Setelah pertempuran melawan para pemburu di malam itu, suasana di tempat persembunyian vampir menjadi lebih tegang dari sebelumnya. Jungwon mencoba menenangkan diri di dalam kamar yang disiapkan khusus untuknya oleh Heeseung, namun pikirannya terus berputar. Bayangan para pemburu dan bagaimana para vampir mempertaruhkan nyawa demi melindunginya terus menghantui benaknya. Dia tahu bahwa dalam dunia ini, tidak ada yang benar-benar aman.Saat pagi tiba, Jungwon membuka mata dengan perasaan lelah. Meski tubuhnya tertidur, pikirannya tetap bekerja keras sepanjang malam, mengulang kejadian demi kejadian yang terjadi. Ketukan pelan di pintu mengejutkannya, membuat Jungwon segera bangkit dan membukakan pintu.
Sunoo berdiri di ambang pintu dengan senyum ceria, memegang nampan berisi sarapan. “Selamat pagi! Aku bawa makanan untukmu.”
“Sunoo… kamu baik sekali,” Jungwon tersenyum kecil sambil menerima nampan itu. Bau makanan yang harum seolah membawa sedikit kenyamanan dalam suasana suram ini.
Setelah sarapan, Sunoo duduk di samping Jungwon, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu. “Bagaimana tidurmu?”
“Tidak terlalu nyenyak…” jawab Jungwon jujur. “Pertarungan tadi malam terus terbayang di kepalaku.”
“Ah, itu wajar. Tapi, tenang saja. Kita semua akan memastikan kamu aman,” ucap Sunoo dengan nada menenangkan.
Namun, baru saja kata-kata itu keluar, terdengar suara keras dari ruang utama. Mereka berdua langsung berdiri, menatap ke arah sumber suara dengan ekspresi cemas. Dengan cepat, Sunoo menggenggam tangan Jungwon dan membawanya ke ruangan tersebut, di mana mereka menemukan Heeseung, Jay, Jake, Ni-ki, dan Sunghoon berkumpul dengan wajah serius.
“Heeseung, ada apa?” tanya Sunoo dengan nada khawatir.
“Para pemburu tidak berhenti mengejar kita,” jawab Heeseung sambil mengerutkan kening. “Kami baru mendapat kabar bahwa mereka mungkin akan mengirim lebih banyak pasukan malam ini.”
Jungwon merasa perutnya bergejolak mendengar kabar itu. “Lalu, apa yang harus kita lakukan? Apa kita akan terus bersembunyi?”
Jay melangkah maju, wajahnya tenang tapi tegas. “Bertahan bukanlah satu-satunya pilihan. Jika mereka terus datang, mungkin kita harus berpikir untuk melawan atau mencari tempat lain yang lebih aman.”
Ni-ki, yang biasanya ceria, tampak sedikit muram. “Aku tidak suka terus-terusan lari dari mereka.”
“Aku setuju dengan Ni-ki,” tambah Jake, nadanya serius. “Tapi, kita harus memikirkan strategi dengan matang. Kita tidak bisa membiarkan Jungwon terjebak dalam bahaya lebih besar.”
“Jadi, apa rencananya?” Jungwon bertanya, menatap mereka semua.
Heeseung menatap Jungwon dengan penuh perhatian. “Kami mungkin harus memindahkanmu sementara waktu, sampai tempat ini aman lagi. Ada tempat lain di mana kita bisa menyembunyikanmu.”
Jungwon terkejut dan sedikit takut dengan ide itu. “Memindahkan… aku sendirian?”
“Kami akan tetap bersamamu,” jawab Heeseung cepat-cepat. “Kita hanya harus lebih berhati-hati dan memastikan tidak ada jejak yang bisa ditemukan oleh para pemburu.”
Jungwon terdiam sejenak, merasakan ketakutan yang semakin dalam. Meskipun keberadaan para vampir di sekelilingnya sempat membuatnya merasa tidak nyaman, sekarang dia merasa aman bersama mereka. Namun, keadaan memaksanya untuk menerima bahwa ia tidak bisa selalu bersama mereka dalam kedamaian. Ada bahaya yang terus mengintai.
Sambil mengatur napasnya, Jungwon menatap Heeseung dan yang lain dengan tekad baru. “Jika ini memang yang terbaik, aku siap. Tapi, pastikan kalian juga menjaga diri kalian.”
Sunghoon mendekatinya, dengan senyum lembut di wajahnya. “Kamu benar-benar berbeda, Jungwon. Kamu bukan hanya sekadar manusia biasa.”
Jungwon merasakan kehangatan di balik kata-kata Sunghoon. Meskipun masih merasa takut, dia tahu bahwa ia tidak sendirian. Mereka adalah keluarganya sekarang, meskipun begitu berbeda dari dirinya.
Saat malam tiba, kelompok itu bersiap untuk pindah ke lokasi baru. Sunoo dan Jake mempersiapkan segala kebutuhan untuk perjalanan mereka, sementara Heeseung dan Jay memastikan jalur aman dari para pemburu. Mereka semua bergerak dengan hati-hati, memastikan tidak ada jejak yang tertinggal.
Dalam perjalanan, mereka memilih jalur yang lebih tersembunyi, melewati hutan lebat yang gelap. Jungwon berjalan di tengah-tengah mereka, terlindungi oleh para vampir yang mengawasinya dengan waspada. Meski takut, ada rasa aman yang tumbuh di dalam hatinya. Dia tidak sendirian. Setiap kali langkahnya ragu, mereka akan menguatkannya.
Ketika mereka mencapai tujuan mereka, sebuah bangunan tua tersembunyi di tengah hutan, Heeseung memberi isyarat kepada yang lain untuk berhenti.
“Kita akan tinggal di sini sementara waktu,” katanya pelan.
Bangunan itu tampak seolah sudah berdiri sejak lama. Dinding-dindingnya ditumbuhi lumut, dan pintu kayunya sudah terlihat usang. Namun, di balik kesan angker itu, bangunan ini menawarkan perlindungan yang lebih dari cukup.
“Ini tidak seaman tempat kita sebelumnya, tapi cukup untuk berlindung dari pemburu,” jelas Heeseung.
Para vampir segera mempersiapkan diri untuk berjaga-jaga di sekitar tempat itu. Jungwon duduk di salah satu kursi kayu tua, merasa lelah namun lega. Dia menatap Sunghoon yang berjalan mendekat, duduk di sampingnya.
“Kamu sudah berani melewati banyak hal,” kata Sunghoon, suaranya lembut namun menguatkan. “Aku tahu ini berat, tapi aku bangga melihat keberanianmu.”
Jungwon tersenyum kecil, merasakan sedikit keberanian mengalir dalam dirinya. “Aku hanya… tidak ingin kalian terluka karena aku.”
Sunghoon menatapnya dalam-dalam, kemudian berkata, “Kamu sekarang bagian dari kami, Jungwon. Kami akan melindungimu, apa pun yang terjadi.”
Di saat yang sama, Jay dan Jake bergabung dengan mereka, membawa serta lilin yang mulai menerangi ruangan. Cahaya hangat lilin tersebut mengusir sedikit bayang-bayang yang menyelimuti hati mereka.
Namun, sebelum mereka sempat merasa nyaman, suara langkah kaki yang tidak dikenal terdengar dari luar. Mereka semua segera waspada, memperhatikan sekitar dengan penuh perhatian.
“Siapa itu?” tanya Ni-ki pelan, suaranya hampir berbisik.
Heeseung memberikan isyarat agar semuanya tetap diam. Perlahan, dia bergerak menuju pintu, mencoba memastikan siapa yang mendekat. Mereka semua menahan napas, sementara detik-detik terasa sangat panjang.
Setelah beberapa saat, suara itu menghilang, dan Heeseung kembali ke dalam dengan wajah tegang. “Mereka mungkin masih mencium jejak kita. Kita harus tetap waspada.”
Jungwon merasa ketakutan mulai merayap lagi, tapi kali ini dia memilih untuk menahannya dalam hati. Dia tahu, sekarang bukan saatnya merasa takut. Di tengah-tengah bayangan ancaman yang semakin dekat, Jungwon merasa bahwa dirinya harus menjadi lebih kuat.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
Lumen in Tenebris
FanfictionDi tengah kegelapan kota kecil yang dikelilingi misteri, Jungwon, seorang pemuda biasa, terjebak dalam dunia vampire yang mempesona dan berbahaya. Ketika enam vampire yang menawan menargetkan dirinya, Jungwon mendapati dirinya berada di antara merek...