Samuel jelas tau dimana ia harus menjemput perempuan keras kepala itu, Samuel pun tau bahwa perempuan itu pasti akan baik-baik saja.
Namun entahlah, perasaan khawatir kian menggerogoti hatinya. Ada perasaan tak tenang, ada rasa sesal karena membiarkan perempuan itu pergi sendirian.
"Bajingan!"
Tepat setelah panggilan diputuskan sepihak oleh orang di seberang, Samuel dengan segera bangkit dari tempat duduknya; menyaut kunci mobilnya kasar dan berlari ke garasi.
Peduli setan dengan proposal yang harus dikumpulkan malam ini, karena Kavela jelas lebih penting dari apapun.
"Has kontol!" apa yang bisa diharapkan dari jalanan kota ini. Baik pagi, siang, sore, maupun malam sepertinya jalanan kota ini tak pernah sepi. Penghuni kota ini nampak nya tak peduli dengan panasnya sinar matahari yang menyengat kulit dengan tak tau diri.
TIN TIN TIN!
Bunyi klakson menjadi suara yang paling Samuel benci, karena ia tau bahwa klakson-klakson itu dibunyikan oleh orang-orang tak sabaran yang ingin cepat sampai ditujuan mereka tanpa peduli rambu lalu lintas.
"Lampu merah goblok!" teriak Samuel dalam mobil, mengumpati manusia-manusia menyebalkan dibelakangnya.
TIN TIN TIN!
"Bajingan! Masih merah kontol!" teriaknya sekali lagi, kali ini lelaki itu bahkan menurunkan kaca mobilnya.
"Lo stop klakson-klakson ya anjing! Buta biji mata lo ha?!" makinya sekali lagi sebelum kembali menutup kaca mobilnya.
Samuel menghela nafas panjang, berusaha kembali menata emosinya agar tak meledak-ledak.
Deringan ponsel dari kursi samping mengalihkan perhatiannya , lelaki itu melirik sekilas guna memastikan siapakah yang menelfon. Pada awalnya lelaki itu ingin mengabaikan panggilannya, namun setelah melihat nama 'Sandra' rupa-rupanya sikap acuh tak bisa dilakukan.
Lelaki itu mengambil ponselnya, dan menerima panggilan itu.
"Kenapa, San?" tanya nya tak ingin basa-basi.
"Dimana? Kenapa nggak ada dirumah?" tanya Sandra dengan nada kesalnya.
"Pulang dulu ya, gue masih sibuk"
"Gue udah jauh-jauh ke rumah lo terus sekarang lo suruh gue balik gitu aja?-- gue mana ada ongkos buat balik"
Samuel memutar matanya jengah, "pake duit lo dulu nanti gue transfer, gue beneran lagi sibuk. Udah dulu ya, San" tanpa menunggu jawaban dari Sandra, Samuel memilih langsung memutuskan panggilannya.
Peduli setan jika perempuan itu akan marah nanti.
~~~
"Nih" Kavela mendongakkan kepalanya keatas, menatap wajah pria di hadapannya yang masih setia menyodorkan sebotol air mineral.
"Ambil, ngapain liatin gue terus?" ketus pria itu.
Kavel menarik nafas panjang sebelum akhirnya mengambil botol mineral itu."Makasih" ucapnya.
"Hm" pria itu mengambil tempat duduk disamping Kavela, "belum sarapan dari pagi?" tanya pria itu membuka obrolan.
"Lupa-- tadi buru-buru" balas Kavela seraya meneguk air mineralnya.
"Dandan lo kelamaan"
"Sok tau" balas Kavela memberikan tampang masam, kesal karena dituduh seperti itu.
"Lo temennya Jovelyn atau--"
"Sagara" sela Kavela.
"Deket?" tanya pria itu sekali lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/374876856-288-k998877.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
3 0 9 1
Teen FictionSemua luka memang menyakitkan, namun tak ada yang lebih menyakitkan dari terbukanya luka lama. Dunia selalu punya cara untuk membuat kita merasa semakin tersiksa, contohnya dengan mengembalikan orang lama dengan situasi yang berbeda.