ENAM

0 0 0
                                    

Dokter keluar dari ruangan, mereka langsung dengan wajahnya yang memperlihatkan kekhawatiran. Keluarga Daisy langsung mendatangi sang dokter.

"Pacemaker yang digunakan ananda Daisy mengalami kerusakan. Kami butuh persetujuan sekarang melakukan operasi segera untuk mengganti Pacemaker yang digunakan"ujar sang dokter sambil menyerahkan sebuah map surat izin melakukan operasi.

"Pasti bisa sembuh kan?"tanya ayah dengan raut wajah khawatirnya.

"Alat memang sudah modern dan canggih, tapi semua ada ditangan Tuhan"jawab sang dokter, ayah langsung menandatangani surat izin melakukan operasi. Dipikirannya saat ini hanyalah kesembuhan serta kesadaran putri bungsunya sekaligus anak kesayangannya.

Perawat membawa Daisy yang terbaring tidak sadarkan diri ke ruangan operasi, wajahnya terlihat sangat lemah. Mereka menyusul Daisy, rasa cemas terus meliputi. Ini akan menjadi Pace maker kedua yang digunakan gadis itu.

"Pacemaker di tubuh adek udah berapa lama, kak?"tanya Cakra kepada Galaksi yang berada di sebelahnya.

"Udah delapan tahun, kayaknya selain emang udah waktu ganti dia juga kecapekan"jawab Galaksi sambil menatap lantai.
"Gua berharap alat itu bisa dipakai selamanya, hidup tanpa adek itu gak pernah terbayangkan"Galaksi mencoba mengungkapkan isi hatinya.

"Gua juga mau nya gitu, gua pernah mikir kalau suatu hari adek gak nikah gua pun gak akan nikah. Biar gua yang jagain dia"jawab Cakra, masa depan Daisy telah mereka rencanakan tapi semua tergantung kehendak Tuhan.

Di tengah lamunan yang harus buyar karena seorang suster keluar dari ruangan, semua memandang panik karena suster itu terburu-buru.

"Anak saya kenapa sus?"tanya bunda yang bangkit dari duduknya.
"Detak jantung pasien hilang"jawab suster itu lalu melangkah masuk dengan sebuah alat di tangannya, empat kata yang membuat sekeluarga merasa lemas. Mereka memandang panik kearah pintu, semoga gadis itu bertahan. Pemasangan Pacemaker pertama kali tidak separah ini.

🌼🌼🌼

"Bang.."

Panggilan dari arah belakang membuat laki-laki dengan kemeja navy menoleh, dia Cakra yang akan meminta izin kepada sekolah adiknya.

"Bang, Daisy dimana?"tanya Zabir, dari jauh ia sudah mengenali Abang kedua Nadira karena mereka pernah bertemu.

"Daisy, sakit. Dia udah pulang semalam"Cakra menjawab apa adanya.

"Sakit apa?"

Cakra masih berbicara dengan isi kepalanya sendiri, ia ragu untuk memberi tahu tapi kalau di beri tahu ada untungnya setidaknya saat jauh dari sang adik ada yang ia percayakan.

"Bisa bicara sebentar?"Zabir mengangguk sebagai jawaban, ia tahu pasti ini hal serius.

Di taman sekolah mereka duduk di sebuah bangku yang berhadapan, kali ini Zabir tidak mengajak duduk di atas rerumputan seperti kemarin.

"Jadi kenapa bang?"tanya Zabir dengan santai, ia tidak tau apa yang akan ia dengar selanjutnya.

"Lo tau Pacemaker?"Cakra menjawab pertanyaan Zabir.
"Alat pacu jantung kan?"Zabir mengenali benda kecil itu, karena dulu almarhum abinya memakai alat itu sampai alat itu tidak dapat membantu lagi, dan pria yang selalu ia kagumi itu pergi untuk selamanya.

"Di dalam tubuh adek gua ada itu"Zabir terkejut mendengarnya, ia tidak pernah tau tentang hal besar itu.
"Tapi dia gak pernah bilang"Zabir masih belum percaya, ada rasa takut akan kedepannya karena kejadian sang Abi.

"Dia gak tau kalau ada alat itu di tubuhnya, karena di pasang sewaktu kecil"Cakra mencoba meyakinkan sahabat dari adiknya
"Sekarang Daisy dimana?"Zabir masih mencari tentang gadis yang telah ia anggap bagai adik sendiri.

"Daisy diruang ICU, semalam detak jantungnya hilang. Gua mohon kalau adek gua sadar dari komanya, jaga dia disini ya!"Cakra menundukkan kepalanya.
"Jahat lo bang, untung gak telat gua dengar kabar gini"Zabir menarik hembuskan nafas, jujur ia merasa amat takut. Kejadian itu kembali, tapi tolong untuk kali ini jangan ambil orang yang memiliki momen indah di hidupku batin seorang Zabir.

"Satu lagi, jangan pernah bilang soal alat itu di tubuhnya"pinta Cakra, sesuai perjanjian sekeluarga tidak ada yang boleh mengatakan tentang ini kepada Daisy. Zabir mengangguk, sejauh ini ia tidak akan menganggu privasi keluarga Daisy. "Gua pamit"Cakra melangkah pergi, satu kebodohan seorang Zabir lupa bertanya di rumah sakit mana Daisy berada.


KEMBALI PULANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang