"Ey, kenapa telat sekali?"
Haechan mendengus, menatap jengah pada Sungchan, "Aku sibuk, ada taruhan apa malam ini?"
"Tak tau, bisa saja ada 400 juta?"
Haechan hanya mengangguk, mengedarkan pandangannya pada sekeliling arena, sebelum kemudian menatap sinis pada seorang lelaki yang duduk di atas sebuah mobil sport hitam.
Aahh sial, Haechan kembali teringat pertemuan keluarga kemarin..
"Woah, Mark Lee ada disini, pasti ada taruhan besar," Bisik Sungchan.
"Aku tak peduli dengan si bodoh itu--"
Drtt drttt
Haechan merogoh hp di saku jaket kulitnya.
Daddy is calling
Ia mendengus, memilih mematikan hp nya dan menyimpannya kembali ke saku, Sungchan menatap sahabatnya itu bingung.
"Kenapa? Kau marah dengan om John?"
Haechan berdehem, "Hanya masalah kecil, aish sial kenapa tak ada yang melempar taruhan besar?"
"Mau bertaruh dengan ku?"
Haechan tersentak, menatap Mark yang tau tau sudah ada di depannya, ia lagi lagi berdecih, "Bertaruh dengan apa? Nyawamu?"
Mark terkekeh, "Mobil ku, bagaimana?"
Sungchan melongo, menatap mobil sport Mark yang berada tak jauh dari mereka.
Haechan menatap Mark malas, "Kalau aku kalah?"
"Kalau kau kalah? Tak ada, cukup akui kekalahan mu di hadapan ku," Jawab Mark dengan seringai lebar.
Haechan punya ego tinggi, tak ingin kalah, mengalah dan mengakui kekalahannya, ini taruhan yang lebih besar dari harta menurut Haechan.
Rahang Haechan mengeras, menatap Mark yang masih menyeringai.
"Kenapa? Tak mau? Kau takut kalah?" Pertanyaan Mark terdengar amat menyebalkan di telinga Haechan.
"Baiklah, siap siap untuk kekalahan mu," Desis Haechan kesal.
Beraninya si bodoh ini meremehkannya..
"Kalau aku menang, aku akan mengambil mobil mu dan menghancurkannya di depan mata mu."
Mark terkekeh, waah dia kehabisan kata kata dengan kegilaan dan ego Haechan..
____________________________
"Chan kau yakin? Ku dengar dia hebat, bagaimana kalau kau kalah?" Tanya Sungchan khawatir.
Jika Haechan kalah, mood lelaki itu akan buruk, dan bisa saja Haechan menghancurkan banyak hal dan mengamuk.
Siapa yang akan menangani nya..
"Yakin, tenang saja."
Haechan masuk ke mobil nya yang baru saja di bawa salah satu bodyguard, melaju ke garis start dengan raut kesal.
Berani nya Mark meminta Haechan mengakui kekalahan? Mimpi saja, lelaki itu harus melihat mobil jelek itu hancur!
"READY?"
"ONE."
"TWO."
Haechan melirik sekilas pada Mark yang tampak tenang, sebelum kembali menatap ke depan dengan fokus.
"THREE!"
DOR
"GO!"
Mobil Haechan dan Mark melaju cepat, meninggalkan kehebohan dari penonton di arena. Pasalnya siapa yang tak kenal mereka?
KAMU SEDANG MEMBACA
DIGGITY
Ficção AdolescenteMark itu kasar, kejam walaupun usianya remaja. Dan Haechan tak suka Mark, amat sangat benci dan menggunakan seluruh kesempatan yang ia punya untuk mengatai Mark. Walau nyatanya Haechan sendiri tak kalah gila dari lelaki itu. Lantas bagaimana kalau m...