Hari-hari di rumah sakit berlalu, dan Namjoon merasakan tekanan di dadanya semakin meningkat. Setelah serangkaian tes, dokter memberikan diagnosis bahwa dia menderita septum deviation yang cukup parah, yang membuat pernapasannya semakin sulit. Meskipun hal itu sudah dia duga, tetap saja rasanya menyakitkan mendengar kenyataan tersebut.
Namjoon duduk di tempat tidur rumah sakit, merenungkan hidupnya. Setiap saat, pikirannya melayang ke masa lalu, saat dia pertama kali mengejar impiannya bersama BTS. Dia selalu bertekad untuk menjadi pemimpin yang kuat, namun sekarang dia merasa seolah semua yang dia bangun perlahan runtuh di hadapannya.
Saat anggota lain datang untuk menemaninya, mereka membawa suasana ceria dan penuh tawa. Mereka berusaha untuk tidak menunjukkan betapa khawatirnya mereka, tetapi Namjoon dapat merasakan beban di antara mereka.
“Hyung, kau harus makan,” seru Jimin, mengeluarkan bento yang dia bawa. “Kami tidak ingin melihatmu lemah lagi!”
Namjoon memaksakan senyuman, tetapi rasa pahit di mulutnya semakin jelas. “Aku akan makan, terima kasih, Jimin-ah,” jawabnya, berusaha mengalihkan perhatian dari ketidaknyamanannya.
Kegiatan sehari-hari di rumah sakit memberikan sedikit hiburan, tetapi di balik senyuman itu, Namjoon merasakan kesedihan yang mendalam. Dia tahu bahwa operasi adalah pilihan terbaik, tetapi rasa takut akan hasilnya membuatnya ragu. Apa yang terjadi jika dia tidak bisa kembali ke panggung? Apa yang akan terjadi pada BTS?
“Namjoon,” suara Yoongi memecah kesunyian. “Kami tahu kau merasa tertekan. Tapi ingat, kami akan selalu ada di sisimu. Apa pun yang terjadi, kami akan melalui ini bersama.”
Tetesan air mata mulai mengalir di pipi Namjoon. “Aku tidak ingin menjadi beban bagi kalian. Aku hanya ingin kembali dan bernyanyi,” ucapnya, suaranya pecah.
“Hyung, itu bukan beban. Justru, kami ingin kau kembali dengan sehat. Kami tidak peduli seberapa lama waktu yang dibutuhkan. Kami di sini untuk menunggu,” kata Jungkook, menggenggam tangan Namjoon dengan erat.
Sementara itu, Jin menambahkan, “Kami semua menghadapi kesulitan dalam hidup, dan ini adalah salah satu tantangan yang harus kita hadapi. Yang terpenting adalah kesehatanmu, dan kami akan selalu mendukungmu.”
Kata-kata itu membuat Namjoon merasa sedikit lebih baik, tetapi kekhawatiran masih menghantuinya. Dia tahu bahwa operasi yang akan datang adalah langkah besar, dan dia harus menghadapi ketidakpastian.
*******
Hari operasi pun tiba. Sebelum masuk ke ruang operasi, semua anggota berkumpul di sekelilingnya. Namjoon merasakan kecemasan dan harapan bersatu dalam dirinya. Dia menatap setiap wajah yang telah menjadi bagian terpenting dalam hidupnya, berusaha mengingat semua kenangan indah yang telah mereka bagi.
“Aku akan baik-baik saja,” ujarnya, berusaha meyakinkan mereka dan dirinya sendiri. “Kalian semua harus menunggu di luar. Aku akan segera kembali.”
Dengan senyuman penuh harapan, Namjoon melangkah ke ruang operasi. Namun, saat pintu tertutup di belakangnya, rasa takut menyelimutinya. Dia berbaring di meja operasi, merasakan ketidakpastian dan keputusasaan melanda pikirannya.
“Hitung mundur dari sepuluh,” suara dokter terdengar samar, dan Namjoon mulai menutup matanya. Sebelum gelap menyelimuti, satu pikiran terlintas di benaknya: Aku harus kembali untuk mereka.
Ketika Namjoon pingsan, semua member menunggu di ruang tunggu dengan hati yang berdebar. Mereka saling berpandangan, masing-masing berdoa agar sahabat mereka baik-baik saja.
Jin memecahkan keheningan. “Dia akan baik-baik saja. Kita harus percaya pada dokter.”
“Ya, dia adalah Namjoon Hyung yang kuat,” Jungkook menambahkan, berusaha meyakinkan diri sendiri.
Tapi seiring berjalannya waktu, kecemasan mereka semakin meningkat. Setiap menit terasa seperti selamanya. Namjoon yang selalu kuat dan penuh semangat kini terbaring di ruang operasi, dan mereka tidak bisa melakukan apa pun untuk membantu.
Akhirnya, setelah beberapa jam yang terasa tak berujung, dokter keluar dengan wajah serius. “Operasi berjalan lancar, tetapi dia masih dalam pemulihan. Kita perlu menunggu beberapa saat untuk memastikan semuanya baik-baik saja.”
Semua member menghela napas lega. Namun, rasa cemas tetap menghinggapi hati mereka. Mereka hanya bisa menunggu dan berharap bahwa Namjoon akan segera sadar dan kembali ke pelukan mereka, tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan.
Dan saat itulah mereka menyadari satu hal: betapa berartinya persahabatan ini, dan betapa mereka saling membutuhkan satu sama lain, terutama saat menghadapi ujian hidup yang paling berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Namjoon...
FanfictionIni cerita random dan singkat terinspirasi dari Namjoon yang pernah operasi Septum Devesiation