Bukan Tuhan yang jahat. Mungkin, beliau ingin memberitahu kita bahwa dikehidupan dan di kesempatan manapun, kita tidak akan pernah bersatu. Jadi, beliau mengajarkannya kepada kita dua kali
___
Kisah 1999 kala itu.. Tahun dimana kita berdua belajar...
Brak... Suara menggelegar dari arah kantin. Adel nan Greesel yang tengah menyantap hidangan mereka lantas menoleh ke arah suara yang letaknya tak jauh dari tempat mereka duduk. "Kalo jalan tuh pake mata! Jangan asal nyelonong aja lo! " perempuan yang seragamnya sedikit tak teratur berteriak, memarahi adik kelasnya yang agak ceroboh, meskipun itu murni kesalahan mereka berdua yang tak fokus
Greesel menelan ludahnya, murid yang lain pun tak ada yang berani bersuara sedikitpun, seluruh kantin hening, bahkan suara kucing dari atap sekolah pun sampai terdengar. Mengeong seolah-olah ingin mengetahui apa yang terjadi di bawah. Adel yang tak tahu menahu hanya diam menyaksikan kejadian itu sembari meminum kaleng soda yang ia beli beberapa menit lalu. "Aku tegasin sama kamu, Del. Jangan pernah berurusan sama orang itu" ujar Greesel tak terlalu terdengar, namun. Adel bisa memahaminya, bahwa Greesel tak ingin dirinya berurusan dengan gadis yang agaknya sudah malas menaati peraturan sekolah itu
Adik kelas yang dimarahi hanya bisa terdiam sembari menundukkan kepalanya. Plang..! Alas besok yang biasanya digunakan ini kantin untuk menghantarkan minuman terlempar ke arah adik kelas yang tengah dimarahi itu. Suasana semakin menengangkan, Adel berusaha untuk tetap tenang meski kakinya sudah bergetar, rasa ingin menolongnya itu sangat tinggi, namun. Ia juga masih memikirkan ucapan Greesel tadi. "Ini seragam gw jadi basah! Kalo punya otak tuh dipake buat mikir bukan buat makan doang! " gadis itu benar-benar marah besar, namun. Tak ada juga yang berani melerai mereka berdua, teman gadis seragam berantakan itu juga hanya tertawa, dan terlihat sangat mendukung kelakuannya itu
"Lo tuh ya? Udah badan lo gemuk kek sapi gini, masih aja ke kantin buat makan, nggak takut obesitas apa? Hahaha" Adel tertegun. Kata-kata itu benar-benar jahat dan menyakitkan, ia bisa merasakan itu meski bukan dirinya yang menjadi sasaran. Tapi.. Mengapa semuanya juga ikut menertawakan gadis malang itu? Mengapa tidak ada satupun yang berani bersuara? "Sel, semua orang yang ada disini pembully ya?" tanya Adel, Greesel menghela nafasnya dalam-dalam, raut wajahnya terlihat sedih selepas Adel menanyakan hal itu, seolah ada yang janggal
"Regie. Anak yang mulutnya jahat itu bener-bener terpandang disini Del. Bukan karena dia donatur ataupun pemilik sekolah, tapi.. Seluruh anak yang bermasalah sama dia, keesokan paginya pasti babak belur. " Adel tersentak, cerita Greesel membuatnya terkejut sesaat. Bahkan sampai saat ini, masih ada saja manusia seperti itu, sialan. "Terakhir kali, ada yang sampe koma, Del. Tapi pihak sekolah juga nggak ada tindakan karena murid bahkan anggota osis disini nggak pernah ada yang berani buat laporan. Itu udah jadi rahasia umum." Adel menelan ludahnya begitu mendengarnya. Ia benar-benar tak percaya, sekolah se terkenal ini memiliki sisi gelap yang tak diketahui orang luar, bahkan pihak sekolah sekalipun
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Gw nggak suka masalah, jadi jangan pernah lakuin kesalahan sedikitpun didepan gw. Atau akibatnya bakal fatal. " -Regie-
"Mulut nya dijaga ya!" dari arah belakang terlihat perempuan dengan seragam rapih yang dibaluti jacket berwarna putih. Ekspresi wajahnya terlihat tidak setuju akan apa yang dikatakan oleh Regie, keberaniannya itu, membuat Adel terkesan. "Keren.. " Regie tersenyum tipis ketika mendengar hal itu, ia seolah sudah terbiasa akan kehadiran sang pahlawan di hadapan nya ini. "Wow.. Wow.. Wow.. Wonderwoman sekolah Brawijaya dateng lagi nih guys. Bagus juga nyali lo ya? " Regie menepuk tangannya 3 kali sembari tertawa kecil penuh arti