Penantian di Tengah Kota

2 1 0
                                    

Pada hari Rabu, tanggal 29 Oktober, aku melangkah ke hari yang penuh aktivitas. Ada kegiatan kampus yang mengantarku ke Portola Grand Arabia Hotel, sebuah hotel megah yang terletak di Jl. Prof. A. Majid Ibrahim II No.3, di pusat kota Banda Aceh. Di sinilah aku akan mengikuti Lokakarya SPMI Angkatan ke-4 sebagai perwakilan dari kampusku. Sejak pagi, rutinitas kegiatan berjalan padat, menyerap perhatianku sekaligus memberiku kesempatan bertukar ilmu dengan banyak rekan dari institusi lain.

Namun, ada satu hal yang terus menuntut pikiranku. Kira, yang biasanya begitu hangat dalam pesan-pesan singkat, kali ini seperti menghilang tanpa kabar. Di tengah kesibukan acara, aku sering melirik layar ponsel, berharap menemukan pesan darinya. Tapi sejauh itu, tak ada apa-apa. Hening, hanya aku dan pikiranku yang menduga-duga. Apakah dia terlalu sibuk? Ataukah ada hal lain yang membuatnya diam?

Acara berakhir menjelang larut, tepat pukul 22.00 WIB. Setelah mengistirahatkan diri dengan mandi dan berganti pakaian, aku merasa ingin sejenak keluar dari atmosfer formalitas yang menghimpit seharian ini. Bersama seorang rekan kerja dari kampus, aku memutuskan untuk keluar, berjalan-jalan menikmati suasana kota Banda Aceh di malam hari. Di lapangan Blang Padang, yang terhampar indah tepat di depan hotel, kami duduk santai. Kota ini memang menawan, apalagi di bawah pancaran lampu-lampu malam yang membawa suasana tenang sekaligus memukau.

Sambil menikmati pemandangan, hatiku berbisik pelan, berharap kali ini ponselku bergetar dengan pesan darinya. Namun, detik demi detik berlalu, dan tetap tak ada kabar. Aku merasa perasaan rindu mulai membebani, menciptakan sebuah ruang kosong yang sulit dijelaskan. Sesekali kupandang layar ponsel, namun hasilnya masih sama—kosong.

Setelah puas menikmati malam, kami kembali ke hotel. Dalam hati, aku berkata pelan, "Yasudahlah, toh besok masih ada kegiatan lagi. Fokus saja ke sini dulu." Aku mencoba mengalihkan pikiran, membiarkan perasaan tertahan di tepi hati. Malam itu, aku pun kembali ke kamar, memejamkan mata, dan perlahan tenggelam dalam tidur yang tak sepenuhnya damai, berharap esok membawa jawaban atas penantian ini.

Jejak Yang Tak TerkuburTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang