Pintu kamar Khaifan dibuka paksa oleh Cakra, membuat sang empu yang sudah tertidur menjadi terbangun karna suara bantingan nya.
"a-ayah" lirihnya.
"apa apaan nilai ulangan mu buruk begitu! membuat malu saya saja kamu bisanya, kenapa kamu tidak pernah bisa mencapai urutan utama! tidak seperti kakak kakakmu, contohlah mereka saya sangat bangga dengan kakak kakak kamu daripada padamu"
"aku sering rangking 1 yah, cuman ayah yang gak liat waktu itu"
"sehari saja tidak membuat masalah apakah kamu tidak bisa?!"
"ayah, maaf.."
"maaf maaf, maaf mu itu tidak berguna! sekarang ikut saya" ucap Cakra lalu menarik tangan Khaifan.
"kemana yah?.."
"ikut!" bentaknya di depan wajah Khaifan membuat nya terlonjak kaget dan reflek menutup matanya.
Cakra membawa Khaifan keluar dari kamarnya. "ayah lepas yah, hiks sakit.." lirih Khaifan di sela tangisnya.
Terbawa dengan amarahnya, Cakra sampai menabrak satu hiasan kaca dirumah itu membuat hiasan tersebut pecah dan mengenai tangan Khaifan.
"akhh"
Cakra tidak mempedulikan itu, ia tetap membawa Khaifan pergi ke arah gudang.
Cakra membanting Khaifan ke lantai berdebu gudang itu sampai kepalanya mengenai dinding.
"tetap disini sampai besok pagi! terima hukumanmu"
"hiks, engga, engga yah jangan!"
Cakra langsung menutup pintu itu dan mengunci nya, mengabaikan suara isakan dan teriakan dari anak bungsunya.
"ayah buka! hiks, Khaifan takut yah disini gelap, hiks hiks AYAHH"
"ayah khaifan mohon bukaa hiks, aku minta maaf yah aku hiks janji akan belajar lebih giat lagi, please buka ayah!"
"ayah! AYAH"
"Khaifan takut kegelapan yah.." lirihnya sebelum kegelapan merenggut kesadaran nya.
Diluar gudang, ada Khaisya yang sedari tadi mendengar suara teriakan dan isakan adik bungsunya, ia mengikuti ayah dan adiknya saat tak sengaja melihat adiknya dibawa paksa oleh sang ayah.
"ayah apa apaan sih, dia lupa Khaifan takut gelap gudang kan ga ada lampu sama sekali" batin Khaisya.
Khaisya heran tidak mendengar suara Khaifan lagi dari dalam, ia penasaran kemudian memutar kunci yang terpasang di pintu itu.
Cklek.
Deg!
Ia terkejut melihat adiknya yang sudah memejamkan matanya, dan ada darah pula yang mengalir dari hidung adiknya.
"hey, Fan, masih hidup kan lo?"
"woi"
"udah ketebak sih bakal pingsan toh gelap banget gini disini mana pengap, ini mimisan pasti karna kecapean"
Ia menggendong Khaifan ala koala style keluar dari gudang tersebut.
Sesampainya di kamar Khaifan, Khaisya langsung menidurkannya di kasur.
Khaisya mengambil tisu kemudian mengusap darah di hidung adiknya.
Tidak sengaja ia melihat tangan Khaifan yang terluka gores.
"kayaknya kena kaca tadi"
Ia membuka laci laci yang ada disana mencari siapa tau ada kotak p3k disana.
"mana sih"
"nah ini nih"
Khaisya mengobati luka Khaifan dengan telaten.
"eungh" lenguh Khaifan.
"bang" ucapnya lirih.
"lo dikamar lo, gw yg bawa lo kesini"
"tapi bang, kalau ayah tau g-"
"biarin jadi urusan gw" ucap Khaisya yang masih mengobati luka Khaifan.
"makasi bang"
"hm"
"walaupun lo cuek, ternyata lo masih ada sisi baik nya bang"
"udah selesai, lo istirahat deh habis pingsan habis mimisan juga"
"lain kali jangan bikin ayah marah, tau sendiri kan ayah orangnya gimana"
"gw keluar dulu, istirahat lo"
Khaisya keluar lalu menutup pintu kamar Khaifan.
"pertama kalinya lo ngomong panjang sama gw bang"
"mau gimana pun juga lo tetep adek gw, Fan. gw ga mau kalo sampe adek gw kenapa napa" batin Khaisya yang masih berada di depan pintu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
..............................
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
antara khaifan dan luka
Teen Fiction"kata temen temen gw itu beruntung bisa hidup enak, bokap kaya, rumah gede, nilai selalu tinggi. tapi mereka cuma ngeliat luarnya gitu aja, gaada yang tau aslinya gimna" -khaifan. ....... -Khaifan Dafianka Chandrawinata- Putra bungsu yang ter...