7

53 9 3
                                    

"Sekarang bunda mau beliin buat abang dulu, kamu nanti lagi ya. Soalnya abang lagi butuh." Ucap seorang wanita paruh baya.

"Kenapa selalu abang yang didahuluin sih bund? Aku juga kan butuh buat sekolah." Kesal sudah ia rasakan, saat ibunya selalu menomor duakan dirinya.

Wanita paruh baya itu menghela nafas, menatap putrinya yang kini memasang wajah cemberut.

"Adek harus ngalah sama abang, abang itu anak laki laki jadi harus diduluin." Ucap seorang anak laki-laki yang kini datang setelah selesai mandi.

"Harusnya abang yang ngalah sama adek, adek itu anak perempuan, adek lebih kecil dari abang."

"Abang anak laki laki, penerus keluarga ini. Adek harus ngalah sama abang."

"Iya bel, kamu ngalah sama abang mu dulu ya. Nanti bunda juga bakalan beliin sepatu itu buat kamu, tapi sekarang abang dulu buat latihan main basket." Ucap wanita paruh baya itu.

"Dari dulu selalu abang yang diduluin, alasannya? Pasti karena abang laki laki, aku udah sering denger itu. Aku ga mau sepatu itu lagi, aku mau pergi aja dari sini." Ucapnya lalu pergi dari sana. Berlari sambil meneteskan air matanya.

Sungguh tidak adil untuknya, berada dirumah itu dirinya seperti di anak tirikan. Ibunya lebih menyayangi kakaknya, daripada dirinya.

"Dek, mau kemana? Udah malem jangan keluar." Teriak anak laki laki itu.

"Nanti adekmu bakalan pulang, dia kan takut sama yang namanya gelap." Ucap wanita paruh baya itu. Walaupun kini hatinya sedang khawatir, melihat putrinya itu berlari keluar sambil menangis.

Tubuhnya gemetar, air matanya terus menetes, rasa takut dan rasa sedih, kini ia rasakan. Dibawah langit gelap, menatap bintang bintang itu yang ia lakukan saat ini.

Seorang gadis kecil terus berjalan menyusuri jalanan, ia tidak mempunyai arah atau tempat yang bisa ia tuju.

"Bunda ga sayang aku, bunda cuman sayang sama abang. Bunda cuman sayang anak laki-lakinya. Bunda ga peduliin aku, bahkan aku pergi pun bunda ga ngejar aku."

"Bunda tau aku takut sama kegelapan, tapi bunda sama sekali ga cegah aku."

"Aku mau pergi dari rumah, aku ga mau balik lagi kesana, aku benci sama rumah itu, aku benci bunda!"

"Aku mau pergi aja, aku ga mau ada disini."

Sesekali ia mengusap air matanya, kembali menatap jalanan yang kini sedang sepi. Tidak ada kendaraan ataupun orang yang berada dijalan itu.

"Aku pengen jadi anak satu satunya, ga punya kakak laki laki atau pun saudara lainnya." Ucapnya sambil sedikit berteriak.

Sungguh hatinya kini sangat sakit, air matanya tak berhenti menetes membuatnya merasakan sesak di dadanya.

"Andai aku bisa mengganti kehidupan ku." Ucapnya lagi.

TITTTTT

Suara klakson terus berbunyi tepat didepannya, seorang pria dengan motor sport nya dengan cepat mengerem hingga bagian belakang motornya itu terangkat hampir saja pria itu menabraknya.

Membuka helmnya, lalu turun dari motornya, menghampiri seseorang yang kini masih terdiam dan melamun.

"Ai? Aileen sadar!" Ucap pria itu. Sudah cukup lama ia membangunkan Aileen yang kini masih terdiam dalam lamunannya.

"Hah?" Sadar Aileen, sambil melihat ke sekelilingnya.

"Lo ngapain disini sambil nangis? Dimana suami lo?" Tanya pria itu, Aileen masih terdiam, ia juga bingung mengapa dirinya bisa ada di tempat ini.

Another Soul S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang