Just what-so-ever
POV Vee
Pernah gak sih kepikiran, waktu kecil suka banget mengkhayal jadi orang dewasa dan punya hak untuk bisa menyampaikan isi hatimu. Tapi semakin dewasa dan semakin kamu mengejar mimpimu, kamu baru sadar ternyata jadi orang dewasa gak semudah itu. Kalau mau dibilang ini adalah proses dan perjalanan seorang anak perempuan yang ingin mengejar mimpinya dan setiap level kehidupannya menjadikanya wanita yang mengerti bagaimana menjadi manusia sesungguhnya dan menjadi seorang wanita yang sejati. "Hei Vee" Dita membangunkanku dari pikiran kosong ku lagi.
"Kenapa lagi kamu, dari tadi anak anak nyapa kamu tapi gak kamu heranin", "gini ya Dit, pernah gak sih kamu kalau ngelamun itu sebenarnya mikirin hal random tapi ya penting?", Dita cuma geleng kepala "aku tau kamu pasti mikirin hal random lagi, untung aja kenal kamu udah 10 taun, kalau baru kenal udah mikir kamu lagi manggil arwah", "eh apaan!!!!". Dita ketawa, sambil menoleh keluar memandang jalanan diseberang cafe, "eh btw, itu cowok ngapain liat kesini terus ya?", "hah?' Nengok liat jendela cafe, "cook yang mana?". Telunjuk Dita mendorong pipiku kearah seberang jalan, eh bener ada cowok ngeliat kesini terus pantesan dari tadi kayak ada rasa dilation terus. "Dari stylenya sih kayak model, tapi tatapannya kayak ada denim pribadi sama kamu Vee" DIta menoleh kawatir. "Udah yuk, balik ke rumahku aja; nanti malam kita harus pergi lagi sama anak anak, ntar gak keburu" Dita sambil beresin laptop dan bukunya. "Yuk, untung aja ini tugas udah kelar, mana kadang dokter tu suka banget lupa kita juga manusia" "IHHH, bener lagi, kita juga manusia, masak kita bakał jadi dokter tapi badan kita lebih gak sehat" Dita ngomen sambil kita jalan keparkiran mobil.
"Eh Dit, malam ini outfit kita mang udah ada?", "gampang aja, pokoknya kita gak boleh telat malam ini, kapan lagi Dave bayarin kita makan?" Dita sambil main hp, "bener lagi, mana di Union lagi. Kayaknya kita perlu pak Didi buat anter jemput kita malam ini deh, biar gak perlu kepikiran kita balik", "udah aku kabarin ke pak Didi sih, untung aja papa mama kita gak drumah, ketauan bisa dihapus dari KK kita berdua" aku geleng kepala sambil ketawa bareng Dita, parkir mobil di rumah keluarga Dita.
Dita itu sebenarnya punya apartemen sendiri, cuma semenjak kami co-ass di rumah sakit DIta balik ke rumah keluarganya karna katanya butuh moral support tapi menurutku alasannya karna kalau co-ass itu kan capek banget ya dan juga uang habis banyak jadi daripada di apartemen lebih baik dirumah aja. Bedanya aku dari dulu udah tinggal bareng keluarga, dulu jaman sekolah aku pernah tinggal diluar kota, efeknya sekarang gak mau pisah dari keluarga. Kadang aku bingung sama orang yang mau tinggal sendiri, aku sampai sekarang malah lebih nyaman tinggal bareng keluarga. Jangan salah paham ya, tinggal bareng keluarga itu kadang malah lebih capek.. apalagi kalau balik co-ass niatnya langsung rebahan malah ditahan buat ditanya kegiatanmu satu hari; kalau pulang malam ditanya terus; bahkan kalau mau jalan ditanya mau kemana dan sama siapa. Enaknya makan gratis, cucian udah bersih aja, kalau pulang selalu ada yang nyambut jadi gak kerasa kesepian dan jelas kalau malam bisa kumpul keluarga dan gak habis kuota demi vidcall keluarga. Pokoknya enakan tinggal bareng keluarga deh.."Veeeeeeeeeeee!!!!!" Dita bisik bisik ditelingaku, "Ih Apaan neh, udah pindah jalur gak suka cowok lagi?" Sambil meluk badanku sendiri aku mundur 1 langkah dari Dita. "Eh Apaan!!! Aku masih sayang Demian ya, kamu juga dari tadi diajak ngomong malah ngelamun lagi. Tadi aku tanya, kamu mau mandi duluan atau aku dulu?"; "oh.. (ambil handuk) aku dulu deh, mandiku lebih cepet dan lagi pula kamu jadi bisa ada waktu vidcall Demi" sambil jalan kearah kamar mandi dikamar DIta. "Eh nama cowok gue itu Demian buka Demi kamu pikir apaan, Demikian?", "yang hina pacarnya sendiri kayaknya cuma kamu deh Dit".
"Menurutku yah, kadang Inggrid itu rada aneh deh" Dita milih dress untuk acara malam ini; aku sambil make up noleh kearah lemari walk-in Dita, "maksudmu aneh gimana?". "Yahhhh, secara fisik cantik banget, tapi secara pemikiran itu loh.. gimana ya.. kayak malam hari ini aja, harusnya kan Dave ngundang grup kita dinner di tempat semacam Cafe slash bar gitu kan, masak Inggrid ngechat aku buat jangan datang pakai dress, kan aneh.. siapa dia atur atur outfit gueehhh!!"; "Guehhh nya di perjelas banget ya" aku ketawa liat ekspresi Dita yang memperagakan cara bicara Inggrid. "Lagipula aku udah punya cowok, ya tenanglah kalau Dave mau sama elo ya gak mungkin juga Dave tiba tiba jadi kelepek kelepek liat aku pakai dress kayak ikan gak ketemu air. Eh btwdia juga bilang masalah kamu Vee, katanya kan kamu sekarang single... dia mau jodohin kamu gitu. Kalau menurutku kamu bakal suka sih sama cowok yang dimaksud sama Inggrid, dia kenal sama cowok itu dari insta. Tapi jangan mau deh, kok Inggrid gak mau sama cowok itu padahal Inggrid kan pick-me-girl banget sama cowok ganteng, pasti ada yang aneh tu" Dita sambil make up disebelahku. Aku yang lagi makai lip-tint cuma bisa angguk-angguk kepala. "Kan aku selalu bilang, cewek itu ada 3 kriterianya dan cuma bisa 2 bener 1 gak bener. Kalau dia cantik dan pinter pasti gila. Kayak kamu sama aku Dit, kan gila hahahahahah. Kalau cowok ada 4", "Mulai nih keluar teorinya, mana kadang bener lagi, 4 apaan aja? Mau aku tes ke Demian.", "well, yang pertama kalau dia ganteng, trus pinter, trus otaknya normal biasanya gak setia. Kalau dia udah ganteng, pinter dan setia; pasti gak normal alias gila hehehehe.. gimana? Gimana? Teorinya bagus kan??? Ini aku punya teori dari pengalaman" pengalaman sama mantan mantan, bener kata orang Kadang cinta itu Hanya sebagai kenangan atau pembelajaran. "Vee, kayaknya kamu cocok deh kalau jadi psikiater dari pada jadi dokter Spesialis lain; tapi kamu duluan berobat ya, kawatir pasienmu makin parah karna kamu juga gila hehehehe" Dita ketawa lepas disebelahku, aku mau gak mau ikut ketawa bareng.
Sampai di cafe kami langsung ke ruang VIP yang dipesan Dave, "Wowwwwwwwwwww, kalau bukan temen gue udah gue ajak pacaran kalian berdua" kami ketawa sambil memeluk Dave, "Happy birthday my friend, kalau Demian denger ini bakal jadi Ultah terakhir lo di dunia ini" Dita jawab sambil meluk Dave. "Hey cantik, kali ini temanya kayak Kim Impposible yahh" Dave setelah memelukku dan melihat outfitku dari atas kebawah berkali kali. Aku melirik ke Dita setelah melihat Inggrid di sofa menatap tajam ke aku; sambil memukul lembut pundak Dave "gimana menurutmu? Udah bisa jadi the next lady for u?". Dita ikut ikutan menganggu Dave sambil melirikku, Dave tersenyum jahil menatap kami sambil geleng-geleng kepala" "be careful ladies, hyena menatap tajam kalian dibelakang"; "itu alasan kami memakai outfit ini, sapa tau malam ini dia akan melepas cengkramannya, cepet kamu ketemu sang tuan putri". Kami duduk di kursi lumayan jauh dari Inggrid, "Demian tau kamu kesini?", "Tau sih, untung aja dia internship, kalau gak kamu jadi binatang sampingan" Dita sambil melihat menu senyum senyum. "Makasih loh ya, orang bilangnya jadi nyamuk, elo bilangnya binatang; gak enak dua duanya. Eh, gak ada yang menarik di menu, kita langsung ke bar aja minta gimana?? Dave kayaknya Baru open bottle malaman deh, kita mulai duluan aja", aku dan Dita jalan berdampingan menuju bar sambil melihat lihat cafe, "kak, minta pinã coladanya 1 ya, kamu apa Vee?", "aku wishkey tonic aja kak".
"Menurut aku aja atau malam ini bukan malam minggu tapi cafenya rame banget ya, kita untung diruang vip."; "tadi Dave memang sempet bilang kalau malam ini ada acara lain yang reservasi cafe ini untuk karyawan perusahaan besar, cuma karna Dave salah satu owner cafenya, dia pakai 1 ruangan vip buat kita"; "serius? Pantesan muka muka tuanya keliatan banyak, mana kayaknya mau keliatan muda semua, fashion terrorist banget nih para senior senior" Dita sambil mengambil minumannya dari bar dan berjalan bersamaku menuju ruang vip dilantai 3. Naik tangga kelantai 3 pakai boots bawa minuman bukan hal yang mudah juga, mau liat tangga minuman atau liat depan sih ini, tiba tiba ada yang menabrak pundakku, "astaga!" Aku menoleh kebelakang dengan muka kaget, "jalannya pelan pelan kan bisa" Aku memeriksa apakah ada minuman yang terkena dibaju, menoleh ke Bapak Bapak yang menabrakku lagi dan mengamati, "gak ada niatan bilang maaf kah?". "Nonie cantik, kalau jalan makanya liat kedepan bukan liat kebawah" bapak tadi menantapku dari atas sampai bawah, "apalagi di tempat seperti ini, banyak yang nakal" sambil megedipkan 1 Matanya kemudian berjalan meninggalkan ku dan Dita kaget. "Apaan coba, aneh banget. Kalau gak karna sayang sama colada, udah aku lempar ni gelas ke mukanya", "udah ah, untung aja aman minuman dan bajuku, mana masih lama party kita", kami naik ke ruang vip dan kali ini aku lebih fokus lagi, kayak ada tertulis fool me once, shame on you; fool me twice, shame on me
KAMU SEDANG MEMBACA
Penny For Your Thought
Teen FictionPernah gak sih kepikiran, waktu kecil suka banget mengkhayal jadi orang dewasa dan punya hak untuk bisa menyampaikan isi hatimu. Tapi semakin dewasa dan semakin kamu mengejar mimpimu, kamu baru sadar ternyata jadi orang dewasa gak semudah itu. Kalau...