bab 7

5 2 0
                                    

Seperti biasanya, pagi itu Yerin berangkat ke sekolah bersama Taehyung. Selama perjalanan, Taehyung hanya menatap lurus ke depan dengan tatapan dingin, wajahnya tampak sedikit lebih murung daripada biasanya. Yerin bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres, tapi ia memilih untuk diam, menunggu jika Taehyung ingin berbicara duluan.

Setibanya di sekolah, saat Yerin bersiap keluar mobil, Taehyung menatap lurus ke arah depan tanpa menoleh kepadanya.

“Nanti, saat istirahat,” ucap Taehyung dengan nada ketus, “pergilah ke basecamp seperti biasa.”

Yerin mengangguk perlahan, merasa sedikit iba. Walaupun ada jarak di antara mereka, ia masih peduli dan ingin mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Yerin hanya bisa mengikuti apa yang Taehyung inginkan untuk sekarang.

Ketika bel istirahat berbunyi, Yerin pun pergi menuju ruangan belakang sekolah, tempat di mana Taehyung dan beberapa teman dekatnya biasa berkumpul. Saat tiba di sana, ia disambut oleh Jimin, yang tampak sedang sibuk menata sesuatu sambil mengangkat wajahnya dengan ekspresi heran.

“Bu bos?” Jimin mengangkat alis, menatapnya dari atas ke bawah. “Kau... tersenyum hari ini. Ada yang aneh.”

Yerin tersenyum tipis, berusaha terlihat santai. “Apa maksudmu, Jimin? Aku hanya datang seperti yang Taehyung minta.”

Jimin hanya mengangguk ragu, masih tampak kebingungan dengan sikap Yerin yang berbeda. Setelah menyapanya, Yerin pun melangkah menuju sofa di mana Taehyung duduk dengan pandangan kosong, jelas terlihat bahwa pikirannya melayang ke tempat lain.

Taehyung menoleh sekilas ketika Yerin duduk di sampingnya. “Kau sudah makan?”

Yerin menggeleng pelan. “Belum.”

Taehyung langsung mengangguk ke arah Jimin tanpa berkata apa-apa. “Jimin, belikan makanan untuk kami. Cepat.”

Jimin mendengus, memutar mata dengan kesal. “Baik, baik, Bos,” gumamnya dengan nada menyindir, lalu berjalan keluar meninggalkan mereka berdua dalam ruangan yang seketika menjadi sunyi.

Yerin duduk diam, hanya memandangi Taehyung yang tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri. Setelah beberapa saat, ia akhirnya memberanikan diri untuk bicara.

“Taehyung,” panggil Yerin dengan suara pelan.

“Hm?” jawab Taehyung tanpa menoleh, suaranya terdengar tidak terlalu tertarik.

“Apa kau... baik-baik saja?” Yerin bertanya hati-hati, menatap wajahnya dengan penuh perhatian.

Taehyung memutar matanya sedikit, lalu tertawa pendek. “Kenapa kau bertanya begitu? Kau tak pernah peduli sebelumnya.”

Yerin tersenyum kecil, merasa sedikit tersindir, tapi ia tidak tersinggung. “Aku hanya... aku ingin memastikan kau baik-baik saja.”

Taehyung mengangkat bahu, tampak enggan untuk berbicara lebih jauh. “Aku baik-baik saja.”

Yerin menghela napas, tetap bersabar. “Dengar, aku tahu kau sedang mengalami sesuatu. Kau bisa ceritakan padaku, jika kau mau. Mungkin aku bisa membantu.”

Taehyung hanya tertawa tipis, lalu menatap Yerin dengan tatapan skeptis. “Yerin, kau dan peduli pada orang lain? Sejak kapan?”

Yerin tertawa kecil, mencoba mencairkan suasana. “Sejak... aku sadar bahwa ada lebih banyak hal dalam hidup daripada hanya mementingkan diri sendiri.”

Taehyung menatapnya sejenak, seolah berusaha mencari kebenaran di balik kata-kata Yerin. Ia menghela napas, sepertinya masih tak yakin dengan perubahan yang ia lihat pada Yerin.

“Kau bilang ingin mengubah hidupmu jadi lebih baik?” tanya Taehyung pelan, nadanya penuh keraguan.

Yerin mengangguk mantap. “Iya, Taehyung. Aku ingin jadi orang yang lebih baik, memperbaiki apa yang salah.”

Taehyung mendengus, memalingkan wajahnya. “Apa rencanamu, Yerin? Kau ingin membodohi siapa dengan akting ini?”

Yerin tertawa kecil, tapi tidak tersinggung dengan kata-kata sinis Taehyung. “Ini bukan akting. Percaya atau tidak, aku benar-benar ingin berubah. Dan kalau ada sesuatu yang bisa kulakukan untuk membantu teman-temanku, termasuk dirimu, aku akan melakukannya.”

Taehyung terdiam, tampak bimbang. Di satu sisi, ia merasa Yerin mungkin hanya berpura-pura, tapi di sisi lain, ia melihat ketulusan dalam tatapan gadis itu. Ia menggeleng pelan, seolah mencoba menyingkirkan perasaan aneh yang mulai tumbuh dalam dirinya.

“Kau tahu,” lanjut Yerin, mencoba menghangatkan suasana, “kadang berbicara dengan seseorang bisa membantu. Tak ada salahnya berbagi, Taehyung.”

Taehyung memandangnya sebentar, lalu menggeleng. “Aku tidak butuh belas kasihan atau nasihatmu, Yerin.”

“Aku tidak sedang memberi belas kasihan,” Yerin tersenyum tipis. “Aku hanya mencoba menjadi teman. Itu saja.”

Taehyung menghela napas, tampak masih keras kepala. “Lupakan saja. Aku tidak butuh perhatianmu.”

Yerin menatapnya dengan sabar, kemudian mengangguk pelan. “Baiklah, kalau itu yang kau inginkan. Tapi ketahuilah, kalau kau butuh seseorang untuk mendengarkan, aku ada di sini.”

Perkataan Yerin membuat Taehyung terdiam sejenak, seolah-olah kata-kata itu berhasil menembus dinding yang ia bangun selama ini. Tapi ia tak ingin mengakui kelemahan di depan Yerin, jadi ia hanya mengangguk pelan.

“Kenapa kau jadi seperti ini, Yerin?” tanya Taehyung akhirnya, suaranya nyaris berbisik.

Yerin menatapnya dengan senyum lembut. “Aku hanya... merasa ini waktu yang tepat untuk berubah. Aku ingin mencoba hal-hal baru, termasuk mencoba lebih peduli pada orang-orang di sekitarku.”

Taehyung tertawa kecil, nada suaranya penuh sinisme. “Kau sungguh berubah. Hanya saja, entah kenapa aku merasa ada sesuatu di balik ini semua.”

“Percayalah, Taehyung, tidak ada yang aneh. Ini hanya aku yang ingin memulai sesuatu yang baru.” Yerin menatapnya dengan tatapan tulus, berharap Taehyung bisa merasakan ketulusannya.

Taehyung terdiam sejenak, tak bisa menghindari perasaan aneh yang menyelinap di hatinya. Walaupun ia merasa ada sesuatu yang mencurigakan dari perubahan Yerin, ia tak dapat memungkiri bahwa dalam tatapan gadis itu, ia hanya menemukan ketulusan.

Sebelum ia bisa merespon lebih jauh, Jimin kembali dengan membawa beberapa makanan. Ia meletakkan makanan itu di atas meja dengan tatapan kesal pada Taehyung.

“Nih, makanannya. Apa lagi, Bos?” tanya Jimin sambil berkacak pinggang.

Taehyung hanya melirik Jimin, lalu menoleh ke arah Yerin. “Makanlah,” katanya singkat.

Yerin tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada Jimin sebelum mengambil makanannya. Saat makan, ia mencuri pandang ke arah Taehyung, yang tetap memandang kosong, seolah berada di dunianya sendiri.

Dalam hatinya, Yerin berharap suatu saat nanti Taehyung akan membuka diri padanya. Ia tahu bahwa di balik sikap dinginnya, ada seseorang yang sebenarnya butuh dukungan dan perhatian.






tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AlteritéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang