18

19.6K 714 72
                                    

Cassandra duduk di samping ranjang, menggenggam tangan Anastasia dengan lembut, seolah berusaha memberikan ketenangan di tengah badai yang belum berakhir. Sesekali, matanya melirik ke arah Ryan yang berdiri tidak jauh darinya, bersandar di dinding dengan ekspresi tenang namun terjaga. Di antara mereka, keheningan melingkupi, seakan kata-kata tak cukup untuk mengisi ruang yang penuh dengan rasa takut dan harapan yang rapuh.

Kemudian, suara pintu ruang rumah sakit yang terbuka pelan memecah kesunyian. Semua mata menoleh, dan Cassandra hampir menahan napas saat melihat siapa yang masuk. Miguel melangkah masuk dengan wajah penuh ketegangan, namun ada sebersit rasa lega begitu melihat Anastasia terbaring di ranjang, meskipun masih tampak lelah. Tepat di belakangnya, Leo mengikuti dengan ekspresi yang lebih dingin, seolah berusaha menutupi kecemasan yang sebenarnya tak mampu ia sembunyikan sepenuhnya. Mereka tampak terlambat, seolah baru saja terlepas dari kejaran sesuatu yang lebih gelap dan berat dari sekadar pesta malam itu.

"Maaf, kami baru sampai," ujar Miguel, suaranya serak, hampir berbisik. "Kami... harus memastikan siapa yang melakukan ini." Matanya menatap Anastasia dengan penuh kelembutan dan kekhawatiran yang tak terucapkan, kemudian beralih ke arah Cassandra dan Ryan, mencoba menilai situasi. "Ternyata... ada yang berusaha mengacaukan segalanya."

"Siapa yang melakukannya?" Cassandra bertanya pelan, meskipun hatinya merasa berdebar tak menentu. Ia tahu bahwa jawaban itu mungkin lebih rumit daripada yang ia harapkan, lebih kelam daripada yang ingin ia dengar. Tapi ia butuh tahu, butuh memahami apa yang sedang terjadi.

Miguel menarik napas dalam-dalam, seakan mengumpulkan kekuatan untuk berbicara. "Musuh lama... dari bisnis," katanya, nada suaranya lebih tajam. "Seseorang yang pernah aku singkirkan, tapi sepertinya dia kembali dengan dendam." Ada sedikit kilatan di matanya, campuran antara rasa takut dan kemarahan yang tertahan. "Dia punya banyak alasan untuk membenci aku, tapi aku tidak menyangka dia akan sejauh ini."

Anastasia, yang sebelumnya mendengarkan dengan wajah penuh perhatian, mulai terlihat cemas. "Jadi... ini semua karena musuhmu, Miguel?" tanyanya, suaranya bergetar. "Kenapa aku yang jadi target? Aku bahkan tidak pernah terlibat dalam urusan bisnismu..."

Miguel menunduk, wajahnya tampak semakin berat. "Mereka tahu cara menyakitiku, Ana. Mereka tahu bahwa jika mereka tidak bisa menjatuhkanku, mereka akan mencoba menyakiti orang-orang yang paling berarti bagiku." Kata-katanya terdengar seperti pengakuan yang menyakitkan, seakan ia menyadari bahwa perlindungan yang selama ini ia coba bangun telah runtuh dengan mudah.

Miguel berdiri di dekat ranjang, pandangannya beralih sejenak ke arah Leo yang tampak gelisah di belakangnya. Ada jeda singkat, sebelum Miguel menempatkan tangannya di bahu Leo, menariknya sedikit ke samping. Dalam bisikan yang cukup rendah namun tegas, dia berkata, "Leo, sebaiknya kau pergi. Kita akan berbicara lagi nanti."

Leo tampak terkejut sesaat, namun dia tahu tidak ada gunanya berdebat. Dia melirik ke arah Cassandra, dan di sana ada sorot mata yang sulit diartikan—campuran dari sesuatu yang tertahan, mungkin marah, atau bahkan luka.

Namun, sebelum keheningan benar-benar menyelimuti, Leo menghampiri Cassandra. Dia tidak berkata-kata, hanya meraih lengannya dengan kasar, menariknya menjauh dari sisi Anastasia. "Kita bicara di luar," katanya datar, nada suaranya hampir tidak menyisakan ruang untuk pembelaan. Cassandra terperanjat, namun tidak punya pilihan selain mengikuti, meskipun hatinya memberontak.

Ryan, yang menyaksikan semuanya dari sudut ruangan, langsung menegakkan tubuhnya, wajahnya tampak tegang. Dia mulai mengikuti langkah mereka, langkah-langkahnya tergesa-gesa, mencoba menyusul sebelum semuanya lepas kendali. Leo menyadari kehadiran Ryan, tapi memilih mengabaikannya, seolah ia bukan ancaman yang perlu diperhitungkan.

Prigioniera (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang