They say Future, I say F*ck-ture

8 0 0
                                    

Welcome to my reality


"Congratulations; to all doctors and dentists for finishing all the academical study and hypocratic oath. May all the success and odds are at the end of your road; bless you all."

November 2023, 07.00 a.m

Gak pernah terpikirkan kami lulus tepat waktu, menyelesaikan akademik dan co-ass kami 1 bulan yang lalu. Dan bahkan gak menyangka aku ada di pesawat menuju kota yang akan menjadi tempat internshipku selama 1 tahun, tapi sayang sekali kami berdelapan terpisah di berbagai kota, untungnya aku bersama Rander berada di 1 kota yang sama. Seingetku Dita dan Gina sekota yang sama dan Tirani bersama Kairos. Sempat aku kasian untuk Tirani karna bersama Kairos yang bergitu usil, takutnya akan banyak curhatan di grup kami selama internship karena Tirana frustasi dengan Kairos. "Vee, are you sure you will be okay with this city?" Aku medengar suara Rander disebelahku menatapku kuatir, aku hanya menghela nafas sebelum menatap Rander dengan senyum yang aku harap terlihat asli dan mengangguk kecil. "I am sure Rander, you will be with me for 1 year. I believe in us." At least, aku bersama Rander, dan aku tau bagaimana Rander gak akan membiarkan aku sendirian. Apalagi kami akan bertemu dengan 18 dokter lainnya dari berbagai kota dan universitas. Aku paham kenapa Rander kawatir, bukan cuma karena aku belum pernah sejauh ini dengan keluargaku untuk waktu yang begitu lama, tapi juga karena kota yang kami dapat cukup jauh dan Aku dengar kejadian emergency di kota ini cukup tinggi baik karna kecelakaan maupun karna incident kriminal yang cukup tinggi. Aku menarik nafas dalam sekali lagi sebelum menatap kearah jendela pesawat menatap kosong kearah laut biru yang terlihat damai dan tenang.

F*ck this.... I need this, I need to be strong.

Agustus 2024, 23.45 p.m

"Saline ASAP" keperawat yang menemaniku, aku membersihkan luka pada daerah wajah Pasien, perawatku mulai menyiramkan saline sebelum men-dap seluruh permukaan wajah cekatan dengan tekanan yang tepat, "kita fokus memastikan tidak ada tulang yang retak, lakukan foto panoramik untuk bagian maksila hingga mandibula dan konsulkan ke dokter spesialis bedah mulut; kemudian lakukan head ct dan juga CBC BMP. Kalau sudah keluar hasilnya, tolong kabarin saya ya dan jadwalkan ruang OK. Terimakasih. Saya harus mengecek pasien disebelah", aku melepas handscoon dan berjalan menuju pasien selanjutnya, malam ini seperti malam malam lainnya yang selalu rame dengan pasien, satu hari ini aku mulai jaga shift pagi di poli penyakit dalam, visit bersama dokter spesialis dan lanjut menjaga IGD bersama salah satu dokter internship yang sedang merawat pasien tabrak lari. Pasien yang tadi kurawat mengalami kecelakaan tunggal dan pasien yang sekarang aku rawat adalah temannya yang dibonceng dan untungnya hanya terdapat luka ringan dan retak pada tulang kaki kanannya. Untungnya besok aku libur ya meskipun aku selesai jaga IGD sampai jam 6 pagi besok, setidaknya aku bisa tidur 1 hari sebelum lanjut visit pasien jantung lagi lusanya. Ini adalah kegiatanku bersama teman teman internshipku yang aku sangat bersyukur karena mereka semua sangat baik dan saling support satu sama lain, karena aku sering mendengar banyak kasus diantara teman teman internship yang kurang cocok dan apalagi harus bersama selama 1 tahun.

"I need some IV saline for myself" aku terbangun dari tidurku, siapa coba yang bangunin aku setelah kerja 24 jam di rumah sakit kalau bukan Rander. "Don't we all, don't we all" aku geleng kepala sambil berusaha mengumpulkan nyawaku yang aku rasa masih berharap ini tidak nyata. "I made you dinner",mataku langsung terbuka mndengar Rander; "UGGHHH...you ARE THE BEST" setengah berteriak setengah mengerang aku berlari menuju dapur untuk makan. "Kapan terakhir kamu makan?" Rander bertanya sambil mengambil nasi untukku di mangkok. Sebelum aku menjawab, aku menghirup kuah sop yang dibuat Rander, mengangguk kepala setuju dengan rasanya dan menatap Rander dengan senyum bahagia, baru aku berfikir, kapan aku makan terakhir ya?. "Kayaknya kemarin jam 12 malam sambil menunggu hasil test pasien IGD", semenjak kami internship bersama, kami memutuskan mengontrak 1 rumah bersama 8 teman kami yang lainnya yang berada di rumah sakit yang sama. Dari sepinya rumah, kemungkinan ada 2 yang sedang jaga IGD, 2 yang jaga ICU dan yang lainnya aku kurang tau, mungkin tidur. Dan semenjak internship juga hampir semua bisa masak dan kadang kami saling memasakkan teman kami yang jaga malam, jadi saat pulang bisa langsung makan.

"Habiskan, abis itu lanjut tidur, besok kita harus visit pasien post-op", aku mengunyah sambil mengangguk pelan menatap sup yang aku makan, Rander kemudian fokus bermain hp yang dari tatapannya sepertinya mengontak Gina yang lagi LDR. "Kenapa gak bareng sama dia? Takut LDR gagal?" Aku tanya dengan suara kecil, aku takut menyinggung dia atau yang lebih parah dia jadi sedih karna nama Gina disebut sebut. Bagaimanapun juga grup kami sudah hampir 10 bulan terpisah, aku kangen sekali dengan yang lain dan keluargaku. Apalagi Rander yang lagi masa pdkt indah harus terpisah dan sekarang seperti teman yang hanya intens chat-chat an. Rander menantapku sejenak, kemudian mengangkat bahunya tanda menyerah, "karna kadang cinta kurang kuat untuk mempertahankan hubungan yang udah dibangun bertahun tahun" Rander berdiam cukup lama, menghela nafas dan menatapku kembali dengan sedih, "aku takut, takut ditengah jalan kehilangan dia membuatku kehilangan kalian," aku cuma menatap Rander, tersenyum tipis sebelum berjalan ke wastafel untuk menyuci bekas makanku, berjalan menuju Rander, memeluknya; "thankyou untuk dinnernya, and i love you my friend", menepuk pundaknya dan berjalan menuju kamar untuk lanjut tidur.

Dasar si Rander, gara gara dia aku jadi begadang karna ikut ovt. Hampir aja aku telat bangun; jadwal hari ini seharusnya kami berdua menemani dokter spesialis Jantung visit pasien, tetapi karena ada seminar jadi kami diberi tugas untuk visit seluruh pasien rawat inap jantung bersama dokter fellow dan melaporkan kepada dokter spesialis jantung hari ini dan baru setelah itu kami kosong sampai besok lusanya. Ada gunanya kami bersepuluh, jadi kami bisa ada waktu kosong dan untungnya karna dokternya seminar, jadi kami tidak perlu masuk ruang Ok yang kalau sudah operasi untuk jantung tidak sebentar dan kadang kami harus lembur untuk mengawasi pasien post-op. "Dark circlesmu itu loh Vee, Aku kangen masa masa kuliah kalau liat mukamu" Rander menatap wajahku dengan kawatir palsunya, "HAHAHA, jangan di reminder juga. Mau dirawat gimanapun kalau tiap malam begadang ya bakal gini. Kamu perlu liat kaca, punyamu lebih parah" jawabku dengan nada ketus bercanda sambil melirik, dan lanjut kembali fokus mengisi rekam medis pasien yang sudah kamis visit. "Balik ini makan dulu ya, kamu kalau gak dikasih makan kayaknya bakal lupa kalau makan itu bagian dari tanggung jawab dan kewajiban kita. Baru mau lanjut tidur silahkan" aku cuma mengangguk kepala sambil mengetik. "ARGGHHHH, kenapa banyak banget sih pasiennya, mataku udah panas, sakit, belum lagi kena omel" Rander teriak sambil memegang rambutnya, jarang jarang liat dia frustasi seperti ini. Ini efek dari jaga malam trus menerus, mana tadi kami sempat kena tegur dokter spesialis karena kurang lengkap pemeriksaan pasien post-opnya, untung sudah kami perbaiki, "F this, I need coffee" Rander menyerah

TENG TENG TENG - suara dari salah satu kamar pasien, Aku dan Rander bertatapan sejenak sebelum kami berlari menuju kamar pasien tersebut diikuti oleh dokter fellow dan perawat; CODE BLUE CODE BLUE kamar 1145

Goodbye pulang cepat, Hufft...F+ for this choice of life.

Penny For Your ThoughtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang