bab 1

9 3 0
                                    

Yerin berdiri di depan cermin besar kamarnya, menatap pantulan dirinya yang terasa sangat asing. Gadis yang ia lihat di cermin mengenakan seragam sekolah yang mewah, lengkap dengan dasi biru rapi dan aksesori berkelas. Namun, tak ada yang akrab—semua mulai dari wajah hingga pakaiannya terasa seperti milik orang lain.

Bukan hanya itu, ia pun merasa terasing dalam tubuh ini. Ia, yang dulunya hidup sederhana dan penuh perjuangan, sekarang mengenakan barang-barang yang mahal, sesuatu yang hanya ia lihat dari jauh. Semua ini membuat hatinya bergelora dengan perasaan asing.

Ketukan lembut di pintu memecah lamunannya. Seorang pelayan masuk dengan sopan, wajahnya terlihat tegang, dan suara yang sedikit bergetar, “Nona Yerin, Tuan Taehyung sudah menjemput Anda di depan.”

“Taehyung?” gumam Yerin, mencoba mengingat-ingat nama itu. “Siapa... Taehyung?” tanyanya ragu.

Pelayan itu menatapnya aneh, lalu tersenyum kecil seolah tak yakin apa yang ia dengar. “Anda benar-benar pandai bercanda, Nona,” ujarnya singkat, lalu undur diri dengan hati-hati. Ada kejanggalan di wajahnya—pelayan itu tampak ragu dan sedikit ketakutan, seakan menahan sesuatu.

Yerin bingung, tapi mengikuti saran pelayan tadi untuk turun ke ruang tamu. Begitu ia tiba di sana, pemandangan yang tak kalah mengejutkan menantinya. Seorang pria muda berdiri menunggu, wajahnya tampan namun dingin, dengan ekspresi tak acuh yang seolah-olah menyiratkan bahwa ia lebih suka berada di tempat lain. Ini pasti Taehyung yang dimaksud tadi, pikir Yerin.

Taehyung menoleh malas ke arahnya, sekilas menatapnya dengan tatapan tajam yang menambah kesan dingin. “Cepatlah. Kita sudah terlambat,” ucapnya pendek, lalu berbalik menuju mobil hitam yang terparkir di halaman.

Yerin mengikuti langkahnya sambil mencoba memahami situasi ini. Siapa pria ini sebenarnya? Kenapa ia dijemput oleh seseorang yang begitu tampan tapi berwajah dingin seperti itu?

Di dalam mobil, Yerin duduk dengan perasaan campur aduk. Dia memutuskan untuk memecah keheningan, “Terima kasih sudah menjemputku.”

Taehyung meliriknya sekilas dari sudut mata, lalu kembali fokus pada jalan di depannya. “Tidak usah berterima kasih. Kita sekolah di tempat yang sama,” jawabnya dingin tanpa ekspresi.

Yerin merasa makin kikuk. Taehyung tidak seperti orang yang mudah didekati. Walaupun wajahnya luar biasa tampan, sikap dinginnya membuat Yerin merasa benar-benar tidak diinginkan. Ia mencoba bertanya lagi, “Jadi... kita sudah lama kenal, ya?”

Namun, Taehyung hanya mengerutkan kening, tampak bingung. “Kau kenapa hari ini?” tanyanya pendek, lalu menambahkan dengan nada sedikit kesal, “Sudahlah, diam saja. Kita hampir sampai.”

Yerin terdiam, merasa sedikit tersinggung sekaligus makin bingung. Siapa dia di kehidupan ini? Jika ia memang teman dekat Taehyung, mengapa pria itu memperlakukannya dengan begitu ketus?

Begitu mereka tiba di sekolah, Yerin mendongak memandangi bangunan besar dan megah yang tampak seperti istana modern. Semua terasa seperti mimpi. Saat dia masih kebingungan, Taehyung mendengus, tampak muak melihat ekspresi herannya. “Sudahlah, jangan pura-pura kaget. Ini sekolah kita. Kau terlalu banyak drama.”

Yerin mengangguk ragu, berusaha menyembunyikan kegugupannya. Di koridor, ia terus mengikuti langkah Taehyung tanpa tahu harus ke mana. Ia merasa seperti anak kecil yang tersesat di dunia asing ini. Taehyung yang sadar diikuti, akhirnya berhenti dan menatapnya penuh kecurigaan. “Kau ini kenapa terus mengikutiku? Berhentilah bertingkah aneh,” ujarnya dengan nada tajam.

Yerin tak tahu harus berkata apa, akhirnya hanya mengangguk dan berjalan berlawanan arah, merasa makin kebingungan. Di tengah keraguan, seseorang menepuk bahunya dengan keras. “Ya ampun, Yerin! Kau ini kenapa jalan lambat sekali?”

Yerin menoleh dan melihat seorang gadis yang tersenyum lebar, rambutnya tergerai dengan aksesoris mencolok. Ia tampak riang dan penuh percaya diri, langsung tertawa begitu melihat Yerin. Gadis itu tampak akrab, dan senyumnya menyiratkan bahwa mereka adalah teman baik. “Eh, kamu lagi-lagi sok-sok lupa, ya?” Gadis itu tertawa sambil menatapnya seolah tahu semua tentang Yerin.

“Joy?” tanya Yerin ragu, mencoba memastikan melalui nametag yang gadis didepannya pakai.

“Jangan panggil aku pakai nada aneh, deh!” jawab Joy sambil tersenyum lebar. “Serius, kamu kenapa? Kau ini biasanya heboh sekali kalau ketemu Pacarmu. Sekarang malah diam seribu kata?” Joy menggoda sambil menepuk-nepuk bahunya dengan santai.

Pacar?

Yerin tersenyum canggung, merasa makin tidak nyaman. Dalam hati, ia bingung karena benar-benar tidak mengenal siapa pun di sini. “Aku hanya… pusing sedikit…”

“Pusing? Kau serius?” Joy tertawa kecil. “Biasanya kau yang paling ribut di sekolah ini. Setiap ada kesempatan, pasti ada saja yang kau lakukan biar jadi pusat perhatian. Kau memang drama queen sejati!”

Yerin tersentak mendengarnya. Jadi, tubuh yang sekarang ia huni ternyata adalah milik seseorang yang benar-benar berbeda dengan kepribadiannya—seorang gadis yang sombong, penuh drama, dan sering menjadi perhatian orang.

Joy masih mengoceh sepanjang perjalanan ke kelas. “Oh, ngomong-ngomong, akhir minggu ini kita kan mau pergi belanja? Kau kan yang paling tidak sabar untuk itu!”

Yerin tersenyum kikuk, tidak tahu harus menjawab apa. Dulu, di kehidupannya yang asli, belanja hanyalah mimpi karena keuangan keluarganya yang serba pas-pasan. Tapi kini… ia mendapati dirinya di dunia baru yang benar-benar berbeda.

“Ayo, kita masuk kelas. Kali ini coba jangan buat masalah, ya? Terakhir kau bikin kelas heboh waktu ada acara,” ujar Joy sambil tertawa keras.

Yerin menelan ludah, berusaha memahami situasi. Dalam pikiran Joy dan orang-orang di sekitarnya, "Yerin" yang mereka kenal adalah sosok yang sulit diatur dan sering membuat keributan. Tak hanya itu, orang-orang juga tampaknya takut dan segan padanya—bahkan ia baru menyadari, pelayan di rumah tadi juga tampak berhati-hati ketika berbicara dengannya. Semua ini terasa seperti tekanan yang besar baginya.

Di tengah percakapan dengan Joy, Yerin mulai menyadari bahwa kehidupan baru ini penuh tantangan yang tak pernah ia bayangkan. Ia harus belajar bertahan di dunia yang tak dikenal, dengan orang-orang yang mengira ia adalah sosok sombong dan centil. Namun, Yerin bersumpah dalam hati bahwa ia akan menemukan cara untuk menjalani hidup ini—siapa pun gadis ini sebelumnya, sekarang ia adalah Yerin yang baru, dan ia harus menjalani peran ini tanpa terlihat mencurigakan.





tbc

AlteritéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang