kamu itu masih di Malaysia ya kamu tinggal aja di sini dulu."
Res gelengkan kepala. Yuji berjanji akan berusaha sering datang. Namun tidak dalam waktu yang lama. Bisa saja pagi datang dan malam langsung pulang. untuk itu mereka berdua memutuskan kalau Res akan tinggal di kota karena akan lebih memudahkan Yuji.
"Aku udah janji sama Mas mau jagain rumahnya yang di sana. Nanti aku bisa kerja sama Intan buat cari tambahan uang."
"Uang pernikahan yang dikasih sama Yuji masih sama ibu. Kamu bisa pakai itu untuk tabungan tinggal di sana. Gimana?"
"Untuk uang itu, aku udah memutuskan untuk nggak usah diadakan resepsi kan Bu? Tapi, aku udah bilang sama Mas Yuji, kalau aku minta uang itu buat dibelikan sembako saja nanti dibagi-bagi sama warga." Res sudah memikirkan ini bersama dengan Yuji. Tentu saja Yuji setuju, ia bahkan berniat untuk menambahkan sejumlah uang. hanya saja Res melarang suaminya itu, karena uang yang diberikan sebelumnya sudah cukup banyak.
"Kamu yakin nggak butuh uang itu? Kamu bisa simpan untuk tinggal di sana. Jadi kamu nggak perlu berat-berat kerja nduk." Ratih berkata lagi karena sepertinya ia tak tega untuk membiarkan anaknya tinggal di kota lalu bekerja sendirian.
"Enggak Bu. Lagian dari awal kan memang uang itu diniatkan untuk resepsi. Ibu beli aja nanti sembako dan dibagiin sama tetangga yang mau diundang. Daripada untuk resepsi, dibelikan sembako akan lebih bermanfaat."
"Ya sudah kalau begitu keinginanmu."
Ratih pada akhirnya setuju dengan keputusan yang sudah dikatakan oleh Res barusan.
***
Sementara itu saat ini Yuji melangkahkan kakinya menuju mobil yang telah menjemputnya. Pakaiannya rapi sekali mengenakan setelah jas berwarna hitam dengan tataan rambut rapi yang membuatnya terlihat 'mahal'. Dan memang semua outfit yang ia kenakan bukan barang murah yang bisa dipesan sembarangan. Semua adalah buatan butik khusus langganan Hera. Dibuat sesuai dengan ukuran tubuh pira itu sehingga menunjang Yuji tampak lebih paripurna.
"Welcome Sir," sapaan terdengar dari sang sopir.
Yuji anggukan kepalanya, tak ada senyum seperti saat bersama Res. Kembali pada mode kutubnya. Ia lalu masuk ke dalam mobil dan duduk, sambil memutar constantin automatic regulateur chronometer, jam seharga mobil itu di tangannya.
Mobil itu lalu melaju, kembali ke rumah yang tak pernah terasa bagai rumah untuknya. Jalanan yang lengan dan cuaca yang cerah tak membuat perasaannya lebih baik. Lalu mobil itu masuk ke pelataran rumah yang sangat megah.Hadiah pernikahan dari ayah Hera. Ada satu di Jakarta juga dan belum sempat digunakan karena mereka masih harus menyelesaikan pekerjaan di negara itu.
Yuji berjalan turun ketika mobi itu berhenti. Berbeda saat di Indonesia, di sini ia bahkan tak membawa koper miliknya sendiri, semua dikerjakan pelayan.
"Ibu ada di dalam?" tanya Yuji.
Ani anggukan kepalanya. "Sepertinya di kamar Pak setelah antar Mas Raja sekolah tadi," jawabnya.
Yuji segera melangkahkan kakinya ke kamar. Sebelum sampai di kamar, ia harus melewati sebuah tangga megah dengan desain klasik barat, lalu melewati kamar baca dan ruang pakaian. Yuji segera membuka pintu setelah tiba. Melihat Hera yang tengah duduk seraya mentreatment wajahnya dengan giok.
Hera menatap sekilas lalu kembali menatap pada cermin. "Sudah selesai dengan hal enggak berguna kamu di Indo?" tanya Hera.
Yuji tak menjawab, ia melepas jas miliknya, jam tangan dan melangkah untuk duduk di sofa empuk di sudut kamar.
"Seharusnya kamu ijin aku dulu kan?" Hera bertanya lagi sambil menatap pada cermin.
"Memang kamu akan ijinin saya ke Indo, kalau saya bilang?" Yuji balik bertanya lalu mendengkus.
"Of course," ucap Hera terhenti lalu menatap pada Yuji. "No. Kamu pikir Raja akan baik-baik aja tanpa kamu? Kamu harusnya bisa sabar sebentar lagi kita pulang ke Indo."
Yuji menatap sinis pada Hera. "Saya cuma pergi beberapa hari--" Yuji kini terhenti seraya menatap pada Hera. Keduanya saling menatap satu sama lain. "Raja harus terbiasa hidup tanpa saya."
Hera telan saliva,apa yang dikatakan Yuji terdengar bagai sebuah ancaman di telinganya. "Aku minta kontrak kita diperpanjang," kata Hera lalu kembali menatap pada cermin dengan cepat.
Yuji jelas kesal, karena Hera selalu saja bertindak seenaknya. "Tidak, enggak ada konsen diantara saya dan kamu. Enggak ada perasaan, mau apa? Apa yang bisa dipertahankan?"
Hera menghentikan kegiatannya kemudian bangkit dan melangkahkan kakinya berjalan menuju Yuji, Hera duduk di sofa, berhadapan dnegan Yuji. "Inget aku yang bantu kamu dulu, lagipula selama kita menikah kamu aku layani dengan baik."
Tentu saja konsen Hera adalah Raja. Anak itu sangat dekat dengan Yuji. Hera tak mau perasaan Raja hancur saat kedua orang tuanya harus berpisah dan Hera akan melakukan apapun demi Raja.
"Perjanjian kita itu akan berakhir sebentar lagi, persiapkan Raja selama setahun ini. Ketika kamu menolong saya, ada perjajian yang sudah saya tepati. Saya punya hak untuk menolak perpanjangan yang kamu ajukan. Saya juga mau hidup dengan orang yang saya sayang. dan membangun keluarga sebenarnya bukan berdasarkan akta perjanjian konyol seperti ini," kata Yuji menegaskan.
Yuji jelas ingin bisa menjalin hubungan dengan Res menjalani keluarga yang utuh berdasarkan pilihan hati dan ia ingin dicintai dan mencintai. Mungkin terdengar berlebihan, tapi Yuji memang memikirkan itu setelah ia merasa jatuh cinta dengan Res. Yuji sungguh-sungguh ia sudah menabung.Smeua uang itu adalah uang yang diberikan Hera selama ia menjadi suami dan juga bayaran profesional sebagai CEO di perusahaan.
Hera menatap Yuji ia tau ada yang aneh dari kata-kata suaminya itu. "Siapa?" tanya Hera.
Yuji menautkan kedua alisnya. "Apa?" tanyanya bingung.
"Siapa perempuan itu?" tanya Hera lagi.
Yuji terkejut dan reaksinya tertangkap oleh Hera. "Enggak usah aneh- aneh kamu," ujar Yuji berusaha menatap ke arah mata Hera secara langsung agar tak terlihat berbohong.
"Kamu ke Indonesia buat nemuin perempuan itu?" tanya Hera lagi.
"Berhenti tanya hal- hal yang aneh," ketus Yuji.
"Dia yang buat kamu enggak mau tanda tangan kontrak lagi kan?" Hera bertanya lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Simpanan XXL// MYG
Romansa🍓 sudah tamat di Karyakarsa🍓 Klaresha Widdya guru cantik bertubuh berisi itu selama 25 tahun hidupnya belum pernah merasakan menjalin hubungan dengan seorang laki-laki. Bukan karena tak percaya diri, tapi sang ibu takut putrinya itu disakiti. Res...