7. problem

223 65 21
                                    

"Mami!"

Tiffany tersentak kaget, masih membeku dalam pelukan sang putra bahkan hingga mobil yang tadi hendak menabraknya melaju pergi, ralat, bersama dengan pria yang tadi mengacungkan pisau lewat jendela mobil hingga nyaris mengenai wajah Tiffany.

Mark mengumpat kesal, "Sialan, apa apaan itu?! Mami? Jangan takut, ada aku disini."

Mark memeluk sang ibu erat, mengusap punggung wanita itu dengan lembut, raut wajahnya terlihat penuh amarah.

Siapa? Kalau ini ulah Haechan--Mark akan menghancurkan anak itu, lihat saja..

______________________

"Apa? Jadi kalian menuduh ku?!"

Haechan melotot kesal, terkekeh tak percaya pada tiga orang disana, "Hebat, tak cukup daddy membuat ku kesal, sekarang daddy setuju pada mereka yang menuduh ku? SEKARANG DADDY MEMPERLAKUKAN KU SEPERTI INI HAH?!"

"Haechan--"

"Aku akan tinggal dengan oma saja jika seperti ini!" Sela Haechan tanpa mau menatap Johnny.

"Haechan dengar! Daddy bertanya, jika memang bukan karena mu, jawab tidak, apa itu susah? Daddy tak menuduh mu--"

"Jika tak menuduh ku daddy tak akan bertanya! Ini sama saja daddy mencurigai ku, daddy pikir aku sejahat itu?!"

Johnny meringis, memang putra nya tak sejahat itu?

"Sudah sudah, tak mungkin ini ulah Haechan, dia hanya anak anak, jangan mencurigai nya seperti ini," Tiffany yang sedaritadi diam angkat bicara, tak ingin suasana kian buruk.

"Lihat? Tante Tiffany saja tak menyalahkan ku. Daddy menyebalkan, apa daddy pikir daddy bisa seperti ini pada ku hanya karena daddy sudah punya anak lain?"

"Daddy tak bermaksud begitu--"

"Aku akan pulang pada oma jika ini terjadi lagi!"

Lantas Haechan dengan kesal segera berlalu pergi dari sana, apa apaan?! Memang bukan ulah nya kok!

Itukan ulah musuh nya! Haechan hanya memancing mereka dengan menggunakan Tiffany..

________________________



"Ini ulah mu?"

Haechan melotot, mendelik tak suka kala melihat Mark kini di kamarnya. Hello?! Haechan hanya ke kamar mandi sebentar dan makhluk ini sudah ada di kamarnya?!

"Apa yang kau lakukan di kamar ku? Lancang sekali, dasar sialan," umpat Haechan kesal.

Mark beranjak bangun dan mendekati adik tirinya itu, "Ini ulah mu?! Kau yang menyuruh orang orang tadi?"

Senyum remeh Haechan terbit, "Kau kan pintar, kenapa bersikap seperti orang bodoh? Cari tau sendiri, kau tak bisa melakukannya? Berhenti menuduh ku, dasar bodoh!"

Rahang Mark mengeras, mencengkram lengan Haechan kuat, "Aku--bahkan sudah membawa mereka ke markas, kau tau apa yang mereka katakan sebelum mulut mereka robek?"

Deg

Haechan melotot, Mark bilang apa tadi?!

"Mereka bilang--mereka melakukan ini untuk membalas mu. Haechan, aku jelas tau, kau--menggunakan ibu ku sebagai umpan, bukan?"

BRUKKK

"Argh--" Haechan mengernyit kala punggung nya menghantam dinding dengan keras.

Tatapan Mark terlihat penuh amarah, "Berhentilah, atau aku--yang akan menghentikan nafas mu, aku tak peduli kau siapa, jika kau berani mengusik ketenangan ku, aku akan menyingkirkan mu, ingat itu."

"..sialan, kau pikir kau siapa? KAU PIKIR AKU TAKUT HAH?! KAU SEHARUSNYA ENYAH DARI MANSION KU MANUSIA GILA!!"

Mark tak peduli, keluar dari kamar Haechan dan menutup pintu dengan kasar.



___________________________




"Ma, Haechan berbohong--"

"Sekarang kamu menuduh cucu mama berbohong?! Astaga Johnny, sepertinya kamu benar benar dibuat buta oleh wanita itu dan anaknya!"

Johnny meraup wajah nya kasar, bagus Haechan, anak itu memang penipu ulung!

"Ini tidak seperti yang mama pikirkan. Haechan dan Mark hanya bercanda--"

"Jadi dia bercanda akan membunuh cucu ku?!"

"Haechan duluan--"

"Terus saja bela anak itu! Seperti nya kau tak menyayangi Haechan lagi, biarkan saja dia tinggal dengan mama, jangan sampai cucu mama mati hanya karena daddy nya lebih mementingkan orang lain!"

Cklekk

Oma melirik Tiffany yang baru masuk dengan sinis, "Lihat ini, astagaa, dia masih bisa santai setelah anak nya mengancam akan membunuh cucu ku, tak tau mau sekali."

Tiffany berusaha menarik senyum, "Saya minta jika perkataan Mark atau mungkin perlakuannya sedikit menyinggung Haechan, nanti akan saya katakan pada nya untuk lebih berhati hati--"

"Lebih berhati hati apanya?! Dia memang sudah melukai Haechan! Apa kau tak bisa mendidik anak dengan benar?!"

"Mama!"

"Johnny kau diam! Urusan mama dengan mu belakangan, mama harus menyadarkan wanita ini dan anaknya agar tau diri dan tak semena mena, mereka pikir mereka siapa, hah?!"

"Kamu dengar ya, jika sampai putra mu itu melukai Haechan lagi, aku tak akan tinggal diam! Jadi mulai sekarang didik anak mu dengan benar! Mengerti?!"

Astaga, Johnny lelah dengan semua permasalahan yang putra nya lakukan..

___________________________

"Omaaa."

Haechan berlari kecil dengan senym lebar, lantas memeluk oma dengan erat, "Ah aku rindu oma, kenapa lama sekali di ruangan daddy? Ini sudah siang, ayo membuat cookies dengan echan."

Oma tersenyum, "Ya ampun gemasnya cucu oma, baiklah baiklah, maaf ya karena oma lama, sekarang ayo kita buat cookies yang banyak untuk Haechan."

Dari lantai 2, Johnny memeluk sang istri yang berdiri di samping nya, "Maaf, aku akan bicara baik baik dengan Haechan agar dia tak mengatakan hal hal buruk lagi pada mama."

Tiffany tersenyum, "Tak apa, Haechan hanya belum bisa menerima ku dan Mark, dia hanya butuh waktu, jika kamu berbicara soal tadi dengannya, dia akan lebih marah. Biarkan dia meredakan amarahnya sendiri, baru kita bisa berbicara dengan tenang pada nya."

Tak masalah, Tiffany paham kekesalan Haechan. Mungkin anak itu tak bisa menerima jika kasih sayang dan perhatian Johnny terbagi.

"Putra mu lucu sekali, sikap dan wajah nya menggemaskan," bisik Tiffany lembut.

Johnny meringis, wajah sih iya, tapi sikap?

Padahal Tiffany cukup kewalahan dengan tingkah anak itu, namun wanita itu masih tetap baik, pilihan Johnny memang tak salah.

"Dia juga putra mu, dia akan memanggil mu mami suatu hari nanti seperti Mark."

"Tentu, aku tak sabar menantikan hari itu."










__________________________



"Tapi--sepertinya ada manusia sialan lain yang lebih menyebalkan dari Mark ya?"

Haechan menggigit cookies di tangannya, menatap lekat Unsy yang--menatap Tiffany dengan tatapan aneh.

"Ah, menjijikkan.."

"Mau bagaimanapun, aunty Tiffany kan milik daddy, tak boleh di ganggu, sialan."
















akuu upppp

karena kayaknya ada yg nungguin Diggity, aku mutusin buat nulis dan up book ini

see u di next chap, lop u all

jangan lupa vote dan komen💚💚

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DIGGITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang