Chapter 7

63 19 3
                                    

Detik-detik menegangkan terasa seperti berlangsung selamanya. Jungwon menahan napas, mencoba mengendalikan gemetar di tangannya saat suara di luar semakin mendekat. Sunoo menatapnya dengan sorot mata yang penuh ketenangan, seolah ingin mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja, meski situasi jauh dari aman.

Pintu kayu tua itu berderak, seolah berteriak di bawah tekanan dari luar. Jay sudah mengambil posisi di samping pintu, dengan tatapan yang dipenuhi determinasi. Heeseung mengangkat tangannya, memberi isyarat agar semua tetap tenang. Dalam ruangan yang diterangi cahaya lilin, semua mata tertuju pada pintu itu.

Dengan satu hentakan kuat, pintu itu terbuka, memecahkan keheningan yang menyesakkan. Seorang pria berperawakan tinggi dengan wajah penuh luka berdiri di ambang pintu, mata membara dengan kebencian. Dua pemburu lainnya berdiri di belakangnya, memegang senjata yang terlihat mematikan.

"Sudah waktunya kalian berhenti bersembunyi," ucap pria itu dengan suara parau.

Heeseung melangkah maju, tatapannya dingin namun penuh wibawa. "Kami berharap menghindari perselisihan, tapi jika dihadapkan pada pilihan, kami tidak akan mundur."

Suara Heeseung yang tegas membuat suasana semakin memanas. Tanpa peringatan, pria itu mengayunkan senjatanya, menciptakan ledakan energi yang menghantam dinding dan membuat pecahan kayu berterbangan. Jungwon terkejut, jantungnya berdebar keras. Sunoo segera menariknya ke belakang, melindunginya dari serpihan yang beterbangan.

Pertempuran pun dimulai. Jay melompat ke arah salah satu pemburu dengan gerakan lincah, menghindari serangan beruntun yang diarahkan padanya. Ni-ki dan Jake menyusul, serangan mereka cepat dan penuh presisi, menciptakan harmoni dalam kekacauan.

"Jungwon, tetap di belakangku!" Sunghoon memerintahkan dengan nada mendesak sambil berdiri di depannya. Cahaya lilin memantul di wajah Sunghoon, memperlihatkan ekspresi serius yang jarang terlihat. Taringnya yang tajam kini terlihat jelas, siap bertarung jika perlu.

Jungwon menelan ludah, merasakan adrenalin mengalir deras di tubuhnya. Matanya mengikuti gerakan Jay yang bertarung dengan penuh kemarahan, berusaha menjatuhkan salah satu pemburu. Suara dentingan senjata dan desahan napas terdengar mengisi udara, membuat ruangan sempit itu menjadi medan pertempuran yang sengit.

Heeseung berhadapan dengan pemimpin pemburu itu. Mereka bertukar serangan cepat, gerakan mereka nyaris mustahil diikuti oleh mata manusia. Heeseung berhasil menahan serangan tajam dengan satu lengan, sementara tangannya yang lain mencoba menyerang balik. Meski tekanan besar terasa di sekitarnya, Heeseung tetap tenang dan fokus.

Jungwon tiba-tiba menyadari betapa kuat dan berbahayanya situasi ini. Meski para vampir berusaha melindunginya, ia tahu bahwa satu kesalahan saja bisa berarti akhir bagi mereka semua. Dia merasa putus asa karena tidak bisa berbuat apa-apa selain menyaksikan.

"Sunoo, kita harus melakukan sesuatu!" teriaknya dengan suara gemetar.

Sunoo menatapnya sebentar, matanya yang ceria kini dipenuhi dengan ketegangan. "Tunggu saja, Jungwon. Percayalah pada mereka," katanya dengan nada yang mencoba menenangkan.

Di sisi lain ruangan, Jay berhasil menjatuhkan salah satu pemburu dengan serangan telak, tetapi terluka di bahunya oleh belati perak. la mengerang kesakitan, namun tetap berdiri, menahan rasa sakit yang membakar.

"Jay!" teriak Jake, matanya memerah melihat luka saudaranya.

"Aku baik-baik saja," balas Jay sambil meringis, meski jelas bahwa ia sedang menahan rasa sakit yang luar biasa.

Pertarungan semakin sengit. Sunghoon bergerak maju, membantu Heeseung melawan pemimpin pemburu. Mereka berdua bekerja sama dengan begitu serasi, seolah-olah sudah berlatih selama berabad-abad. Namun, musuh mereka tangguh dan cerdik, mampu menghindari serangan mereka dengan kelincahan yang menakjubkan.

Akhirnya, dengan satu gerakan kuat, Heeseung berhasil memojokkan pemimpin pemburu, menatapnya dengan mata yang berkilau marah. "Ini untuk mencoba melukai keluarga kami," ucapnya sebelum melumpuhkan musuhnya dengan satu serangan telak.

Ruangan itu perlahan-lahan hening. Para pemburu yang tersisa tersungkur di lantai, tak bergerak. Nafas terengah-engah terdengar di antara para vampir. Jay menahan lukanya, sementara Jake segera menghampiri untuk memeriksanya. Jungwon memandangi semuanya dengan rasa terkejut dan kekaguman yang bercampur aduk.

Heeseung menatap Jungwon, matanya yang tajam kini melunak. "Kita harus segera pergi dari sini."

Jungwon mengangguk, kali ini tanpa keraguan.

Lumen in TenebrisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang