Gulungan Berstiker Ayam

1.4K 204 1
                                    

"Oy, basket nanti lawan kelas mana?" Rega yang tiba-tiba datang membuat Matheus menghentikan kegiatan mengikat sepatu basketnya sejenak.

"Kalo enggak salah kelas dua belas. Cuma, gue gak tau dua belas mana," jawab Matheus sembari melanjutkan ikatan sepatunya.

"Good luck, Bro. Moga-moga mereka lagi ribet masuk univ."

Matheus mengerutkan kening. Tidak mengerti apa yang dikatakan temannya itu.

"Biar konsentrasi buyar gitu," lanjut Rega yang hanya disauti 'o' dari mulut Matheus.

"Gue kesana deh," Rega menunjuk salah satu sisi lapangan sambil mengacungkan kamera di tangannya.

Entah mengapa Matheus merasa ada sesuatu yang aneh dengan kamera itu. Saat melihat Rega barusan, Ia menghembuskan nafas berat. Namun, Matheus seperti lupa apa yang menyebabkannya bersikap seperti itu. Seperti ada yang ia tidak suka dari kamera yang di pegang Rega tadi. Tapi, dirinya sendiri tidak tahu apa yang Ia tidak sukai dari kamera tersebut.

"Oke semi final hari ini akan segera dimulai. Untuk pertandingan awal sekaligus pembuka..."

Hari ini dan besok memang merupakan ajang semi final dan final bagi semua perlombaan class meeting. Beruntung, tim basket kelas Matheus berhasil lolos ke tahap semi final. Tentunya, Ia sebagai salah satu pemainnya.

"Mat..." teman sekelas yang merupakan satu tim basket dengannya mengguncang bahu Matheus karena melihat Matheus yang masih tenggelam dalam pikirannya. Matheus hanya membalas dengan tatapan seolah bertanya kepada temannya itu.

"Itu," katanya seraya menunjuk ke arah lapangan dengan dagunya. Disana sudah berdiri tim basket kelasnya dengan kaos warna putih sebagai dresscode tim. Segera, Matheus berjalan ke tengah lapangan menyusul teman-temannya. Kehadirannya di tengah lapangan membuat sang MC langsung berkicau ria.

"Wah ternyata ada sang ketua OSIS di tim XI MIA 4, Bung. Apakah tim sang ketua OSIS bisa mengalahkan tim dari XII MIA 1. Mari kita sama-sama saksikan saudara-saudara," ucap sang MC dramatis.

Sedangkan Matheus yang sudah berdiri di posisinya hanya mencebik sama sambil sesekali menggumamkan kata 'lebay'.

***

Bunyi peluit di pertengahan pertandingan berbunyi. Semua menghentikan kegiatan mengejar si orange bundar. Ada beberapa yang memilih untuk minum terlebih dahulu, namun ada juga yang langsung berpindah tempat. Tukar tempat. Begitulah penyebutan mudahnya.

Dari balik kacamata, gadis itu melihat sosok yang dari tadi lekat dipandangnya tidak ke pinggir lapangan untuk minum. Matanya masih lekat memandang sosok yang sedang berdiri di sisi lapangan yang dekat dengan tempatnya duduk. Sesekali matanya melihat kearah lain saat sosok itu melihat ke arah didekatnya. Takut ketahuan.

Beberapa teman yang ada di sampingnya asik mengobrol, entah apa yang dibicarakan mereka. Gadis itu tidak tahu karena sedari tadi tidak menyimak. Kepada sosok di lapangan itulah fokusnya teralihkan.

Pluit kembali berbunyi, tanda permainan dimulai kembali. Tiba-tiba saja gadis itu merasa tenggorokannya kering. Tanpa pikir panjang, dia bangkit untuk membeli minum di kantin.

"Zah, mau kemana?" tanya salah satu teman yang duduk disampingnya.

"Ke kantin. Mau beli minum. Mau ikut gak?" jawab gadis itu.

"Gak ah, mager," jawab temannya itu sembari terkekeh kecil.

"Ya udah, gue ke kantin dulu."

Gadis itu melangkahkan kakinya. Sesekali dia menengok ke arah lapangan untuk melihat pertandingan. Sebenarnya kalau dia tidak sangat haus, dia tidak ingin meninggalkan lapangan. Sayang.

Gulungan RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang