Dalam Kepungan Kelabang Sewu
Suasana tiba-tiba saja menjadi ramai.
Para penghuni penginapan dan pengunjung yang penasaran berhamburan keluar untuk menyaksikan siapa yang sebenarnya telah datang beramai-ramai untuk mengepung penginapan. Begitu pun dengan pasangan pendekar muda Banyu Langit dan Anom Kinasih yang keluar tanpa persiapan. Siapa sangka jika mereka berdua kemudian justru langsung disambut oleh sekawanan pasukan bertopeng berpakaian serba hitam. Kedua pendekar itu langsung mengenali siapa yang datang.
"Celaka, itu Pasukan Kelabang Sewu!" desis Banyu Langit terkaget-kaget.
Betul sekali. Merekalah kelompok pembunuh paling misterius yang melanglang buana di dunia persilatan – Pasukan Kelabang Sewu. Pasukan pemburu yang dikenal kejam dan sadis.
Pemimpin Kelabang Sewu sendiri hanya dikenal dengan sebutan Kelabang Suto - tidak ada yang mengetahui nama asli ataupun asal muasal sang pria misterius. Pimpinan Kelabang Sewu tersebut terlihat menonjol dengan berdiri paling depan di samping seorang kakek tua yang dengan santai menyilangkan tangan di belakang badan, kakek tua itu adalah datuk aliran sesat Si Alis Kincir yang merasa jumawa karena beberapa hari berselang telah ikut menghabisi Pendekar Golok Angin dan hingga saat ini selalu menyombongkan prestasi-nya tersebut.
Pasukan Kelabang Sewu adalah pasukan yang tertata rapi, sangat terlatih, dan jelas bukan hanya rampok yang dengan asal merompak orang. Mereka selalu bergerak taktis untuk mengincar target dan sasaran.
Hari ini, sasaran itu adalah Banyu Langit dan istrinya, Anom Kinasih.
Melihat kedua sasaran sudah keluar dari penginapan, Kelabang Suto pun segera mengayunkan tangan.
"Bunuh mereka." Ucap Kelabang Suto dengan suara seraknya.
Tanpa basa-basi, Pasukan Kelabang Sewu bergerak maju dengan cepat untuk membabat apapun yang ada di depan mereka demi mencapai posisi Banyu Langit dan Anom Kinasih. Jerit ngeri terdengar karena pedang para anggota Kelabang Sewu seringkali mengenai korban yang tak bersalah.
"Bedebah!" Banyu Langit geram. Dengan memanfaatkan ringan tubuhnya, sang pemuda gagah itu buru-buru menyelamatkan satu persatu korban dan mendorong pihak tak bersalah lain untuk segera masuk ke dalam penginapan atau rumah mereka. Jika tidak bisa, ia segera menghardik agar warga segera lari dan bersembunyi.
"Menyingkir semuaaaaaa! Masuuuk ke dalam!! Pergi!! Disini berbahayaaaa! Masuuuuk!!" teriak Banyu Langit dalam panik warga. Ia bergerak sangat cepat karena tahu orang-orang berpakaian hitam ini punya maksud tidak baik dan tidak peduli pada korban.
Sang pendekar menatap khawatir ke arah sang istri, ia melihat sepuluh orang anggota Kelabang Sewu yang membawa berbagai macam senjata tajam sudah sampai di posisi Anom Kinasih. Mereka mengepung dan segera mengeroyok istrinya. Saat itu dia tidak mungkin membantu Anom Kinasih karena dia sedang membantu penghuni penginapan yang hanya rakyat jelata untuk segera menyingkir dari arena pertarungan.
Kelabang Suto sendiri tidak menunggu terlalu lama, ia berlari kencang, melompat, memutar badan di udara, dan melontarkan sebuah tendangan kencang ke arah Banyu Langit!
Banyu Langit menahan kerasnya kaki Kelabang Suto dengan pukulan kepalan tangan ganda!!
Bddggkkkhh!
Kelabang Suto terhadang, serangannya gagal. Ia menyentakkan diri ke belakang dengan salto. Alis Kincir menyusul untuk menyerang sang pendekar. Pedang bengkoknya mendengung kala diputar bagaikan kincir angin yang menyerbu Banyu Langit.
Serangan kincir seperti ini menyulitkan sang pendekar untuk menghentikannya dengan tangan kosong. Pendekar muda itu pun mundur ke belakang dengan ilmu ringan tubuh pilih tanding sambil mempersiapkan diri. Sekilas lihat sungguh ia tak suka wajah Alis Kincir, berjenggot panjang dengan wajah pucat dan rambut digelung tak rapi. Alis panjang hampir menyentuh dagu yang menjadi ciri khasnya memang unik tapi tidak nyaman dilihat.
Dua bilah pedang bengkok yang tajam dimainkan dengan ringannya oleh sang tetua bengis itu membuyarkan konsentrasi sang pendekar.
Berhasil mendesak Banyu Langit menjauhi Kelabang Suto, Alis Kincir pun mensejajari sang pimpinan pasukan penyergap.
"Mereka yang harus dilenyapkan?" tanya Alis Kincir.
"Benar, pria wanita dari Perguruan Sewu Angin yang tidak boleh hadir esok pagi di aula Kadipaten."
"Mereka dari Perguruan Sewu Angin?" Alis Kincir tersenyum sambil menyapukan punggung tangan di bibirnya. Betapa berjodohnya ia dengan murid si tua Angin Sakti beberapa pekan terakhir ini. "Dua cecunguk Seribu Angin dalam sebulan jelas merupakan penghargaan tertinggi. Serahkan padaku yang pria. Kalian habisi yang wanita."
"Siap."
Kedua penjahat itu melompat berpencar dengan masing-masing menentukan lawan. Badai serangan berlanjut lebih hebat menyerbu Banyu Langit dan Anom Kinasih.
.::..::..::..::.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tembang Sukma Kala
ActionTanpa sepengetahuan wanita berparas bidadari itu, seseorang dengan mata jalang tak berkedip mengintip kemolekan tubuhnya yang dipaparkan begitu menggairahkan, membuat sang pria pengintip berulang kali menelan ludah dan menahan napas dengan mata nana...