[CSG S2] 07- TENANG YANG DIJEMPUT

1.5K 207 201
                                    

Tandai jika ada typo dan kekeliruan yaa. Terima kasih.

Budayakan vote dan komen tiap paragraf biar aku makin semangat nulisnya hehe.

Percaya deh, author itu bakal lebih semangat, kalau pembacanya antusias.

Happy reading!

🥀🥀🥀

Sebagai founder sekaligus owner Hilyah Fashion, Fiza selalu memenuhi tugasnya dengan baik. Memperlakukan pekerjanya dengan manusiawi dan berteman selayaknya. Bagi Fiza butik yang sudah lama dirintisnya bersama saudara angkatnya—Ning Nada itu adalah rumah ternyaman kedua setelah ndalem, karena di sana ia merasa hidup berkat sesuatu yang ia cintai.

Dari kecil, Fiza sudah hobi membuat gambar desain pakaian muslimah hingga akhirnya hobi itu mengantarkannya pada karirnya. Produk Hilyah Fashion kini melejit di penjuru Indonesia, entah itu di outlet maupun online.

Ada dua outlet Hilyah Fashion. Satu dalam tangan Ning Nada, dan di Bangkalan dalam tangan Fiza. Selain fokus pada penjualan offline, keduanya tak ingin ketinggalan zaman, dan memutuskan untuk mengenalkan produk mereka di toko e-commerce, membuat promosi besar-besaran di sosial media hingga meng-endorse model.

"Eh, lapar nih. Kalian lagi pengen apa? Biar aku pesankan sekalian," seru Fiza meminta perhatian pekerjanya.

"Bu owner pengen apa? Kita ngikut sajalah." Sinta bagian marketing menyahut.

"Aku gak lagi pengen nasi. Pengen burger. Kalian biasanya gak bisa ketinggalan sama nasi."

Seluruh karyawan terbahak. "Nasi ayam geprek boleh kayaknya," saran Rania.

"Yaudah samain aja."

Fiza tersenyum. "Oke, kita gofood."

Beberapa menit menunggu, sampailah pesanan mereka. Fiza lebih memilih makan di ruangan pribadinya, berbeda dengan karyawannya yang bercampur, menikmati makan siang bersama.

Menjadi bagian dari Hilyah Fashion adalah sesuatu yang sangat mereka syukuri dan banggakan. Selain memiliki bos yang super ramah dan murah hati, Fiza kerap memberikan mereka bonus jika penjualan sangat baik, dan itu sangat membantu perekonomian mereka yang kebanyakannya berasal dari keluarga menengah bawah.

Di ruangannya, Fiza menghirup aroma burger dengan perasaan bahagia. Selain lapar, ia juga sudah lama tidak membelinya.

Baru hendak menyuap, ponsel Fiza bergetar. Fiza menaruh burgernya kembali dan memeriksa pesan yang masuk.

Gus Afkar
Sudah makan siang?

Jangan lupa makan siang, Sayang.

Fiza membuang napas, matanya memutar. "Laki-laki itu kenapa suka sekali mengingatkan tentang hal sepele? Sudah makan? Jangan lupa makan? Padahal tanpa perlu disuruh naluri manusia jika lapar pasti akan makan dengan sendirinya," gerutunya lalu tertawa.

Menjepret burger dan es jeruk yang Fiza pesan, lalu perempuan itu kirimkan pada Gus Afkar dengan perasaan puas.

Gus Afkar
Smart woman!

Balasan Gus Afkar setelahnya.

Mematikan data seluler, Fiza ingin fokus pada makanannya. Hari ini, ia merasa begitu baik. Tidak ada sesuatu yang mengganggu pikirannya seperti kemarin

Semalam, ia bertemu seseorang yang menyiraminya afirmasi positif.

"Kita tidak bisa mengontrol orang lain, tetapi kita sangat mampu mengendalikan diri sendiri. Terdengar sok menggurui dan sulit diterima, tetapi Nak sebenarnya memang kita sendirilah yang berpotensi atas apa yang menimpa hati kita."

KAFI (Cinta seorang Gus 2) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang