14. Oppose

2.4K 383 72
                                    

Jangan lupa vote terlebih dahulu 🌟

Happy Reading.

𓅪

"Na, lo duluan aja, gue mau ke toilet."

Leona mengangguk, membiarkan Casey pergi meninggalkan dirinya di tengah koridor. Ia kembali melangkahkan kakinya, Leona mengernyit saat murid-murid yang berada di koridor memandangnya dengan pandangan yang berbeda-beda.

Jadinya ia menunduk, memeriksa apakah seragamnya kotor hingga mereka begitu intens memandangnya.

Bugh.

"Aduh.." Leona mengusap dahinya yang menabrak dada bidang seseorang, refleks langkah kakinya mundur beberapa senti.

Sepertinya kesialan menimpa Leona, seseorang yang ia tabrak adalah Allard, pria itu sedang membawa beberapa buku. Karena tidak ingin di cap tidak bertanggung-jawab, Leona berlutut mengambil semua buku Allard.

"Maaf, Kak." Leona berdiri setelah menumpuk buku-buku Allard di kedua tangannya. "Mau dibantu bawa-in?"

"Nggak usah, biar gue aja." Allard hendak mengambil alih buku yang berada di tangan Leona.

"Okay, sekali lagi maaf," ucap Leona buru-buru pergi, tidak ingin terlalu lama mengobrol bersama Allard ---pemeran utama pria. Leona tak ingin plot ceritanya jalan, sebisa mungkin dirinya harus menghindari Allard dan Anna.

Kalau kalian bingung kenpa Leona tidak pindah sekolah, alasannya hanya satu. Dari mana duitnya?! Dia 'kan tidak memiliki uang untuk bisa pindah sekolah, lagipula masuk ke sekolah bergengsi ini sudah sangat bersyukur.

Sesampainya di tempat ia tuju, tangannya mengetuk pintu yang bertuliskan 'Ruang Osis'.

"Permisi..."

Ruangan tersebut terbuka, memperlihatkan sosok perempuan cantik namun menor dengan pakaian sedikit ketat. Melihat sekilas 'pun tahu siapa perempuan ini, siapa lagi kalau bukan Antagonis kesayangan kita.

Anna bersandar di dinding, tangannya terlipat di dada, menelisik penampilan Leona dari atas sampai bawah. Sudut bibirnya melengkung ke samping atas, seakan tersenyum remeh kepada Leona yang menatapnya.

"Jadi lo yang akhir-akhir ini terkenal? Ternyata cuman cewek biasa, lusuh dan miskin, ya?"

Leona memandang datar ke arah Anna, berusaha tidak menjambak rambut pirangnya itu. "Sabar, orang di depan lo ini lawan yang susah," batin Leona membuang wajah.

Merasa ia diabaikan, Anna kesal sendiri. Tangannya mencengkeram dagu Leona, kuku panjangnya bergerak menekan kedua pipi Leona.

"Heh, lo kira sekolah di sini bakalan nyaman untuk cewek miskin kayak lo?" Anna menunduk, semakin memperkuat tekanannya. "Orang tua lo bodoh banget ya sampai nggak bisa menghidupi putri mereka dengan kehidupan mewah."

Namun, dihina terus-terusan seperti ini, dan lagi Anna membawa kedua orang tuanya, membuat Leona tidak bisa menahan diri.

Leona memegang erat pergelangan tangan Anna, menekan urat nadinya, sehingga perempuan menor itu menjerit ngilu.

I'm The ProtagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang