Novel ini tidak akan diupdate setiap hari seperti novel lain karya Widyaarrahma
Jadi nantikkan info updatenya di Instagram penulis
@widyaarrahma20_Sepulang bekerja, Nindhya langsung masuk ke dalam rumah dan terlihat sang suami tengah duduk melamun di depan tv
Mungkin kah dia menunggunya ?
Bolehkah baper sedikit karna merasa ditunggu ?
"Assalamualaikum" salam Nindhya
"Waalaikumussalam" jawab Wira nmun sedikit terkejut
Apakah Wira tak mendengar suara pintu terbuka ?
Apa yang sedang dia lamunkan
"Maaf mas, kemaleman"
Wira hanya mengangguk sebagai jawaban lalu mendahului masuk ke kamarnya
Nindhya menyusulnya lalu membersihkan diri didalam kamar mandi
Selesainya dia langsung berbaring disamping sang suami yang masih membuka matanya dalam keadaan terlentang
Nindhya tak berani dan memang tak pernah membuka mulut untuk membuka pembicaraan setiap sebelum tidur
Mereka sama sama terdiam, merangkai khayalan masing masing hingga kantuk datang dan tertidur dalam kedamaian
Hingga diwaktu pagi datang keduanya masih tak membuka pembicaraan
Memang begini kehiduapan keduanya
Tak ada yg memulai pembicaraan yg tak diperlukan, tak ada pelukan hangat, tak ada canda tawa
Hingga ada rasa jenuh dalam diri Nindhya
Dipagi ini dia memasak capcay untuk sang suami sedangkan dirinya memakan salad sayur hari ini
"Mas" panggil Nindhya ditengah makan paginya
"Hmm" jawab Wira sembari mengunyah makanannnya
"Aku mau ke rumah papah, apa boleh ?"
"Saya sibuk"
"Gak perlu diantar, aku bisa kok kesana sendiri, sebentar aja mumpung hari ini aku libur, nanti sore udah sampe rumah"
"Apa jawab kamu ketika mereka tanya kenapa tidak dengan saya ?"
"Mas kan kerja"
"Kenapa tidak menunggu saya libur ? Kenapa harus kesana sendiri ? Mau ngadu saya tidak memperlakukan kamu dengan baik ?"
"Mas merasa tidak memperlakukanku dengan baik ? Kenapa tidak diperbaiki ?"
Wira menghentikan kegiatannya, dia menatap ke arah lain, lalu kembali menyuapkan nasi ke dalam mulutnya
Tanpa menjawab pertanyaan istrinya
Hingga selesai makan, Wira masih terdiam tanpa berucap satu katapun
"Aku akan tetap pergi kerumah Papah" ucap Nindhya setelah selesai mencuci piring dan melihat sang suami tengah menggunakan jam tangannya didepan meja riasnya
Wira masih terdiam dan melanjutkan kegiatannya
"Aku gak bakal ngadu apa apa, toh ini aib rumah tangga kita, tapi tolong, ucapan terakhirku dimeja makan difikirkan mas"
Nindhya menghembuskan nafas beratnya lalu berjalan menuju lemari untuk mengambil baju ganti
"Kita menikah karna perjodohan, jangan berekspektasi tinggi tentang perasaan saya. Hati saya masih kepada perempuan lama saya, entah kapan waktunya jika memang saya bisa membuka hati untuk kamu, pasti akan saya lakukan" jawab Wira sembari berjalan menuju pintu kamar
"Jangan sampai pada waktunya itu tiba dan pada waktu itu pula aku menyerah akan pernikahan ini mas, ingat ucapan aku" jawab Nindhya lalu masuk ke kamar mandi untuk berganti pakaian
Wira hanya tertegun dipintu kamar yang sudah dia buka, dia terdiam sebentar mencerna ucapan sang istri
Menyerah akan pernikahan ini
Tak lama dia kembali berjalan menuju teras untuk memakai sepatunya lalu berangkat bekerja tanpa berpamitan pada sang istri
Nindhya keluar dari kamarnya, dia membasuh muka karna dia menangis sebentar di kamar mandi tadi
Setelah bersiap dia mengambil tasnya, mengisinya dengan barang yang perlu lalu keluar kamar menuju garasi mobil
Rumahnya dan rumah orang tuanya memang tak jauh, hanya menempuh perjalanan 1 jam 15 menit saja
Dan tentu dia bisa pulang kerumah sebelum sang suami pulang
Diperjalanan dia tak menghibur dirinya dengan mendengarkan musik musik kesukaannya hingga sampailah dia di halaman rumah papahnya yang cukup luas
Dan terlihat disana ada mobil sang adik yang artinya adiknya pun ada disana
Nindhya masuk kedalam rumah disambut bahagia oleh orang tuanya sebab dia tak mengabari jika dia akan pulang
Kehangatan begitu Nindhya rasakan disini, tak seperti dirumah Wira yang sangat dingin
Ingin rasanya memeluk erat papahya sembari menangis namun pasti nanti akan menjadi pertanyaan besar sang papah
Sebisa mungkin Nindhya menahan semuanya
"Yuk makan, mamah masak makanan kesukaan kalian"
Nindhya bersama sang adik Nanda antusias menuju meja makan karna Nanda juga sudah menikah 3 bulan lalu
Selisih 2 bulan dengan sang kakak
"Oh ya kak, aku belum ngasih tau kaka yah" ucap Nanda ditengah makan
"Ngasih tau apa ?"
"Aku hamil kak, alhamdulillah udah 4 minggu"
Nindhya menghentikan kegiatannya saat mendengar kabar bahagia adiknya itu
Dia bingung harus bereaksi apa sedangkan dirinya belum hamil padahal dia menikah lebih lama
Namun sebisa mungkin dia menormalkan ekspresinya karna tak ingin orang tuanya sedih
"Waaah alhamdulillah, sehat sehat yah dek, dijaga loh"
"Makasih kak, cepet nyusul yah ka"
"Aamiin"
Nindhya kembali menyantap makanannya meskipun seleranya sedikit menghilang
Selesai makan dia memilih duduk dihalaman belakang rumahnya, menatap pemandangan sawah yang selalu menjadi tempatnya dulu bermain kala kecil bersama sang kakek
Tak lama datang papahnya dari dalam membawa jus melon kesukaannya
"Gimana kabarnya kaka sama Wira ?" Tanya papahnya
Nindhya tersenyum sejenak "alhamdulillah kami sehat dan baik pah"
"Alhamdulillah"
Sang papah merangkul tubuh Nindhya, membawanya kepelukan hangatnya
Pelukan yang sudah 5 bulan tak Nindhya rasakan
"Sedih ? Denger Nanda lebih dulu hamil ?" Tanya sang papah
"Enggak pah, malah bersyukur pah"
Papahnya terkekeh sejenak, putri pertamanya hendak membohonginya namun dia tak semudah itu dibohongi
"Papah masih kok jadi tempat curhat kaka, jangan mentang mentang ada mas Wira yang gantengnya sama papah lebih ganteng papah itu"
Nindhya menatap sang papah yang tak hilang hilang ke PD annya
Papahnya terkekeh menatap ekspresi dirinya yang seakan geli
"Kak, sebesar apapun ombaknya, jangan pernah melompat dari kapalnya sebelum bertemu dengan dermaga terindah yah"
Nindhya mengangguk dalam pelukan papahnya dia faham dengan ucapan sang papah
"Wira baik kan sama kaka ?"
"Baik pah"
"Papah harap itu jawaban jujur yah kak"
********
Novel ini gak update tiap hari yh gaes
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemenang ?
Teen FictionAku atau dia pemenang hatimu ? Aku tau kamu bukan hadiah atas sebuah perlombaan, tapi saat ini aku sedang berlomba dengan masalalumu yang tak perlu bekerja keras mendapatkanmu Aku akan tetap menjalani ini, hingga rasa lelah itu hadir