Chapter 5

396 34 19
                                    

Author pov..

Perjalanan ke Korea kali ini sangat menyenangkan untuk mereka semua, kecuali meen. Dia terus menelan pil pahit karena ping terus menerus menghindari nya, dia berusaha sebisa yang ia mampu, tapi tidak juga membuat ping mau berdekatan apalagi berbicara dengannya, bahkan makanan enak apapun disini terasa hambar bagi meen, sebegitu berpengaruhkah eksistensi ping dalam hidup nya hingga membuat meen kacau.

"Dddrrtt.. drrrrtt... dddrrrttt... ponsel meen terus bergetar memperlihatkan panggilan dari kekasih nya yang sejak beberapa hari lalu meen abaikan, dan sampai sekarang dia pun tidak menjawab nya lagi.

Meen hanya ingin ping, hanya ingin bersamanya, dia merindukan senyum cerah bagai mentari dari pria itu yang setiap hari mewarnai harinya..... dulu.

Sejak kemarin salju sudah turun di Korea dan cuaca menjadi minus, namun tak membuat meen berhenti mencari ketenangan, dia terus melangkah tanpa tujuan hanya untuk menenangkan hatinya yang semakin hari semakin tak terkendali, bahkan cuaca dingin yang menusuk hingga tulangnya pun tidak bisa menandingi betapa hatinya terluka karena kebodohannya sendiri. Kebodohan yang membuat pria muda itu enggan kembali kedalam kehidupan meen.

"Dddrrrttt.... dddrrrtt.. banyak sekali panggilan dan pesan masuk yang diabaikan meen, meen berfikir panggilan itu pasti dari kekasihnya, karena sebelum pergi meen sudah izin kepada phi gong.
Langkah demi langkah meen lalui hingga ia menemukan taman untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sudah lelah.

Dan saat ini "MELAMUN" adalah kebiasaan meen sejak ping mengacuhkannya. Dalam lamunan itu tanpa sadar air mata dengan mudahnya mengalir, entah karena cuaca yang membuat mata dan hidung nya berair atau memang ia sudah tidak bisa menahan rasa di hatinya. Rasa bersalah, rindu yang besar membuat ia menjadi lemah.

"Ddddrrrtttt....ddddrrtttt....dddrrrtttt.... bunyi ribut dari ponsel meen membuat ia pada akhirnya mengalah dan mengangkat panggilan itu, yang ternyata adalah Phi Gong, bukan kekasihnya.

"Haloo phi"jawab meen menerima panggilan itu.

"Auu meen.. aku menelpon dan mengirimi pesan dari tadi! Kau kemana? Jam sudah 22:30 meen, cepat kembali atau kau akan terserang demam dan flu, udara sangat dingin"peringat phi gong khawatir, karena dia berfikir meen pergi bersama gun, tapi setelah dia memeriksa semua anak-anaknya yang ternyata lengkap, pada saat itu pula phi gong langsung menghubungi meen untuk menyuruh nya kembali, setelah 1 jam meen tidak menjawab telepon nya.

"Sebentar lagi aku akan kembali phi, phi tenang saja.. aku memakai jaket tebal dan disini ramai phi jadi aku merasa lebih baik"bohong meen agar phi gong tidak terlalu khawatir.

"Meen.. kembali sekarang, kau bahkan belum makan apapun sejak siang!! Aku tau kau pasti masih memikirkan ping, phi akan coba membujuknya lagi naa.. tapi phi mohon jangan menyiksa dirimu meen, cepat kembali ke hotel, phi akan memesankan makanan mu sekarang!! Phi tunggu na!!!"tutup phi gong tanpa mendengar jawaban meen lagi.

Pada akhirnya meen kembali ke hotel dengan tubuh yang sudah mulai terasa lemas, keringat jagung mulai memenuhi dahinya menandakan suhu badan meen yang tinggi, terlebih dia mulai merasakan perih pada perutnya karena menahan lapar di cuaca yang ekstrem. Langkahnya sudah mulai melemah ketika ia sudah hampir memasuki lobi hotel. Dann,,,

"Bruuukkkkk!!!

"Meen!!"teriak phi gong yang kebetulan ingin menunggu kedatangan meen dibawah, agar memudahkan ia menyeret meen untuk makan.

Meen terjatuh dan dengan sigap security memapahnya menuju lobby hotel. Phi gong langsung menghubungi manager meen untuk membawakan obat yang biasa meen minum disaat seperti ini, tetapi saat phi gong mengecek suhu tubuh meen, dia terkejut dan memutuskan membawa meen kerumah sakit dengan bantuan pihak hotel. Phi nicha melihat phi gong memapah meen, langsung berlari dan mengikuti phi gong tanpa banyak bertanya.

Who am i for youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang