Liliana, gadis yang kerap disapa Ana, kini sedang berada di ruang tunggu. Ana saat ini tengah menunggu Kiran, seseorang yang dikenalnya beberapa waktu lalu di sebuah kafe.
Jari-jari Ana meremas satu sama lain, kakinya tak henti bergerak karena jantung Ana yang berdegup kencang menahan resah. Hingga akhirnya, Ana dipersilakan memasuki ruangan Kiran. Jantung Ana semakin berdegup kencang, ia langsung mendudukkan dirinya di kursi tepat di depan meja Kiran.
Sedangkan Kiran, perempuan itu tersenyum saat kembali melihat Ana.
"Long time no see, Ana." Kirain menyapa, ia langsung cipika-cipiki dengan Ana.
"Iya, Kiran, aku gak nyangka bakal ada di titik ini sekarang," kekeh Ana.
Kiran duduk di hadapan Ana. "Kamu serius?"
Ana mengangguk yakin. "Serius, aku bener-bener serius seribu persen," ucap Ana di akhiri tawa kecil.
"Sejujurnya, syarat untuk menjadi pelacur di house lover adalah tidak virgin. Alias, pernah melakukan hubungan seksual minimal sekali sebelumnya," jelas Kiran.
"Tapi aku belum pernah lakuin itu sebelumnya, Kiran. Aku harus gimana?"
Kiran meraih tangan Ana dan menggenggamnya. "Tenang aja, karena bidang pelacuran di House Lover dipegang langsung oleh Kiran si cantik, aku bisa membohongi manager."
"Thank you so much, Kiran."
"No problem, aku hutang jasa sama kamu, Ana."
Ana tertawa kecil. "Jangan bilang kaya gitu, aku nolong kamu waktu di kafe itu ikhlas. Karena gak tega liat kamu dimaki gara-gara lupa bawa dompet."
"Aku juga ikhlas nolong kamu, Ana. Meskipun balasan yang aku kasih terkesan menjerumuskan kamu." Kiran menunduk lesu.
"No, Kiran. Don't say that. Aku milih pekerjaan ini atas dasar keinginan aku sendiri."
Kiran mengangguk. "Okay, Ana. Aku bakal hubungi kamu lagi kalo dokumen pendaftaran kamu udah di-acc."
"Siap." Ana mengacungkan jempolnya.
Ana berpamitan pada Kiran, Ana harus benar-benar langsung pulang untuk kembali merawat ibunya yang sakit. Karena kedua adik kembarnya, Nanda dan Nindi, masih berada di sekolah.
Ana melakukan perjalanan pulang dengan menaiki angkutan umum. Setelah beberapa saat, akhirnya Ana tiba di rumah. Ia segera berlari untuk menghampiri ibunya dan segera memeluk ibunya.
Nanda dan Nindi masih belum pulang dari sekolahnya. Setelah Ana puas berpelukan, ia kembali melepasnya.
"Ibu, doain Ana semoga keterima kerja, ya." Ana berucap sembari menggenggam tangan ibunya.
Air mata Ana meleleh begitu saja, sontak, Sarah alias ibu Ana pun mengusap air mata putrinya.
"Maafin ibu, ya, Nak. Gara-gara ibu sakit-sakitan kamu harus banting tulang."
Ana menggeleng. "Engga, Bu, gak apa. Selama ini Ibu udah berjuang besarin aku sama adik-adik sampai Ibu sakit-sakitan gini. Udah cukup, ya, Bu. Sekarang giliran Ana yang kerja," tutur Ana.
Sarah mengangguk. "Semoga kamu dapat pekerjaan yang layak."
Ana tersenyum getir. "Makasi doanya, ya, Bu."
***
Beberapa minggu telah terlewati, setelah menunggu sekian minggu, akhirnya Ana mendapatkan panggilan dari Kiran. Dokumen Ana berhasil di-acc untuk menjadi ladies di House Lover.
House Lover merupakan sebuah rumah bordil di kawasan Jakarta. Tampilan depan house lover adalah bar dan karaoke, tetapi sisi lain dari House Lover merupakan tempat berkumpulnya para wanita yang siap dipakai untuk melayani para pria hidung belang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Money Talk (18+)
RomanceLiliana Anindya Carika, gadis berusia sembilan belas tahun yang terpaksa mempertaruhkan tubuhnya demi pundi-pundi rupiah. Liliana yang kerap disapa Ana, ia menjadi tulang punggung keluarganya setelah ibunya sakit-sakitan. Ditinggalkan oleh ayahnya s...