BAB 03: Ruang BK

19 1 0
                                    

"ASSALAMU'ALAIKUM "

Hello guys!!

¸¸♬·¯·♩¸¸♪·¯·♫¸¸¸♬·¯·♩¸¸♪·¯·♫¸¸

WELCOME TO CoconutMatcah

"Seberapa besar ujian yang Tuhan berikan kepada kita semua. Semoga Tuhan juga terus mempersatukan kita sebagai saudara, walaupun kita hanya diikatkan oleh tali persahabatan biasa"

- Artheo Adelard-

🦋 Happy Reading 🦋

Aneisha mempercepat langkahnya menuju ruang BK. Belum semenit berjalan menuju tujuan utama mereka aneisha menatap kaget sekelilingnya.

"Gilak, udah rame aja" ucap aneisha pelan.

Sungguh, aneisha sangat tak percaya keadaan ruang BK yang biasanya sepi bagai kuburan kini menjadi sebuah perkumpulan nongki murid dadakan. Ternyata, banyak juga murid yang sudah siap untuk mencuri percakapan yang akan ia hadapi selanjutnya.

"Ayo masuk sha" ajak Athala saat tengah ingin membuka pintu.

"Iya tha, lo masuk duluan aja. Gue bentar lagi nyusul ke dalam" jawabnya.

Athala tersenyum sembari mengangguk mengiyakan " Saya duluan, awas kalo kabur" ujar Athala dan langsung melangkah masuk ke dalam.

Aneisha melengos pada Athala "Iya-iya bawel banget"

Aneisha kembali melirik satu persatu murid dalam gerombolan lautan manusia di hadapannya. Mencari sosok seorang perempuan yang menjadi sahabat karib yang sudah ia anggap saudara sendiri. "Mana leiva ya? Padahal dia paling penting saat situai genting begini"

Aneisha tak menemukan batang hidung leiva, kemudian ia langsung menarik nafasnya dan mulai melangkah kan kaki jenjang miliknya masuk kedalam ruang BK dengan wajah pasrah.

Pemikiran nya sekarang. Apa yang akan ia hadapi di dalam nanti? apakah tante aleena yang akan aneisha temui sebagai wali nya kembali? Entahlah.

"Assalamu'alaikum" salam aneisha saat memasuki ruangan tersebut. Pandangan yang ia dapati pertama kali yaitu melihat ayahnya berada di dalam ruangan tersebut dengan tantenya aleena.

"Ayah" lirih aneisha dengan perasaan yang mulai gentar.

"Silahkan duduk di samping wali kalian masing-masing". Kepala sekolah mempersilahkan mereka berdua duduk.

Aneisha melirik ayahnya sekilas, posisi duduk mereka berdua bisa dikatakan tidak terlalu jauh hanya dibatasi oleh amrest kursi kayu yang mereka duduki.

Arsyad mulai menyandarkan punggungnya pada kursi yang ia duduki, menatap Aneisha dengan tersenyum lebar hingga matanya menyipit.

Sudah di pastikan semua akan mengira bahwa Arsyad sedang menenangkan aneisha dengan senyumannya.

Tapi menurut aneisha, senyuman itu lebih mengerikan dibanding hukuman yang akan diberi oleh kepala sekolah nanti. Sekarang, bagaimana ia akan menghadapi tantenya aleena yang jauh lebih kecewa dan sedih. Bagaiamana ia akan menjelaskan maksud semua yang ia lakukan kepada ayahnya nanti? Dibanding tante aleena, aneisha lebih takut kepada ayahnya Arsyad.

Hell In The Guise Of HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang