7. Uang Berbicara

7 0 0
                                    

Lucas pergi meninggalkan mansion, sekarang hanya menyisakan Ana dan para pelayan. Ia mencari keberadaan Sinta, setelah ditemukan, Ana banyak menanyakan sesuatu. Tentang penggunaan kartu debit contohnya.

Ana mengangguk-anggukan kepalanya saat Sinta menjelaskan, meskipun Ana masih belum paham, tapi setidaknya Ana sudah memiliki gambaran bagaimana cara menggunakan debit. Sinta tersenyum ramah, ia begitu lembut menjelaskannya pada Ana.

"Aku mau pergi ketemu temen, Sinta." Ana berujar.

"Apa ada yang Nyonya butuhkan? Atau apakah perlu saya ikut bersama Nyonya?"

Ana menggeleng. "Engga usah, tadi Tuan Lucas bilang, kalo butuh transportasi cukup bilang pada Sinta."

Sinta mengangguk paham. "Baik, saya akan siapkan supir untuk Nyonya."

Ana menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia merasa berat hati saat dipanggil nyonya oleh Sinta.

"Sinta, Tunggu." Ana berucap yang membuat Sinta langsung menoleh.

Ana berjalan cepat menghampiri Sinta. "Berapa umurmu, Sinta?"

"Dua puluh empat." Sinta menjawab sembari tersenyum.

Ana menutup mulutnya. "Astaga, aku udah berbuat hal gak sopan."

"Tidak masalah, Nyonya."

Ana menggeleng cepat. "Tentu saja ini masalah, Sinta. Mulai sekarang jangan sebut aku sebagai nyonya."

Sinta tersenyum kaku. Ia bingung harus menjawab apa.

"Panggil saja Ana. Juga, jangan berlaku terlalu formal. Aku juga sama kaya kamu, seorang pelayan." Ana berucap sedikit sendu.

Sinta tersenyum. "Oke, Ana."

Sinta melenggang pergi untuk menyiapkan transportasi Ana. Sedangkan Ana, ia disuruh menunggu di pintu utama. Ana pun menurut dan menunggunya.

Setelah beberapa menit, datanglah satu mobil berwarna putih. Ana melihatnya sendiri dengan mata kepalanya. Lalu Sinta datang dan memberitahunya bahwa mobil di depannya adalah mobil yang akan kenakan.

"Tapi aku gak bisa nyetir, Sinta." Ana berucap.

"Tenang aja, udah ada sopir di dalemnya. Kamu tinggal duduk manis aja, nikmatin perjalanan kamu."

Ana mengangguk. "Terima kasih, Sinta."

Ana pun berjalan menuju mobil dan memasukinya.

"Dadah!" Ana melambaikan tangannya pada Sinta yang dibalas balik oleh Sinta.

Di dalam mobil, Ana memberitahu sopir yang membawanya untuk menuju kafe tempat dirinya dan Kiran akan bertemu. Setelah kejadian malam pertama di House Lover, Ana belum bertemu lagi dengan Kiran. Selama itulah Kiran banyak mengirimkannya pesan.

Ana terdiam di mobil sembari menyandarkan punggungnya. Ia sedikit merenungi kehidupannya yang tiba-tiba dibanjiri kemewahan.

Ana tak perlu naik angkutan umum, karena Lucas sudah menyiapkan sopir untuknya. Ana tak perlu lagi memasak, karena semua makanan sudah diatur oleh koki kediamannya. Semuanya benar-benar terasa asing untuk Ana yang di kehidupan sebelumnya serba kekurangan.

Untunglah dirinya bisa tumbuh dengan cukup baik karena perjuangan ibunya yang berusaha mati-matian untuk mendapatkan uang demi menghidupi ketiga anaknya. Mata Ana berkaca-kaca, karena tak ingin menangis, Ana menengadahkan kepalanya.

Mobil terhenti di kafe yang Ana sebutkan. Lalu Ana turun dari dalam mobil dan segera mencari keberadaan Kiran. Saat memasuki kafe, sudah terlihat Kiran yang melambaikan tangannya pada Ana.

Money Talk (18+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang