Chapter 6

50 15 5
                                    


Jungwon merasakan udara malam yang dingin menyusup melalui celah-celah dinding bangunan tua. Suara-suara samar dari hutan seolah menemaninya dalam ketegangan yang semakin menyesakkan. Meski Sunghoon dan yang lain berdiri berjaga-jaga, bayangan ketakutan tetap membayangi pikirannya.

Sunoo duduk di dekatnya, mata cerianya kini menyiratkan kewaspadaan. Ia memberikan senyum tipis, mencoba menenangkan Jungwon. “Hei, semuanya akan baik-baik saja,” katanya pelan, meski nada suaranya sedikit bergetar.

Jungwon mengangguk, berusaha menenangkan napasnya yang berdegup kencang. Di sisi lain ruangan, Heeseung berdiri dengan tangan terlipat di dadanya, matanya tajam mengamati setiap pergerakan di luar jendela kecil. Kilauan sinar bulan yang masuk membuat wajahnya terlihat lebih tegas.

“Kita harus siap dengan kemungkinan terburuk,” ujar Heeseung dengan nada rendah, tapi cukup jelas untuk didengar semua orang di ruangan itu.

“Apakah mereka sudah menemukan kita?” tanya Ni-ki, suaranya penuh kekhawatiran. Meski usianya paling muda, ketegangan di matanya menunjukkan bahwa ia menyadari ancaman yang mereka hadapi.

“Belum,” jawab Jay, yang kini berdiri di sisi lain pintu, memastikan tidak ada gerakan mencurigakan. “Tapi jejak kita mungkin meninggalkan petunjuk.”

Jungwon memejamkan mata sejenak, berusaha menenangkan rasa panik yang mulai menguasai pikirannya. Tiba-tiba, bayangan malam lalu terlintas di benaknya—saat dia melihat Heeseung, Jay, dan yang lainnya bertarung mati-matian. Keberanian dan keteguhan mereka membuat Jungwon merasa tersentuh, tapi juga terintimidasi oleh seberapa jauh mereka siap melindunginya.

Sunghoon mendekat, menepuk bahu Jungwon dengan lembut. “Jangan khawatir, kami tidak akan membiarkan mereka menyentuhmu,” katanya, suaranya lembut namun tegas.

Namun sebelum Jungwon sempat menjawab, sebuah suara keras terdengar dari luar, seperti ranting patah yang diinjak. Suasana ruangan berubah mencekam dalam sekejap. Semua vampir berdiri tegak, mata mereka menatap ke arah pintu dengan kewaspadaan penuh.

Jake memberi isyarat kepada Sunoo dan Ni-ki untuk mundur ke tempat yang lebih aman. “Kita harus mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk,” bisiknya.

Sunoo menarik Jungwon ke sudut ruangan, tempat yang paling jauh dari pintu. Jungwon bisa merasakan detak jantungnya semakin kencang, seakan-akan mencoba melarikan diri dari tubuhnya sendiri.

Beberapa menit berlalu dengan keheningan yang memekakkan telinga. Tak ada yang bergerak atau berbicara. Kemudian, terdengar suara langkah mendekat, lebih jelas dan teratur. Jungwon menahan napas, telinganya menajam, mencoba mengenali suara itu.

Heeseung memberi isyarat kepada Jay untuk mendekat ke pintu. Dengan gerakan hati-hati, Jay mengintip keluar melalui celah kecil di dinding yang retak. Matanya menyipit, mencoba memastikan siapa yang berada di luar sana.

“Tiga orang,” kata Jay lirih, melaporkan apa yang dilihatnya. “Mereka tampak seperti pemburu.”

Ketegangan di ruangan itu semakin meningkat. Jungwon merasakan tangan Sunoo menggenggam lengannya, seolah-olah mencoba memberikan kekuatan. Sementara itu, Sunghoon mengatur napas, matanya yang tajam mulai memerah, menunjukkan naluri vampirnya yang terbangun.

“Siapkan diri kalian,” bisik Heeseung, suaranya rendah tapi penuh dengan kewibawaan.

Suara pintu yang didorong dari luar menggema di ruangan itu, membuat Jungwon mengejang. Pandangannya tertuju pada Heeseung, yang berdiri tegap dengan tatapan tajam, siap untuk melindungi semua orang di dalam ruangan tersebut.

“Kami tahu kalian di dalam,” suara berat dan dingin terdengar dari luar, membuat semua yang berada di dalam ruangan semakin waspada.

Jay menggertakkan giginya, menatap Heeseung dengan pertanyaan yang tak terucap. Heeseung hanya mengangguk, mengisyaratkan agar Jay bersiap.

Langit malam di luar semakin gelap, hanya diterangi oleh kilauan bulan yang pucat. Detik-detik berlalu dengan ketegangan yang menggantung. Jungwon tahu, momen berikutnya akan menentukan nasib mereka semua.

---



Halo semua!
Jujur aja, nulis bagian ini tuh malah bikin aku ketawa sendiri, kayak makin lama makin absurd gitu ceritanya. Pas dibaca ulang, rasanya kok agak... cringe? Haha. Menurut kalian gimana, nih? Masih lanjut atau udahan aja? Butuh banget nih pendapat dari kalian buat bikin aku yakin, hehe.

Makasih banget buat yang udah baca sampai sini!


Lumen in TenebrisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang